SURABAYA (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, meski sehari menjelang acara berlangsung diwarnai aksi teror dengan perobekan kata Syiah di spanduk yang dipasang panitia di berbagai tempat (lihat foto), pengajian rutin yang dikemas Tabligh Akbar dengan tajuk “Persatuan Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam membendung aliran sesat Syi’ah” ini berjalan dengan tertib dan lancardi Masjid Mujahidin Surabaya, Ahad(25/5/2014).
Tidak diketahui dengan jelas siapa oknum / kelompok dari mana pelaku perusakan, namun yang pasti menurut panitia, ketika menyampaikan surat pemberitahuan pengajian kepada pihak kecamatan dan Polsek Tanjung Perak (KP3) Surabaya, aparat berkeberatan jika di spanduk tersebut tertera kata Syiah. Sehingga menimbulkan spekulasi apa sebagian dari oknum aparat sudah menjadi bagian dari Syiah atau ditekan kelompok Syiah, mungkin juga ada upaya adu domba dan provokasi untuk menggagalkan acara tersebut. Wallaahu a’lam.
Pengajian rutin yang diadakan oleh Yayasan Masjid Mujahidin ini dihadiri lebih dari 1200 Muslimin dan Muslimat dari berbagai kota di Jawa Timur bahkan ada sebagian jamaah berasal dari Jawa Tengah. Acara ini menghadirkan tiga pembicara dari MUI Pusat, DPP Perhimpunan Al Irysad dan PWNU Jawa Timur.
Ketua Bidang Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat Prof. DR. H. Muhammad Baharun, SH, MA.sebagai pembicara pertamamenyampaikan, Majelis Ulama Indonesia didaerah-daerah kurang pro aktif mensosialisasikan fatwa MUI pusat tentang sesatnya Syiah.
“MUI baru tahu bahwa fatwa saja tidak cukup, umat perlu panduan tentang kesesatan dan bahaya Syiah bagi aqidah umat dan keamanan negara, fatwa-fatwa yang dikeluarkan MUI Pusat, ternyata belum mencukupi karena MUI didaerah-daerah tidak pro aktif dalam mensosialisasikan apa yang menjadi komitmen MUI Pusat. Maka saat ini MUI telah menerbitkan sejuta eksemplar buku panduan dan sejak diterbitkannya, MUI kualahan melayani undangan bedah buku di berbagai kota diseluruh Indonesia, ini menunjukkan antusiasme masyarakat dalam memahami kesesatan Syiah,” tutur beliau mengawali pembicaraan.
Dirinya juga meminta umat Islam bersatu menghadapi Syiah sebagai musuh bersama. “Kita harus bersatu, sebagai strategi menghadapi Syiah, sebab selama ini Syiah menari-nari diatas perpecahan Ahlus sunnah wal Jamaah. Ahlus sunnah hancur NKRI lebih hancur karena potensi umat dan masyarakat ini adalah ahlus sunnah wal jamaah,” ujarnya mengingatkan.
Pada kesempatan itu Prof Baharun juga menegaskan bahwa setelah Munas MUI, jajaran pengurus MUI akan bersih dari unsur kelompok sesat Syiah
“Kalau disebut MUI kecolongan (adanya pengurus MUI yang Syiah), ya memang ini susah karena terus terang saja kami mengalami kesulitan, lah wong lahirnya mengaku dan bersumpah sebagai ahlussunnah wal jamaah, ya sudah kita akomodasi. Tapi tunggu tanggal mainnya, Insya Alloh periode kedepan mohon doanya setelah Munas tidak ada lagi Syiah disitu, tapi dengan catatan kita ahlussunnah harus bersatu jangan saling melemahkan,” harapnya.
Terungkap pula bahwa Syiah terlibat aksi terorisme di Indonesia yakni pengeboman candiBorobudur dan dua gereja di Malang di tahun 1984.
“Salah satu bukti bahaya Syiah membahayakan keamanan negara adalah ketika tahun 1984 terjadi peledakan Borobudur dan dua gereja di Malang serta Bom yang akan di ledakkan di Bali, meledak dalam perjalanan diatas Bus Pemudi di Paiton Probolinggo. Hal ini terkuak di PN Malang bahwa pelakunya adalah anak-anak muda yang terinspirasi oleh Revolusi Iran, buku-buku dan kaset-kaset ceramah tokoh-tokoh syiah,” ungkap Prof Baharun.
“Kekuatan Syiah sudah sistemik, mereka membangun ratusan Yayasan, semua lini dimasuki, termasuk parpol, menginfiltrasi ormas-ormas Islam dengan memunculkan sentimen masalah khilafiyah. Disadari atau tidak disadari, kita tidak punya strategi menghadapi syiah, ibarat orang menembak sudah habis pelurunya tapi tidak ada yang tepat sasaran, kekuatan kita seperti buih karena terpecah belah dan disibukkan dengan urusan-urusan kecil,”lanjut beliau.
Prof. Baharun memberikan solusi menghadapi Syiah. “Sebagai solusi menghadapi Syiah, maka kita persempit ruang gerak Syiah dengan cara memberi nama anak-anak kita, yayasan, sekolah, majelis taklim dengan nama sahabat-sahabat Nabi shallalahu alaihi wa sallam yang dibenci oleh Syiah. menyatukan seluruh komponen Ahlussunnah jangan memperuncing perbedaaan masalah furu’ cabang. Tidak boleh ada kejadian anarkis, jangan main hakim sendiri, kalau ada penistaan terhadap Islam segera laporkan kepada aparat keamanan,” pesannya mengakhiri pembicaraan.
