(Arrahmah.com) – Dengan menyebut nama Allah, shalawat serta salam ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada orang-orang yang berwali kapadanya, amma ba’du :
Ini adalah pernyataan sikap secara ringkas terhadap perkataan dari jubir resmi Jamaah Daulah yaitu Abu Muhammad Al-‘Adnani, kami ingin mendudukkan masalah tuduhan penyimpangan yang ditujukan kepada Al-Qaeda serta ingin membalik tuduhannya tersebut sebagaimana apa yang ia tuduhkan kepada Al-Qaeda, yaitu penyimpangan.
Bagi orang-orang yang meneliti dan mengkaji portfolio sejarah jihad dan perkataan para petinggi Al-Qaeda, mereka tidak melihat adanya perbedaan antara pandangan Al-Qaeda yang dahulu dengan yang sekarang, hanya saja memang terdapat perbedaan pada tanggung jawab operasi yang lebih berkembang dari yang sebelum-sebelumnya. Dan itu semua masih berada di dalam konteks yang tidak bertentangan dengan pemikiran Al-Qaeda yang awal.
Ada seorang penasehat yang berkata: “Apabila anda berargumen, maka janganlah marah, karena argumenmu itu akan berbalik mengalahkanmu sendiri serta menunjukkan bahwa ada permusuhan yang dari diri anda.”
Kini kita semua melihat bahwa pembicaraan Al-‘Adnani telah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Dia menampakkan kemarahannya dan berbicara secara serampangan seperti orang linglung karena dia memiliki pemahaman yang salah dalam tatacara berkomunikasi dengan baik. Sehingga apa yang ia katakan tidak mengandung makna alias omong kosong belaka.
***
Pernyataan ini terbagi menjadi beberapa bagian, dan pada bagian dua nanti kami akan menukilkan beberapa kalimat dari orang yang juga menyangkal perkataan Al-‘Adnani.
Sikap Pertama: Perbedaaan Pendapat Dalam Hal Kekafiran Rafidhah
Ada orang yang melemparkan tuduhan bahwa di antara bukti penyimpangan dari Al-Qaeda adalah pendapatnya dalam masalah kekafiran Syiah rafidhah. Al-Qaeda meyakini bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam hal ini.
-
Pendapat tersebut bermula dari Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri sebelum ia masuk ke dalam jamaah Al-Qaeda seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dan beliau tidak merubah pendapatnya tersebut serta tidak menambahkan sesuatu yang menyebabkan pertentangan dari pendapatnya tersebut.
Jika pendapat beliau adalah termasuk yang dianggap penyimpangan, lalu mengapa Syaikh Usamah bin Laden Taqabbalahullah menyetujui pendapat beliau tersebut? Dan mengapa Syaikh Usamah menjadikan beliau sebagai wakilnya padahal tadi telah dikatakan bahwa beliau menyimpang?
Ada juga beberapa orang yang berkata, kemungkinan Syaikh Aiman tidak menyatakan pendapatnya tersebut dengan mengatasnamakan Al-Qaeda, artinya beliau menganggap itu adalah pendapat pribadinya, maka tentang hal ini kami tidak turut campur.
-
Syaikh Athiyatullah Al Libi pernah berkata: “Yang benar adalah terdapat penjelasan yang lebih rinci mengenai hal ini (kekafiran rafidhah), jadi belum tentu setiap orang yang berasal dari kelompok syiah rafidhah adalah kafir, akan tetapi kita harus merinci setiap orang dari mereka dari keyakinan dan amalannya serta setiap situasi dan kondisinya.”
Beliau mengatakan hal ini pada tahun 2006 pada saat beliau menjadi seorang petinggi di Al-Qaeda, lalu bagaimana Syaikh Usamah bin Laden menyetujui penyimpangan beliau tersebut? Dan mendiamkannya sebagai bentuk keridhaan beliau terhadap Syaikh Athiyatullah?
