SURABAYA (Arrahmah.com) – Dampak rencana penutupan Dolly pada 19 Juni mendatang, operasi anggota TNI yang giat dilakukan serta pemasangan CCTV di sekitar lokalisasi Dolly dan Jarak, rupanya cukup dahsyat. Hal ini berimbas pada sepinya pengunjung lokalisasi.
Udin, pelayan sekaligus makelar salah satu wisma Dolly mengaku sangat terdampak dengan rencana penutupan serta berbagai cara yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk mematikan lokalisasi. Kepada beritajatim.com, Udin menuturkan bahwa pada hari biasa, dirinya bisa menggaet tamu sekitar 15 – 20 orang perhari. “Kalau dulu saya bisa memasukkan tamu antara 15 sampai 20 orang perhari,” ujar Udin, lansir beritajatim.
Lebih lanjut Udin menjelaskan bahwa jasa menggaet tamu yang dilakukannya atau biasa disebut makelar mendapat upah 10 ribu rupiah pertamu. “Dapatnya 10 ribu per tamu. Ya dari itu saja penghasilan saya,” ucapnya.
Setelah muncul isu penutupan serta seringnya operasi anggota TNI ditambah dengan pemasangan CCTV, penghasilan Udin menurun drastis. Saat ini Udin mengaku hanya bisa menggaet 4 – 5 orang saja perhari. “Kalau sekarang sepi mas, banyak nganggurnya. Bisa dibilang penghasilan kita mati,” keluhnya.
Pemkot Surabaya yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini, tetap akan menutup Dolly apa pun rintangannya. Dia akan menyulap lokalisasi Dolly menjadi sentra ekonomi yang terintegrasi. (azm/arrahmah.com)