SURIAH (Arrahmah.com) – Pada Senin (19/5/2014), Media Tahrirsouri mengangkat tanggapan DR Sami Al-‘Uraidi terhadap deklarasi revolusi yang ditandatangani oleh front-front islam dan kelompok-kelompok pejuang lainnya.
Siapakah Sami Al-‘Uraidi?
Sami Al-‘Uraidi, yang juga dikenal sebagai Abu Muhammad Al-Shami, adalah seorang ulama Yordania. Al-‘Uraidi dianggap orang kedua di dalam otoritas Syariah Jabhah Al-Nushrah setelah Abu Maria Al-Qahtani. Ia lahir pada tahun 1973 di Amman, Yordania. Ia belajar Syariah di Universitas Yordania, dan merupakan salah satu siswa terbaik di kelasnya. Ia melanjutkan studinya dan menerima gelar doktor dalam “Hadits”. Tesisnya adalah tentang Imam Al-Nasa’i.
Sami Al-‘Uraidi tinggal di Suriah, di provinsi Dara’a. Sebagian besar orang yang setipe dengannya di Jabhah Nushrah tinggal di Deir Ezzor. Menurut tweet-nya, ia menganggap mujahid “ideal” adalah orang yang atributnya memiliki karakter moral, karena dia berada di bawah pengawasan Allah dan masyarakat. Ia berbicara tentang pengalaman-pengalaman jihad sebelumnya, sebagaimana orang-orang yang gagal sebelumnya karena mereka begitu jauh dari simpati umat. Inilah yang dihindari oleh para pemimpin Jabhah Nushrah, sebagai gantinya adalah, membina hubungan yang baik dengan penduduk setempat.
Posisi Sami Al-‘Uraidi di Jabhah Nushrah:
Dalam diskusi terbuka antara Fatih Abu Muhammad Al-Jaulani, pimpinan Jabhah Nushrah, dengan Taysir ‘Alwani di Al-Jazeera. Al-aulani menganjurkan untuk menyaksikan wawancara Sami Al-‘Uraidi dengan Media Al-Manarah Al-Baydlaa. Ia mengatakan wawancara tersebut mewakili pendapat Al-Qaeda dalam hal-hal yurisprudensi. Al-‘Uraidi menjawab sejumlah pertanyaan tentang apa itu Jabhah Nushrah, apa tujuannya, dan posisinya diantara para pejuang lainnya dalam peperangan ini. Al-‘Uraidi menjelaskan bahwa Jabhah Nushrah bukanlah Khawarij atau Murji’ah, bukan Qadariyyah atau Jabariyyah, bukan Nawasib atau Rawafid, tetapi adalah golongan Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah (artinya pertengahan).
Ia menjelaskan pandangan Jabhah Nushrah terhadap rakyat Suriah, dan menanggapi tuduhan bahwa Jabhah Nushrah telah bara’ (membuat Takfir) terhadap sebagian penduduk Suriah. Ia mengatakan, “Kami tidak bara’, seperti anggapan beberapa orang yang telah menuduh kami. Mereka-mereka [yang menuduh kami] dengki akan sambutan hangat penduduk kepada kami ketika ummat Suriah melakukan demonstrasi pada hari Jum’at dengan judul ‘Kami semua adalah Jabhah Nushrah (We are all Jabhah Nushrah)’. Karena kami menganggap semua Muslim di Syam sebagai Muslim. Kita mengatakan sebagaimana Syaikh Al-Jaulani mengatakan, ‘Orang-orang Muslim Syam, perjuangan kami untuk memperjuangkan kalian, demikianlah pengorbanan kami,’.”
Al-‘Uraidi berbicara tentang rencana Jabhah Nushrah setelah jatuhnya rezim Assad. Ia mengatakan, “Kami akan bekerjasama dengan orang-orang Syam [Suriah secara eksklusif dalam kasus ini] dalam menegakkan Syariah dan Daulah Islam sehingga keadilan dan kemakmuran bisa menyebar di negeri ini.”