Berarti penyimpangan di tubuh Al-Qaeda sudah ada semenjak masa Syaikh Usamah bin Laden dan Syaikh Athiyatullah adalah seorang penyimpang!
-
Di luar Al-Qaeda:
Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisiy Hafizhahullah mengatakan pada sebuah kesempatan di acara TV Al Jazeera pada tanggal 10/07/2005: “Sebenarnya saya memiliki pendapat dalam permasalahan ini, yaitu sesuai dengan pendapatnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, bahwa beliau tidak mengkafirkan seluruh orang syiah. Diantara mereka terdapat orang yang tidak mengetahui apapun kecuali shalat dan puasa, mereka juga tidak mengerti tentang penyimpangan madzhab syiah secara detail, contohnya seperti merubah isi Al-Quran dan berbagai perbuatan yang menjerumuskan kepada kekafiran, yang mana sebagian ulama ahlus sunnah ada yang mengkafirkan mereka.”
Bahkan beliau dalam pengantar buku “Syiah” karangan Syaikh Abu Anas Asy Syami mengatakan : “…yang saya ingkari sampai hari ini adalah penyerangan terhadap masjid-masjid mereka serta membunuhi orang-orang sipil mereka secara umum tanpa membedakan antara orang yang bersenjata dengan yang sipil.”
Kemudian beliau berkata kembali: “Dan perbedaan pendapat beliau -Ibnu Taimiyyah—dengan para ulama kelompok-kelompok sesat serta orang-orang awam dan bodoh dari mereka adalah maklum. Penilaian ini bukan hanya pada diri saya sendiri, akan tetapi dari seluruh orang yang memahami perkataan beliau.”
Kemudian Syaikh Al Maqdisi menyebutkan perbedaan hukum bagi para ulama rafidhah dengan orang-orang syiah rafidhah yang awam.
Lantas apakah Al Maqdisi juga wajib dianggap sebagai orang yang menyimpang karena mengatakan hal ini?
Sikap Kedua
Terdiri dari 2 poin:
A- Pujian Orang Kafir
Ada orang yang menuding bahwa di antara kesesatan Al-Qaeda adalah karena mereka dipuji oleh orang-orang kafir, orang-orang sesat serta menyimpang. Kami jawab :
-
Orang kafir Quraisy menjuluki Nabi Muhammad SAW dengan Ash Shadiqul Amin (Orang yang jujur dan terpercaya).
-
Abu Sufyan menyebutkan keunggulan dan kualitas kepribadian Nabi Muhammad SAW di hadapan Heraklius, dia juga mengklaim bahwa dirinya adalah musuh bebuyutan Nabi Muhammad SAW. Karena perkataan Abu Sufyan tersebut, hampir-hampir Heraklius memeluk islam.
-
Orang-orang sekuler dan para orientalis juga memuji beliau Shallallahu Alaihi wa sallam, bahkan Micahel H. Hart dalam bukunya yang berjudul: “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” menempatkan Nabi Muhammad SAW pada urutan pertama.
-
Sebagian orientalis memuji pergerakan dakwah Najdiyah, lalu Mirsal Al Mahmadi mengumpulkan perkataan mereka dan membuat tesis yang berada dibawah bimbingan Syaikh Abdullah Ad Dumaiji dengan judul : “Sikap Para Orientalis Terhadap Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab”. Maka apakah status para pemimpin dakwah tersebut menjadi menyimpang hanya karena musuh memuji mereka?
-
Lembaga Dakwah dan Keilmuan Salafiyah di Iskandariyah mensifati pemimpin Al-Qaeda, Syaikh Usamah bin Laden dengan mujahidin yang telah menggapai syahid, mereka berkata: “Tidaklah engkau keluar dari istanamu dan tumpukan hartamu menuju perbukitan dan gua-gua kecuali untuk menempuh jalan ini (jihad) maka ucapan selamat ditujukan kepada para mujahidin yang pernah menyertaimu dalam peperangan. Kepalanya tegak menghadang Amerika, meninggal dalam keadaan terhormat di bawah kepungan Amerika”.