Hidden agenda Syiah
Perihal hidden agenda dan strategi Syiah dipaparkan olehustadz Yusuf Utsman Baisa, Lc (Ketua DPP Al Irsyad) sebagai pembicara kedua. Syiah ingin mengembalikan Imperium Persia Raya. Untuk mewujudkannya mereka memakai strategi merubah sejarah, propaganda media massa, devide et impera, kerjasama dengan Yahudi, dan mencari simpati dunia.
Selanjutnya pembicara ketiga, Habib Ahmad bin Zein Alkaff (A’wan NU Jatim) mengingatkan, jika ulama tidak turun tangan membentengi umat dan aparat tidak bertindak tegas terhadap aliran Syiah, kami khawatir konflik di Timur Tengah akan terjadi di Indonesia saling bantai antara Ahlussunnah dan Syiah.
Beliaumengungkapkanbanyak organisasi Islam di Indonesia menerima bantuan dari Iran.
“Syiah didukung negara kaya Iran, bermilyar-milyar dolar dihamburkan untuk memurtadkan umat Islam supaya pindah agama ke Syiah. Tokoh-tokoh kita baik dari NU, Muhammadiyah dan Habaib mereka dekati, ada yang ditamasyakan dan di cuci otaknya ke Iran. Yang perlu dana dibantu, baik untuk pribadi maupun organisasinya, sehingga hampir semua organisasi Islam di Indonesia menerima bantuan dari Iran”.
Disampaikan oleh Habib Zein rezim Syiah Iran membantai umat Islam sementara Syiah di Indonesia mengajak ukhuwah.
“Tokoh-tokoh ahlussunnah dibantai oleh rezim Khomeini, banyak ulama ahlussunnah yang mendekam di penjara-penjara di Iran sampai hari ini, Masjid-masjid Ahlussunnah dihancurkan, bahkan dibeberapa kota dilarang membangun masjid. Kalau kita ke Teheran tidak akan mendapatkan masjid ahlussunnah tapi kita akan dengan mudah mendapatkan tempat-tempat peribadatan orang Yahudi dan Nasara. Padahal jumlah ahlussunnah di Iran + 20 juta sepertiga dari penduduk Iran. Mereka membantai dan mendzolimi saudara kita di Iran dan Iraq, tapi anehnya mereka di Indonesia mengajak Ukhuwah Islamiyah.
Syiah bukan Islam dan Islam bukan Syiah
Mengakhiri taushiyahnya Habib Zein mengatakan bahwa Ahlusssunnah dan Syiah selamanya tidak bisa bersatu. Karena Syiah bukan Islam dan Islam Bukan Syiah, rukun Islam, rukun Imannya, Alqur’annya dan masih banyak yang lain berbeda dengan ahlussunnah. Kalau disebutkan ahlussunnah ya berarti Islam dan Islam itu adalah ahlussunnah bukan syiah. Ulama sedunia mengatakan bahwa Syiah agama tersendiri yang tidak ada hubungan dengan Islam wal Muslimin.
Sebelum tabligh akbar ditutup, Ketua Yayasan Masjid Mujahidin Ustadz H. Hasyim Yahya memaparkan pengalamannya,perihal peserta mudzakaroh Nasional Habaib, Ulama dan Aktivis Islam telah mengingatkan akan bahaya Syiah Asia Tenggara di pondok ustadz Mudzakir Gumuk.
“Sepuluh tahun yang lalu di Pondok Al Islam Gumuk Solo asuhan ustadz Mudzakir diadakan ‘Mudzakaroh Nasional Habaib, Ulama dan Aktivis Islam’ Salah seorang peserta mengingatkan akan bahaya Syiah di Asia Tenggara. Lalu di utuslah Dr. Mandu oleh Kerajaan Saudi Arabia ke kawasan Situbondo-Jember untuk menghadang gerakan-gerakan Syiah,” kata ustadz Hasyim.
Para ulama Suriah telah menasehati kaum Muslimin untuk tidak memberikan ruang sekecil apapun kepada Syiah untuk eksis apalagi berkembang. Tidak ada jalan lain bagi umat Islam untuk bertindak tegas kepada mereka yang ngeyel.
“Syiah apapun sektenya adalah didirikan oleh Abdullah bin Saba seorang tokoh Yahudi dengan tujuan menghancurkan Islam dari dalam. Maka kita jangan menghabiskan waktu untuk berdebat, pokoknya kalau ada Syiah dia tidak mau taubat, bantai, tidak ada jalan lain. Allahu Akbar, Allahu Akbar,” ujar tokoh sepuh ini berapi-api.
“Kenapa mau Syiah sedang ada Islam, berarti dia mau kesesatan, naudzubillah. Padahal Allah ubhanahu wa Ta’ala berfirman: Famadza ba’dal haqqi illadz dzolaal.- tidak ada alternatif lain setelah kebenaran adalah kesesatan,” lanjut tokoh Islam yang pada 1972 membunuh pendeta Anglikan yang akan menghadiri Kongres Gereja se-dunia di Jakarta yang akhirnya acara tersebut gagal diselenggarakan,
Syiah sudah sangat keterlaluan menghina dan melaknat orang-orang yang kita cintai dalam dakwah Islam ini. Selayaknya mereka mendapatkan pelajaran dari kaum Muslimin.
“Kalau istri kita, anak kita, baru dilirik orang saja, kita mau cabut golok, tetapi kalau Rasulullah, istri, sahabat Rasulullah dihina kita masih toleran, ini menandakan kita dihinggapi penyakit wahn, cinta dunia takut mati. Jangan beri kesempatan, mau syiah atau apapun untuk hidup, sudah gak ada pikir-pikir lagi Syiah sikat, Alloohu Akbar, Alloohu Akbar,” pungkasnya . (azm/masarul/arrahmah.com)