JAKARTA (Arrahmah.com) – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, melepas 59 Da’i, juru dakwah untuk mendampingi masyarakat pedalaman selama dua bulan hingga Idul Fitri 2014. Pelepasan dilakukan oleh Ketua Umum Dewan Dakwah, Ustadz Syuhada Bahri, di hadapan jamaah yang memenuhi Masjid Al Furqon di Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Jumat (13/6).
Para juru dakwah itu adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, Jakarta, yang akan melakukan tugas Praktik Kerja Lapangan.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) STID Mohammad Natsir, Ustadz Firdaus, menjelaskan, sebanyak 39 da’i akan ditempatkan di pelosok Nusa Tenggara Timur yang meliputi Kabupaten Atambua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara. ”Tiga diantaranya ditempatkan di Timor Leste,” ungkap Firdaus. Sedangkan 20 mahasiswi bertugas mendampingi masyarakat Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten.
”Mereka bertugas membina spiritual masyarakat setempat, juga melakukan advokasi kebutuhan sosial-ekonominya,” terang Firdaus.
Turut hadir dalam acara tersebut jajaran pengurus Dewan Dakwah, Ketua STID Mohammad Natsir DR Muhammad Noer beserta jajaran dosen dan staf, dan Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah. Para mahasiswa STID Mohammad Natsir bersama jamaah masjid dan donatur juga ikut memberi semangat kepada para da’i muda yang akan bertugas.
Dalam sambutannya, Ustadz Syuhada Bahri menegaskan bahwa dakwah adalah kewajiban setiap muslim. Baik yang langsung berhadapan dengan masyarakat sebagai juru dakwah, maupun yang menjadi pendukung dakwah seperti para donatur LAZIS Dewan Dakwah.
”Dakwah adalah jalan terpendek untuk membangkitkan negeri kita ini, sekaligus jalan terpendek untuk meraih surga bagi para pengemban dakwah,” kata Ustadz Syuhada.
Kepada para da’i muda yang akan berangkat ke tempat pengabdian, Ustadz berpesan agar tidak sombong. ”Jangan mentang-mentang Anda menjadi orang paling berpendidikan di pedalaman,” ucap Ustadz Syuhada yang pernah blusukan sebagai da’i di Timor Timur (sebelum menjadi Timor Leste).
Ia juga mengingatkan, cobaan adalah keniscayaan dakwah. Namun, Allah SWT tidak akan pernah memberi cobaan yang di luar batas kemampuan manusia untuk menanggungkannya. ”Kalau dakwah dirasa sangat berat, maka sebenarnya semangat Antum yang sedang turun. Bukan karena cobaan itu di luar batas kemampuan menghadapinya.”
Agar tetap bersemangat dalam berdakwah, Ustadz Syuhada mengingatkan para mahasiswa untuk menjaga keikhlasan. Salah satu pertanda ikhlas, katanya, adalah selalu menghadapi cobaan dengan husnudzon dan kasih sayang.
Kemudian, agar jiwa kuat, para da’i muda diminta tidak memikirkan keluarganya selama di tempat pengabdian. ”Jangan bawa orangtua, guru, pembimbing, dalam pikiran Antum, tapi bawalah mereka dalam do’a Antum,” pesan Ustadz Syuhada dengan nada penuh haru.
Pelepasan diakhiri dengan iringan do’a dan peluk jamaah terhadap para da’i. Sore harinya, kafilah dakwah STID M Natsir bertolak ke Surabaya melalui jalan darat, lalu melanjutkan perjalanan dengan kapal laut. (azm/nurbowo/arrahmah.com)