Lantas apakah pujian dari orang-orang menyimpang tersebut menjadikan beliau menyimpang? Pembahasan tentang permasalahan ini akan terus ada dan tak ada habisnya.
B- Belasungkawa Terhadap Abu Abdul Aziz (Pro Jamaah Daulah)
Ada orang yang menuduh bahwa Al-Qaeda yang selalu menginginkan ada bencana yang menimpa Jamaah Daulah. Setiap ada pembunuhan yang dituduhkan kepada Jamaah Daulah, maka spontan Al-Qaeda mengeluarkan kecaman dan kutukannya. Akan tetapi ketika Syaikh Abu Abdul Aziz, amir jamaah jundul Aqsha meninggal dunia, Al-Qaeda diam seribu bahasa tak mengeluarkan kecaman dan kutukan.
Jamaah Jundul Aqsha memberikan penjelasan pada tanggal 6 Januari 2014 tentang kesyahidan Syaikh Abu Abdul Aziz: “Dengan ini jamaah Jundul Aqsha menyatakan bahwa kami belum mengetahui secara pasti penyebab kesyahidan Syaikh Abu Abdul Aziz, beliau menemui ajalnya di wilayah Deir Sunbul, Jabal Zawiyah.”
Jika jamaah yang dipimpin oleh beliau saja belum mengetahui penyebab kematiannya, padahal mereka notabene adalah orang-orang yang terdekat beliau. Maka bagaimana mungkin pihak selain mereka dituntut untuk mengutuk pembunuhan beliau?
Dan apakah kalian (Jamaah Daulah) telah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai kematian Abu Abdul Aziz?
Janganlah kamu melarang seseorang dari melakukan sesuatu kemudian kamu sendiri melakukannya
Sungguh sangat memalukan kelakuan seperti itu
Sikap Ketiga
A- Pengkafiran Terhadap Al-Qaeda
Ada orang yang menuduh bahwa shahawat dan sekuler berpihak dengan Al-Qaeda. Maka perkataan ini mengandung dua sisi pembahasan yang mutlak berlainan:
- Bekerjasama dengan orang kafir untuk memerangi orang kafir adalah permasalahan ijtihadi yang masih diperbolehkan khilaf di dalamnya.
-
Imam Ahmad Rahimahullah mengharamkannya secara mutlak.
-
Imam Malik Rahimahullah mengaharamkannya dengan pengecualian, beliau berkata : “…kecuali untuk kepentingan kaum muslimin, maka hal ini diperbolehkan”.
-
Imam Syafi’i memperbolehkan dengan dua syarat: “pertama; jumlah kaum muslimin ketika itu lebih sedikit daripada orang-orang musyrik dan yang kedua, harus dipastikan bahwa orang musyrikin (yang diajak bekerjasama) tersebut memiliki pandangan yang baik terhadap Islam dan condong kepadanya.”
-
Imam Abu Hanifah memandang bahwa ini diperbolehkan secara mutlak ketika hukum Islam sedang berkuasa dan berjalan atas orang-orang musyrik, jika hukum syirik pada saat itu lebih berkuasa, maka hukumnya makruh.
Bahkan dalam hal ini ada yang membahasnya lebih jauh, kami nukilkan tulisan dari Syaikh Abu Qatadah Al Filishthini dalam kitabnya : [Ju’nat Al Muthayyibin hal. 62]
Banyak nukilan di dalam bab “Perang Bersama Kelompok Kafir Melawan Kelompok Kafir Lain”. Kalau sekiranya ada salah seorang di antara kita taqlid pada salah satu pendapat, maka tidak boleh bagi yang lain untuk memvonisnya sesat, dan menganggapnya menyimpang. Jika seperti itu maka dia adalah orang jahil murakkab, yang tidak mengetahui perbedaan antara khilaf yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan, yakni perkara-perkara yang qath’i .
