(Arrahmah.com) – Shalat malam adalah ibadah sunah yang berat untuk dilaksanakan oleh kebanyakan orang. Hal itu karena ia dikerjakan pada waktu malam, di saat fisik manusia tengah menikmati nikmatnya istirahat. Ada dorongan rehat yang sangat kuat, yang membuat kebanyakan orang enggan untuk bangun beribadah.
Beratnya bangun malam dan melawan kantuk haruslah disiasati agar seorang muslim bisa melaksanakan shalat malam. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam telah mencontohkan adab-adab yang selayaknya dikerjakan agar orang mudah untuk bangun dan mengerjakan shalat malam. Berikut ini adab-adab tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih:
Pertama, mempersiapkan diri dengan hal-hal yang membantu dan memudahkan untuk bangun malam. Antara lain adalah:
a- Qailulah atau tidur sejenak di waktu siang. Tidur siang walau sejenak sangat diperlukan agar badan mendapatkan sebagian haknya untuk beristirahat. Jika di waktu siang seorang muslim mampu menyempatkan diri untuk tidur siang, maka insya Allah di waktu malam badannya lebih segar dan lebih mudah untuk bangun malam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salambersabda:
قِيلُوا فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لاَ تَقِيلُ
“Tidurlah kalian sejenak di waktu siang karena sesungguhnya setan itu tidak tidur sejenak di waktu siang.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asbahani dalam Kitab Ath-Thib dan Akhbar Ashbahan. Dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 1647)
b- Segera tidur bakda shalat isya’ dan tidak begadang jika tidak ada keperluan yang dibenarkan oleh syariat. Salah satu sebab orang sulit untuk bangun malam adalah ia berangkat tidur terlalu larut malam. Jika tidak keperluan yang dibenarkan oleh syariat maka dianjurkan untuk segera tidur setelah shalat isya’. Adapun jika ada keperluan seperti belajar, mengajar, taklim, bekerja mencari nafkah, menerima tamu, urusan rumah tangga dan lain sebagainya, maka tidak mengapa baru tidur malam setelah keperluan-keperluan tersebut selesai dikerjakan.
عَنْ أَبِي بَرْزَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Dari Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam tidak menyukai tidur sebelum Isya’ dan mengobrol setelah Isya’.” (HR. Bukhari no. 568)
c- Tidak tidur di atas kasur yang terlalu lembut, tebal dan enak. Tidur di atas kasur yang terlalu lembut, tebal dan enak cenderung membuat orang menikmati rehat malam dengan lelap. Ia akan cenderung malas untuk bangun malam.
Dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ عَلَى حَصِيرٍ فَجَلَسْتُ فَأَدْنَى عَلَيْهِ إِزَارَهُ وَلَيْسَ عَلَيْهِ غَيْرُهُ وَإِذَا الْحَصِيرُ قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ
“Saya masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam yang tengah berbaring di atas sebuah tikar. Saya pun duduk, maka beliau merapatkan sarungnya, sebab saat itu beliau tidak memakai kain selainnya. Ternyata anyaman tikar membekas pada lambung beliau.”
Dalam lafal lainnya:
وَإِنَّهُ لَعَلَى حَصِيرٍ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ شَيْءٌ وَتَحْتَ رَأْسِهِ وِسَادَةٌ مِنْ أَدَمٍ حَشْوُهَا لِيفٌ وَإِنَّ عِنْدَ رِجْلَيْهِ قَرَظًا مَصْبُوبًا وَعِنْدَ رَأْسِهِ أَهَبٌ مُعَلَّقَةٌ فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ
“Beliau berada di atas sebuah tikar, antara beliau dengan tikar tidak ada alas lainnya. Di bawah kepala beliau ada sebuah bantal dari kulit yang diisi dengan serabut. Pada kedua kaki beliau ada daun-daun yang ditumpuk, sedangkan di dekat kepala beliau ada bejana untuk wudhu yang digantungkan. Saya melihat anyaman tikar membekas di lambung beliau. Maka saya pun menangis terharu dengan keadaan beliau…” (HR. Bukhari no. 2468 dan Muslim no. 1479)
d- Memasang alarm pada jam atau HP atau sejenisnya. Pada zaman sekarang kita bisa mengatur dengan mudah pada jam berapa akan bangun malam. Cukup dengan memasang alarm pada jam atau HP yang diletakkan di dekat kepala kita saat akan tidur, maka alat tersebut akan membantu kita untuk bangun pada jam yang kita jadwalkan.
