JAKARTA (Arrahmah.com) – Instruksi ketua PDIP Jakarta Timur William Yani untuk memata-matai para khotib Jumat saat mereka berkhotbah di masjid masih menuai protes dan kecaman keras dari umat Islam. Sampai saat ini instruksi itu belum dicabut dan diralat.
Bahkan instruksi DPC PDIP Jaktim ini dibenarkan Politisi PDIP yang juga tim sukses relawan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Eva Kusuma Sundari.
“Iya itu ada edaran dari DPD Jakarta Timur mengambil policy untuk mencatat dan merekam (khutbah Jumat),” kata Eva saat dikonfirmasi Republika, Jumat (30/5/2014).
Eva mengakui instruksi memata-matai khutbah Jumat bocor ke publik. Dirinya menyatakan perintah mengawasi khutbah Jumat hanya berlaku untuk internal PDIP. Namun perintah itu kemudian ada yang membocorkan ke publik. Eva menyatakan perintah itu belum menjadi kebijakan DPP PDIP. “Belum menjadi policypusat,” katanya.
Sementara itu, ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla susah payah alias termehek-mehek coba meluruskan soal isu PDIP menginteli masjid. Menurut JK ada salah penafsiran dalam hal itu.
“Yang terjadi adalah laporan dari beberapa jamaah ke PDIP yang mengatakan ada penceramah yang menghina atau memaki-maki,” kata JK saat berbincang dengan media di dalam pesawat saat perjalanan Yogyakarta ke Jakarta, Senin (2/6/2014).
Cawapres Jokowi ini menjelaskan mencela yang dimaksud ialah berbicara politik di dalam masjid. Hal tersebut juga telah dilarang undang-undang.
“Jadi sebelumnya Eva (Sundari, politisi PDIP-red) sudah meminta kepada jamaah bila ada yang begitu, (menghujat dan menghina di dalam masjid) agar dilaporkan ke pengurus masjid. Jadi ini bukan Intel, Jadi jamaah yang lapor karena itu melanggar undang-undang,” jelas kakek berumur 72 tahun ini, tulis detik.com.
JK juga mengaskan, sebagai ketua DMI melarang adanya pembicaraan bermuatan politik di dalam masjid. “Saya ini ketua DMI, Bahwa kalau ada yang berbicara tidak sesuai aturan dan jangan lupa juga tidak boleh bicara politik di masjid dan sekolah sekarang ini,” tegasnya.
Meski demikian instruksi ini bukan main-main dan isapan jempol. Dikutip dari Suaranews.com, seorang khatib Jumat berinisial SN alias Ocep warga Desa Panyadap Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung dipolisikan oleh Gerakan Indonesia Hebat Kabupaten Bandung.
Ustadz tersebut dilaporkan telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan dan menyebarkan kebencian, dengan menjelek-jelekan Calon Presiden (Capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) saat ceramah salat Jumat.
Koordinator Gerakan Indonesia Hebat Kabupaten Bandung Decky Hisyanto mengatakan, saat pelaksanaan salat Jumat (25/4/2014) di Masjid Jami Pusaka Desa Panyadap beberapa waktu lalu, dalam khutbahnya, SN menyebarkan kebencian dan melakukan perbuatan tidak menyenangkan.
Saat itu, ia mengatakan, SN menyebut Jokowi adalah antek Yahudi. Jika Jokowi terpilih menjadi Presiden, kata dia, dikhawatirkan akan menjadikan Jalaludin Rahmat sebagai menteri agamanya. Jika hal terjadi, suatu ancaman bagi ummat Islam.
Jika JK sebut larangan adanya pembicaraan bermuatan politik di dalam masjid, lantas bagaimana dengan gereja? Ternyata gereja tempat para pendukung Jokowi alias Jokowers untuk mendiskriditkan Prabowo. Salah satunya mengungkap bahayanya koalisi Prabowo dengan umat Islam.
Seperti yang terungkap pada akun Twitter @nongandah, milik aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Nong Darol Mahmada. di sana terpampang tulisan adanya paparan tim sukses Jokowi-JK Luhut Panjaitan.
“Alwi shihab menambahkan paparan Luhut Panjaitan tentang bahayanya Capres Prabowo berkoalisi dengan kelompok-kelompok Islamis yang ingin ‘memurnikan agama”
Nong Darol menjelaskan bahwa pernyataan itu dibeberkan pada acara di gereja.
“Ini acara gereja, mendengarkan visi misi capres 2014, kebetulan dekat kantor jadi ikutan hadir,” tulis @nongandah, menjawab pertanyaan akun @ioanesrakhmat.
@nongandah juga menulis: “Pas Luhut Panjaitan mulai bicara, tepuk tangan riuh rendah. Kayaknya yg hadir banyaknya pro Jokowi di ruangan ini.”
Sebelumnya telah diberitakan, Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Jakarta Timur, William Yani menginstruksikan kader dan pendukung Jokowi untuk memantau atau memata-matai khutbah Jum’at.
Lewat akun berita PDIP di twitter @news_pdip, pada Kamis, (29/5/2014), William Yani yang juga anggota DPRD DKI Jakarta ini menginstruksikan kepada kader dan pendukung Jokowi pada saat Sholat Jum’at untuk memantau penceramah.
Tidak hanya itu, William Yani yang seorang Kristiani ini meminta para pendukung Jokowi membawa alat perekam saat ceramah sholat Jum’at berlangsung.
Pernyataan ini dikecam oleh warga pengguna sosial media, mereka menganggap keterlaluan apa yang dilakukan oleh pendukung Jokowi ini. (azm/arrahmah.com)