-
-
Bekerjasama dengan orang kafir baik shahawat maupun kalangan sekuler dalam memerangi kaum muslimin, maka ini adalah perbuatan kufur dan riddah berdasarkan ijma’ ulama.
Maka apabila poin 1 dikerjakan dengan sengaja (tanpa ada hujjah yang bersifat darurat) maka pelakunya adalah orang yang bodoh dan mengajak kepada kebodohan.
Sedangkan orang yang mengerjakan poin kedua dengan sengaja, maka sudah jelas ia kafir.
B- Preman adalah Bagian dari Umat Islam
Ada orang yang menuduh bahwa di antara sebab penyimpangan Al-Qaeda adalah menganggap para preman masih berada dalam lingkup umat Islam.
Ahlus sunnah, ahlul bid’ah dan ahli maksiat adalah bagian dari umat ini, kegiatan premanisme bukanlah penyebab kekafiran seseorang, dan dia tidak serta merta kafir hanya karena dia seorang preman, dia akan tetap dalam keislamannya hingga dia melakukan perbuatan yang menyebabkanya kafir.
Sikap Keempat: Mendoakan Thaghut dari Al Ikhwan, Muhammad Mursi
Ada yang menuduh bahwa di antara penyimpangan Al-Qaeda adalah Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri mendo’akan Muhammad Mursi dan menjulukinya sebagai harapan umat ini, dan sebagai salah satu dari pahlawan umat ini.
Bagi orang yang meneliti perkataan Syaikh Dr. Aiman Az Zhawahiri, dia tidak mendapati do’a syaikh Aiman tersebut hanya sekedar do’a saja. Beliau berkata:
“Pada hari ini anda dihadapkan pada sebuah ujian yang mahaberat, pilihannya adalah anda harus mampu berpegang teguh dan tidak goyah, anda menuntut secara tegas dan gamblang agar hukum Syariat Islam diberlakukan serta menolak pemberlakuan hukum yang rusak, yaitu hukum sekuler beserta undang-undangnya, lalu anda mendesak untuk membebaskan setiap jengkal wilayah kaum muslimin yang terjajah dan mengabaikan setiap tawaran perjanjian damai yang akan merusaknya, anda juga harus berjanji kepada Rabbmu akan menampakkan kebenaran dari-Nya yang menetapkan syariat atasmu, dan tidak mundur walau satu langkah pun dalam menjalankannya, maka ketika itulah aku akan memberikanmu kabar gembira dan menggelarimu sebagai salah seorang pahlawan dari pahlawan umat ini, sebagai seorang perumus perjuangan terbaik dan seorang panglima besar. Seluruh umat Islam baik di Mesir maupun negara lain akan bergandengan tangan bergerak bersama-sama dibelakangmu dalam memerangi musuh-musuhmu.”
Di sini Syaikh Dr. Aiman Az Zhawahiri mensyaratkan do’anya tersebut dengan memegang teguh syariat Allah dan menanggalkan hukum-hukum buatan manusia di Mesir, atau singkat katanya bertaubat kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ
“Ya Allah, muliakanlah Islam dgn salah satu diantara kedua orang yg paling Engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab. Ibnu Umar berkata; Dan ternyata yg lebih Allah cintai diantara keduanya adl Umar bin Khaththab. Abu Isa berkata; Hadits ini adl hadits hasan shahih gharib dari hadits Ibnu Umar“. [HR. Tirmidzi No.3614].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdo’a agar agama islam tertolong dengan tangan dua orang yang paling memusuhi Islam! Bahkan ketika itu para sahabat berkata: “Bahkan jika keledainya Umar masuk Islam, ia tetap tak akan masuk islam.”
Jika kita katakan bahwa Muhammad Mursi adalah orang yang murtad dengan tingkat Riddah Mughallazhah, maka Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi berkata secara berulang-ulang di dalam kitabnya : “Tuhfat Al Abrar, fie Ahkam Masjid Adh Dhirar”: “Sesungguhnya hukum orang yang mendo’akan kebaikan kepada orang yang terjerumus kedalam riddah mughallazhah seperti para thaghut yang murtad adalah makruh, dan menyebabkan hukum orang yang shalat dibelakangnya adalah makruh.”