Kedua: Saat hendak tidur hendaknya ia meniatkan dalam hatinya untuk bangun malam dan melakukan shalat malam.
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ حَتَّى أَصْبَحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Barangsiapa mendatangi kasurnya dan ia berniat untuk bangun malam dan mengerjakan shalat malam, namun kemudian rasa kantuk mengalahkan kedua matanya, niscaya dicatat untuknya apa yang telah ia niatkan dan tidut tersebut sebagai sedekah dari Rabbnya untuknya.” (HR. Nasai no. 1784 dan Ibnu Majah no. 1344, hadits shahih)
Ketiga: berangkat tidur dalam keadaan suci yaitu dengan berwudhu sebelum tidur atau mandi wajib jika dalam keadaan junub.
Keempat: tidur dengan berbaring miring ke sebelah kanan.
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Dari Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepadaku: “Jika engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan tubuhmu, lalu bacalah doa:….” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kelima: melakukan shalat witir sebelum tidur jika khawatir sulit untuk bangun malam
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ
Dari Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa khawatir tidak dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di awal malam. Adapun barangsiapa berharap untuk bangun di akhir malam, maka hendaklah ia shalat witir di akhir malam, sebab shalat di akhir malam itu dihadiri [oleh Allah Ta’ala dan para malaikat], dan itulah yang lebih utama.” (HR. Muslim no. 755, Tirmidzi no. 455, dan Ibnu Majah no. 1187)
Keenam: berdzikir dan berdoa sebelum tidur
Disunahkan untuk membaca dzikir-dzikir dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sebelum tidur. Diantaranya adalah:
a- Membaca ayat kursi yaitu QS. Al-Baqarah [2]: 255.
قَالَ لِي إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ{ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ }وَقَالَ لِي لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَكَانُوا أَحْرَصَ شَيْءٍ عَلَى الْخَيْرِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ لَا قَالَ ذَاكَ شَيْطَانٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang kisah pencuri yang tiga kali mencuri harta sedekah dan selalu berhasil ditangkap oleh Abu Hurairah. Abu Hurairah: “Orang itu berkata kepadaku “Jika kamu berbaring pada tempat tidurmu, maka bacalah ayat Al-Kursi dari awal sampai akhir, niscaya ada seorang penjaga (malaikat) dari Allah yang akan senantiasa menjagamu dan engkau tidak akan didekati oleh setan sampai waktu pagi.”
Para sahabat adalah orang-orang yang paling antusias kepada amal kebaikan. Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam mendengar cerita Abu Hurairah tersebut, beliau bersabda: “Sungguh ia telah berkata jujur kepadamu, padahal ia sebenarnya adalah seorang pembohong besar. Tahukah kamu siapakah orang yang engkau ajak bicara sejak malam lalu tersebut, wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda: “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 3275 secara mu’allaq dan An-Nasai dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 959)
b- Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas sebanyak tiga kali, meniupkannya ke kedua telapak tangan, lalu mengusapkannya ke seluruh anggota badan.
