AL-QUDS (Arrahmah.com) – Pemerintah Israel memboikot niat baik mitra Palestinanya dan menjatuhkan hubungan keduanya ke titik terendah yang baru. Ketika dua presiden mereka bergabung dengan Paus Francis dalam acara doa bersama bagi perdamaian Vatikan pada hari ini (8/5/2014), politikus “Israel” memilih untuk tidak hadir.
Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah saling mengenal selama bertahun-tahun dan mengadakan pembicaraan damai bersama-sama, namun keduanya seolah ditakdirkan untuk berpisah, meski Paus mengundangnya dalam acara akhir pekan yang sejauh mungkin disetting tanpa kontroversi.
“Pertemuan doa ini tidak akan ditujukan sebagai mediasi atau untuk menemukan solusi. Kita hanya bertemu untuk berdoa. Lalu semua orang pulang,” kata Francis setelah mengeluarkan undangan saat berkunjung ke Timur Tengah bulan lalu.
Di bawah sistem politik “Israel”, peran Peres sebagai presiden adalah sebagai boneka seremonial. Kekuasaan yang sesungguhnya terletak pada pundak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Netanyahu tidak memungkinkan Peres untuk membuka kembali saluran negosiasi damai dengan Abbas pada tahun 2011. Kedua orang mengadakan empat putaran pembicaraan di mana Peres mengatakan mereka menyelesaikan konsep perjanjian, namun perdana menteri sayap kanan telah menolaknya.
Dalam Gardens Vatikan pada Minggu (8/5), ia, Abbas dan Francis akan “mengeluarkan seruan bersama untuk perdamaian kepada orang-orang di seluruh dunia,” menurut berita dari kantornya.
“Presiden Peres akan menempatkan penekanan khusus pada pentingnya dialog antar-agama,” terkutip dalam pernyataan tersebut.
Orang-orang Palestina tertarik untuk melakukan doa bersama di Vatikan, meskipun Netanyahu memutuskan untuk memboikot pemerintah persatuan yang baru dilantik oleh Abbas pada Senin (26/5) dengan dukungan dari musuh “Israel”, Hamas.
“Kami berkomitmen untuk menjawab permintaan paus. Tidak ada keputusan baru yang akan mengubah komitmen (kami),” kata Menteri Luar Negeri Riyad Al-Malki.
Sementara beberapa orang Palestina menyatakan ketidakpuasan bahwa Francis tidak secara eksplisit mengutuk pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki selama ziarah bulan lalu, dimana Abbas menyambut kunjungan “bersejarah” Paus.
Dan doa senyap yang dilakukan Francis di Tepi Barat, di depan tembok ratapan “Israel” di Betlehem secara luas dilihat sebagai kudeta publisitas untuk Palestina.
Namun, menurut juru runding Palestina Saeb Erakat kepada AFP, “Paus melihat pendudukan dengan matanya, ia melihat dinding di Palestina.” Persepsi ini kemudian tersebar di “Israel” dan menyulut kemarahan nasionalis ssayap kanan.
Komentator Jerusalem Post, Caroline Glick menulis kunjungan tersebut sebagai “keramahan” dan menuduh Francis telah “memimpin Gereja Katolik ke arah anti-Yahudi yang memprihatinkan.”
“Sayangnya, era keemasan hubungan Katolik-Yahudi tampaknya telah berakhir selama kunjungan Francis ke Tanah Perjanjian”, tulisnya. Islam mulai menyusupi Vatikan. Bi idznillah.
(adibahasan/arrahmah.com)