Menanggapi pertanyaan tentang kelompok pemberontak yang lain, ia mengatakan, “Semua kelompok yang berjuang, meskipun mereka bermacam-macam, mereka berjuang untuk menurunkan rezim Assad, tetapi mereka berbeda dalam hal-hal lainnya.” Ia melanjutkan dengan mengatakan, “Kebanyakan batalion-batalion yang terjun di lapangan, mereka berjuang untuk menegakkan Syariah, maka mereka semua itu adalah saudara kita walau nama mereka berbeda-beda, bahkan jika kita berbeda pada beberapa hal yang sekunder. Adapun mereka yang menginginkan negara sekuler, mereka adalah minoritas, dan kami dengan hormat meminta mereka untuk kembali ke fithrah mereka, dan waspadalah terhadap apa yang telah terjadi di Mesir, Tunisia, dan Libya.
Deklarasi Revolusi (Mitsaq Syarof):
Kemarin [Senin], Deklarasi Revolusi ditandatangani oleh sejumlah kelompok Islam di Suriah. Deklarasi ini menyerukan pembentukan sebuah negara yang berdasarkan keadilan, hukum, dan kebebasan. Hal ini juga berarti penghapusan dari sektarianisme dan rasisme. Deklarasi ini disambut oleh seluruh front-front islami dan sekuler di Suriah.
Sami Al-‘Uraidi memiliki beberapa kritikan, ia menanggapi dengan point-point berikut:
Kehidupan di pegunungan dan gua-gua di bawah naungan Syariah, adalah lebih baik daripada hidup di istana di bawah naungan yang lain. Kami telah mengalami pengalaman tentang ini ketika bersama dengan Taliban.
Aku mengatakan kebenaran dan tidak takut terhadap orang-orang yang berusaha untuk menimbulkan intelektual terorisme kepada kami, baik yang radikal maupun yang terlalu berlonggar-longgar, yang jika dilakukan hanya mendorong kita menuju kegelapan, penindasan, kemunduran, dan kemurtadan. Mereka yang ingin mengikuti jalan Jihadu-Ummah [jihad dengan tujuan mendirikan daulah Islam] tidak harus menyerahkan prinsip-prinsip dan dasar dari umat [Daulah Islam].
Jihadu-Ummah dimulai dengan pengorbanan, dan Jihadu-Nakhba [jihad dengan tujuan memimpin daulah Islam, khalifah/gubernur/kongres/dll] harus dimulai dengan tujuan yang stabil dan tidak berubah.
Saya katakan kepada mereka yang memakai jalan konsesi (berlonggar-longgar), mereka-mereka yang di pinggir-pinggir jurang: {Mereka berkeinginan agar kalian bersikap lunak/mudahanah kepada mereka, sehingga mereka [juga] akan lunak dengan kalian.} [QS. Al-Qalam: 9]
Mereka mengatakan mereka tidak ingin bencana seperti yang menimpa Irak, namun mereka sedang menuju ke arah bencana yang menimpa Bosnia. Obat keselamatan adalah obat yang diambil dari pelajaran masa lalu.
Mereka harus terus terang tentang apakah mereka menginginkan Syariah atau tidak. Setiap orang mengklaim bahwa mereka menginginkan negara yang berkeadilan, tegaknya hukum, dan kebenaran, sama seperti keadaan orang-orang yang menyembah api.
Mereka yang terlalu malu, dalam tulisan atau dalam pidato, untuk mengakui menginginkan Syariah maka tidak ada negara yang secara efektif memerintah negara seperti itu. Ia akan tetap menjadi suatu yang tidak lebih dari sebuah impian yang sulit dipahami.
Apa yang telah memaksa Anda untuk membuat piagam kehormatan itu? Ammar Makrah dan Ibn Al-Sahmi tidak menyerahkan prinsip-prinsip mereka.
Deklarasi Revolusi yang ingin dihormati dan menang haruslah yang didasarkan pada tekad dan Syariah: {Dan sesungguhnya ia adalah peringatan untukmu dan kaummu dan kelak kalian akan dipertanyakan [tentang hal itu].} [QS. Az-Zukhruf: 44].
In syaa Allah, kami tidak akan mengorbankan Syariah, baik Syariah atau mati syahid. Kita berdoa agar Jihad ini dalam pemeliharaan Allah, dan kita berdoa agar kalian juga berada dalam pemeliharaan-Nya.
(aliakram/ansharulislam/arrahmah.com)