BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pejuang Muslim Sunni memperketat cengkeraman mereka pada Ahad (21/6/2014) di Irak barat ketika pasukan keamanan menarik diri dari beberapa kota di provinsi Anbar, bergerak lebih dekat ke Baghdad, lapor CNN.
Kabar bahwa pasukan Irak menarik diri dari setidaknya tiga kota di provinsi ini mengangkat pertanyaan tentang apakah pemerintah Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang mulai kewalahan menghadapi pasukan Muslim Sunni.
Sementara, pada hari yang sama, pemimpin agama Iran mengecam keterlibatan AS di Irak, mengatakan pemerintah al-Maliki dapat menangani masalah sendiri.
“Amerika Serikat sedang mencoba untuk menggambarkan hal ini sebagai perang sektarian. Tapi apa yang terjadi di Irak bukanlah perang antara Syiah dan Sunni,” klaim Ayatollah Ali Khamenei dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita milik pemerintah Syi’ah IRNA.
Ia menyalahkan serangan di Irak pada sisa-sisa rezim Saddam Hussein dan musuh internal Irak.
Namun Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang secara plin-plan berbicara dari Kairo, mengatakan tidak ada yang harus disalahkan atas apa yang terjadi dan mengapa.
Padahal ia juga mengatakan bahwa “Ini adalah tentang (ISIS) yang telah mendesain keadaan Irak,” katanya. “… Amerika Serikat siap untuk membantu Irak berdiri melawan itu.”
Sebagai bagian dari upaya itu, Kerry meminta pemerintah yang didominasi Syiah al-Maliki untuk menaikkan “motivasi sektarian” agar Irak menjadi lebih inklusif, lebih mewakili populasi.
Semakin mendekati Baghdad
Seiring menggunungnya tekanan internasional terhadap al-Maliki, pejuang Muslim Sunni terus bergerak dari barat dan utara di Baghdad.
Pejabat keamanan Irak mengatakan kepada CNN bahwa pangkalan udara Tal Afar di Irak utara diambil alih oleh militan yang diyakini sebagai ISIS pada Minggu sore (21/6).
Pejuang Muslim Sunni memang sudah mengambil alih kota Tal Afar minggu lalu, tetapi hari Minggu (22/6), mereka turut menguasai pangkalan udara sepenuhnya, kata para pejabat. Ribuan keluarga Syiah Turkmen melarikan diri dari kota itu minggu lalu ketika terjadi penyerangan.
Kota Anbar bagian barat, Rutba, 113 kilometer (sekitar 70 mil) dari perbatasan Yordania dan Arab Saudi, berada di tangan pejuang Muslim Sunni, dua sumber keamanan di Baghdad dan satu di Anbar mengatakan kepada CNN pada Minggu (22/6).
Dengan penangkapan Qaim pada Sabtu (21/6) di perbatasan dengan Suriah, di mana pejuang Muslim Sunni menguasai bentengnya, dan sejumlah kota lainnya di provinsi Anbar, para pejuang sekarang memiliki rute langsung ke pinggiran barat Baghdad.
Setidaknya 70% dari provinsi ini di bawah kendali Muslim Sunni, dua pejabat keamanan di wilayah tersebut mengatakan kepada CNN.
Pasukan Irak menarik diri dari Haditha, sekitar 270 kilometer (sekitar 168 mil) barat laut dari Baghdad, pada jam-jam malam, dua pejabat keamanan di Anbar, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada CNN.
Warga Muslim Sunni dianggap ramah kepada tentara Irak yang pernah mengambil alih keamanan kota, tetapi pejabat percaya itu akan jatuh kepada ISIS, kata para pejabat, yang tidak berwenang berbicara kepada media.
Haditha adalah lokasi pusat pembangkit listrik tenaga air terbesar di Anbar, yang sangat penting untuk pasokan air dan listrik provinsi.
Juru bicara militer Irak, Mayor Jenderal Qassim Atta, mengatakan kepada wartawan ada “penarikan strategis” di beberapa daerah tetapi tidak menyebutkan detail lokasi tertentu.
Ia mengatakan penarikan itu merupakan bagian dari kampanye untuk “membuka semua area ini sehingga kami dapat memperkuat posisi kami (di pusat).”
Meski begitu, ada pertanyaan apakah pasukan Irak dapat merebut kembali daerah-daerah di bawah kendali pejuang ISIS yang bersenjata lengkap.
Para pejuang meluncurkan serangan selama berjam-jam semalam terhadap salah satu dari dua pangkalan militer yang tersisa di Anbar, dua pejabat keamanan di provinsi tersebut mengatakan kepada CNN.
Para pejuang menyerang pangkalan militer Khalidiya, dekat Ramadi, tetapi tidak mampu untuk mengambil alih, sehingga menarik kembali pasukannya pada Minggu pagi (22/6), kata para pejabat.
Al-Asad, sebuah pangkalan udara Irak yang besar, dan kota terdekat Hit masih di bawah kendali pemerintah pusat. Khawatirnya, para pejabat mengatakan bahwa kedua tempat itu akan menjadi target serangan berikutnya.
Meskipun ada upaya pemerintah untuk melindungi ibukota Irak, bentrokan kecil dilaporkan terjadi antara pasukan Muslim Sunni, mungkin juga pejuang ISIS, dan pasukan keamanan Irak di kota Sunni Abu Ghraib sangat dekat perbatasan barat Baghdad, menurut pejabat keamanan.
Kekerasan di tempat lain di Irak
Kekerasan sporadis dilaporkan di seluruh Irak, termasuk di kota yang didominasi Syi’ah Hillah, sekitar 95 kilometer (60 mil) selatan Baghdad, di mana sebuah stasiun perekrutan itu dibongkar.
Sedikitnya empat orang tewas dan 34 terluka dalam serangan di stasiun perekrutan, di mana ratusan orang yang didominasi Syi’ah turut mengangkat senjata untuk melindungi Irak.
Di kota utara Mosul, tempat salah satu kemenangan besar pertama bagi militan ISIS dan Sunni, saksi mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa kelompok menggunakan pengeras suara kendaraan bahwa ia telah memutuskan untuk membentuk pengadilan Syariah Islam di kota.
Kelompok ini juga dilaporkan menghancurkan patung-patung Kristen Perawan Maria, penyair Arab Abu Tammam dan penyanyi Mulla Othman, kata saksi mata.
Pemerintah Irak sedang menunggu kelompok awal penasihat militer AS tiba di Irak segera, kata seorang pejabat pertahanan senior.
Keloter pertama ini mungkin akan sangat sedikit jumlahnya, kata pejabat itu. Padahal, jumlah penasihat militer AS yang direncanakan akan dikerahkan sekitar 300 orang.
Selain itu, beberapa personel militer AS sudah di Kedutaan Besar AS di Baghdad akan dipindahkan dan beralih fungsi menjadi penasihat, kata juru bicara Pentagon Laksamana John Kirby. (adibahasan/arrahmah.com)