عَنْ عَائِشَةَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam jika hendak berbaring di tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan pada keduanya surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq dan surat An-Nas. Beliau mengusap dengan kedua telapak tangannya seluruh anggota badannya yang bisa diusap, dimulai dari kepala beliau, wajah beliau, lalu bagian belakang tubuh beliau. Beliau melakukannya tiga kali. (HR. Bukhari no. 5018 dan Muslim no. 2192)
c- Membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, yaitu ayat 285 dan 286.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada satu malam, niscaya kedua ayat itu akan mencukupinya.” (HR. Bukhari no. 4008 dan Muslim no. 808)
d- Membaca doa sebelum tidur, diantaranya adalah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam jika berbaring di waktu malam untuk tidur, beliau senantiasa meletakkan (telapak) tangan kananya di atas pipinya, lalu beliau berdoa” “Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan aku mati.” Jika beliau bangun tidur, maka beliau berdoa: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah Allah mematikan kami dan kepada-Nya semata kami dikembalikan.” (HR. Bukhari no. 6312, Abu Daud no. 5049, dan Tirmidzi no. 3413)
Atau membaca doa lainnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian berbaring ke pembaringannya, maka hendaklah ia memukulkan bagian dalam sarungnya ke tempat tidurnya, karena sesungguhnya ia tidak tahu apa yang ia tinggalkan pada tempat tidurnya. Setelah itu hendaklah ia berdoa: “Ya Allah, wahai Rabbku dengan nama-Mu aku meletakkan lambungku dan dengan nama-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nyawaku maka kasih sayangilah ia dan jika Engkau melepaskan nyawaku maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Bukhari no. 6320 dan Muslim no. 2714)
e- Membaca tasbih, tahmid dan takbir
Dari Ali bin Abi Thalib dan Fathimah radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam mendatangi keduanya saat keduanya hendak tidur, lalu belia bersabda:
أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا أَوْ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهَذَا خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian hal yang lebih baik dari seorang pelayan? Jika kalian berbaring pada tempat pembaringan kalian, maka ucapkanlah takbir 33 kali, ucapkanlah tasbih 33 kali dan ucapkanlah tahmid 33 kali, hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan.” (HR. Bukhari no. 3705 dan Muslim no. 2727)
Ketujuh: saat bangun malam hendaklah ia mengusap dan berusaha menghilangkan kantuk dari wajahnya, kemudian berdzikir, berdoa dan berwudhu.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ بَاتَ لَيْلَةً عِنْدَ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ خَالَتُهُ فَاضْطَجَعْتُ فِي عَرْضِ الْوِسَادَةِ وَاضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُهُ فِي طُولِهَا فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ اللَّيْلُ أَوْ قَبْلَهُ بِقَلِيلٍ أَوْ بَعْدَهُ بِقَلِيلٍ اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ الْآيَاتِ الْخَوَاتِمَ مِنْ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ مِنْهَا فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ia bermalam di rumah bibinya Ummul Mukminin Maimunah. Ia tidur di bagian lebar bantal, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam dan istrinya tidur di bagian panjang bantal. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam tidur sampai separuh malam, atau kurang sedikit atau lebih sedikit. Lalu beliau bangun, duduk, mengusap kantuk dari wajah beliau dengan tangannya dan membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali Imran. Beliau lalu bangkit mengambil sebuah wadah air yang tergantung, lalu beliau berwudhu dengan sebaik-baiknya, lalu beliau berdiri dan melaksanakan shalat malam…” (HR. Bukhari no. 183 dan Muslim no. 763)
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ
Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa terbangun di waktu malam, lalu ia membaca doa Laa Ilaaha Illa Allahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qadiir. Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illa Allahu, wallahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau ia berdoa, niscayadoanya akan dikabulkan. Jika ia berwudhu dan shalat, niscaya shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari no. 1154, Abu Daud no. 5060 dan Tirmidzi no. 3414)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُأَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Setan mengikat tengkuk kepala setiap orang diantara kalian saat ia tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan, setan membisikkan ‘Kau memiliki waktu malam yang panjangn, tidurlah!’ Jika ia bangun malam dan berdzikir, maka satu ikatan akan terlepas. Jika setelah itu ia berwudhu, maka satu ikatan lainnya akan terlepas. Dan jika setelah itu ia melakukan shalat malam, maka ikatan terakhir akan terlepas. Keesokan harinya ia akan rajin dan baij jiwanya. Namun jika ia tidak melakukan ketiga hal itu, niscaya pada keesokan paginya ia akan buruk jiwanya dan malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Kedelapan: disunahkan untuk bersiwak (gosok gigi) saat bangun malam dan berwudhu sebelum melaksanakan shalat malam.
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam jika bangun di waktu malam, beliau selalu menggosok mulutnya dengan siwak.” (HR. Bukhari no. 246 dan Muslim no. 255)
Kesembilan: Disunahkan melaksanakan shalat dua rakaat ringan sebagai pembuka shalat malam.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam jika bangun di waktu malam untuk melaksanakan shalat, beliau biasanya mengawali shalatnya dengan melaksanakan shalat dua rakaat yang ringan.” (HR. Muslim no. 767)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam beliau bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian melaksanakan shalat malam, hendaklah ia mengawali shalatnya dengan melaksanakan shalat dua rakaat yang ringan.” (HR. Muslim no. 768 dan Abu Daud no. 1323)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)