Sikap kelima : Tidak Menyeru untuk Memerangi Mursi Padahal dia telah Memerangi Para Mujahidin Di Sinai
Ada orang yang menuduh bahwa Al-Qaeda menyimpang karena tidak mengutuk serangan terhadap para muwahhidin di semenanjung Sinai yang dilakukan oleh Muhammad Mursi dan tidak menyerukan orang-orang untuk memeranginya.
-
Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri telah mengutuk serangan tersebut dalam perkataannya yang berjudul “Iman Mengalahkan Arogansi”. Setengah dari pembahasan di dalamnya adalah pembahasan yang lebih penting dari pada mengutuk serangan terhadap para muwahhidin, yaitu permasalahan berhukum kepada selain apa yang diturunkan oleh Allah dan menyepakati perjanjian dan perundingan bilateral dengan negara kafir. Beliau menegaskannya dengan mengutip firman Allah:
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan”. (Qs. Al-Baqarah )
Para mufassirin bersepakat bahwa arti daripada makna fitnah diatas adalah kufur dan syirik.
-
Pendirian Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri yang tidak menyerukan peperangan terhadap pemerintahan Ikhwanul Muslimin bukanlah hal baru bagi Al-Qaeda, beliau hanya meneruskan langkah para pendahulunya. Syaikh Athiyatullah dalam tulisannya mengomentari Hamas setelah peristiwa pambantaian terhadap masjid Ibnu Taimiyyah:
“Kami berlepas diri dari apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan Hamas, yaitu membunuhi para mujahidin yang berbeda pendapat dengannya, kami mengancam mereka dengan adzab Allah. Akan tetapi kami juga memandang bahwa pilihan saudara-saudara kami kurang jitu dengan memilih melawan Hamas beserta pasukannya.”
Lantas apakah Syaikh Athiyatullah adalah seorang yang menyimpang karena tidak menabuh genderang perang melawan Hamas?
Juga Syaikh Abu Walid Al Maqdisi (Amir Jamaah Tauhid wal Jihad di Gaza) berkata tentang Hamas dalam fatwa no. 1128 di dalam Minbar Tauhid wal Jihad: “Dilihat dari situasinya, maka sebaiknya para ikhwah tidak memerangi pemerintahan ini, karena dampak dari memerangi mereka adalah terkurasnya tenaga dan energi dan membuat para ikhwah binasa, ditambah lagi mereka sedang di dalam kondisi yang lemah, ketergesa-gesaan dalam memerangi mereka hanya akan menimbulkan korban dari warga sipil yang tak bersalah, sehingga mereka akan menjauhi dakwah tauhid.”
Apakah lantas Syaikh Abu Walid Al Maqdisi menjadi seorang yang menyimpang karena beliau tidak menganjurkan menyerang Hamas dan tidak mengumumkan peperangan terhadapnya. Terlepas dari apa yang telah beliau perbuat.
-
Syaikh Abu Muhammad (Al-Maqdisi) juga berkata dalam fatwa Minbar Tauhid wal jihad no.1599: “… oleh karenanya maka kami tidak menfatwakan dan menyerukan satu kalimatpun yang mengarah kepada memerangi Hamas serta pergerakan mereka.”
Maka lantas apakah Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi adalah seorang yang menyimpang karena beliau tidak menyerukan untuk memerangi Hamas walaupun mereka memerangi para muwahhidin?
Artinya Majelis Syura Mujahidin di lingkungan Baitul Maqdis yang notabene pendukung Jamaah Daulah juga akan dianggap menyimpang karena tidak memerangi Hamas dan tidak menyerukan kepada orang-orang agar memerangi Hamas.
Bersambung Insya Allah…
Sumber: Muqawamah Media
(aliakram/arrahmah.com)