TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pimpinan pasukan pemberontak Libya purnawirawan Jendral Khalifah Haftar menyatakan dirinya mendukung serangan militer apapun yang dilakukan oleh Mesir untuk mengamankan wilayah perbatasan baratnya, meskipun serangan militer itu mencapai wilayah-wilayah Libya, Al-Jazeera melaporkan.
Dalam wawancara dengan koran Al-Mishri Al-Yaum yang dirilis pada hari Ahad (1/6/2014) Haftar mengatakan bahwa sebelumnya ia telah menasehati pemerintah Libya agar menyerahkan pengamanan wilayah perbatasan Libya – Mesir kepada Mesir saja. “Sebab Tripoli tidak mampu melakukan hal itu”, kata Haftar.
Haftar menjelaskan bahwa ia “mendukung semua serangan militer yang mengamankan wilayah perbatasan Mesir, sampai di wilayah Libya sekalipun”.
Ia menambahkan “Kita ingin terbebas dari kelompok-kelompok yang bersembunyi di Darnah, Benghazi, Ajdabiya, Sirte, Tripoli dan perbatasan Aljazair. Kami sama sekali tidak mungkin membiarkan mereka untuk melakukan serangan apapun terhadap negara kawan atau negara tetangga kita. Hal ini menuntut kerjasama guna mencegah mereka mendirikan kamp pelatihan militer di Mesir atau Libya.”
Purnawirawan jendral sekuler Khalifah Haftar memimpin kudeta militer untuk menjatuhkan pemerintahan sementara Libya. Haftar mengklaim melakukan “Operasi Kemuliaan” untuk “memerangi kelompok-kelompok teroris Islam”.
Parlemen Libya sendiri menganggap klaim tersebut sebagai dalih semata untuk melegalkan kudeta dan menarik dukungan rakyat maupun dunia internasional. Juru bicara militer pasukan Haftar pada hari Kamis (29/5/2014) menyampaikan ucapan selamat Haftar atas kemenangan As-Sisi dalam pilpres Mesir dan menyatakan bahwa Haftar ingin menjadi “As-Sisi Libya”.
Kelompok-kelompok Islam dan para pengamat di Libya menengarai Haftar terinspirasi oleh kudeta militer Abdel Fattah As-Sisi di Mesir yang mendapat dukungan politik-militer Amerika dan Israel serta dukungan ekonomi negara-negara Teluk. Kudeta As-Sisi sukses mendapatkan dukungan karena ia menindas kelompok Islam Ikhwanul Muslimin. Hal itu ditiru oleh Haftar dengan melabeli Anshar Syariah Libya dan kelompok-kelompok Islam lainnya sebagai “teroris Islam”.
(muhib al majdi/arrahmah.com)