KHURASAN (Arrahmah.com) – Yayasan As-Sahab, sayap media Mujahidin Al-Qaeda, pada hari Jum’at (2/5/2014) merilis video keempat dari serial “Hari-hari Bersama Al-Imam”. Serial video tersebut merupakan ceramah Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri hafizhahullah yang menceritakan kenangan-kenangan beliau selama menyertai Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Video keempat “Hari-hari Bersama Al-Imam” berdurasi 39 menit 28 detik. Dalam video tersebut Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri banyak bercerita tentang pertempuran heroik di pegunungan Tora-Bora, Jalalabad, Afghanistan saat terjadi invasi zionis-salibis pada akhir tahun 2001. Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri menceritakan beberapa tokoh Afghanistan yang berjasa besar kepada Syaikh Usamah bin Ladin dan mujahidin Al-Qaeda sehingga mereka berhasil keluar dari Tora-Bora dengan selamat.
Berikut ini adalah terjemahan lengkap video seri keempat “Hari-hari Bersama Al-Imam” tersebut.
Hari-hari bersama sang Imam
Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang setia kepadanya. Amma ba’du.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin di setiap tempat.
As-salamu ‘alaykum wa rahmatullah wa barakatuh
Ini merupakan seri keempat dari serial “hari-hari bersama al-imam” dimana saya mengingat kenangan-kenangan yang baik, yang telah saya jalani bersama Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan menyusulkan kita kepada beliau dalam kebaikan.
Catatan pertama
Dalam mukaddimah serial ini, saya ingin sekali mengingatkan satu perkara yang sangat penting, yaitu bahwasanya saya dalam seri kali ini dan seri-seri sebelumnya sangat menjaga untuk hanya menceritakan orang-orang yang telah gugur sebagai syahid, yang saya pernah hidup bersama mereka dan saya menyertai mereka dalam menghadapi peristiwa-peristiwa penting tersebut.
Saya tidak berbicara tentang orang-orang yang masih hidup, demi menjaga keselamatan mereka. Sebab peperangan sampai saat ini masih berlanjut dan musuh-musuh Islam senantiasa mengintai serta berupaya mengendus setiap informasi apapun untuk menyakiti seorang muslim, seorang mujahid atau seorang simpatisan jihad dan mujahidin.
Saya mengakui kebaikan orang-orang yang masih hidup tersebut. Saya dan ikhwan-ikhwan sekali-kali tidak akan bisa melupakan jasa yang telah mereka persembahkan untuk jihad dan mujahidin dalam periode yang sulit, keras dan sangat berat ini, dimana kelompok orang yang beriman dengan peralatan yang sangat sedikit menghadapi kekuatan materi – militer terbesar dalam sejarah dunia, lalu kelompok orang yang beriman mengalahkannya atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saya ingin mengingatkan akan ucapan terima kasih kami kepada orang-orang yang masih hidup tersebut, karena mereka telah memberikan bantuan kepada kami secara khusus, juga kepada jihad dan mujahidin secara umum.
Saya katakan kepada mereka bahwa saat saya tidak menceritakan tentang mereka, sebenarnya hal itu adalah demi menjaga keselamatan mereka. Akan datang suatu hari, insya Allah, dimana kami akan menceritakan tentang kalian, keutamaan kalian dan jasa kalian.
Di sini saya hendak mengingatkan bahwa rakyat Afghanistan dan rakyat Pakistan secara umum telah menyertai kami dalam menghadapi ujian yang sangat berat ini, khususnya suku Pasthun dan Balusy yang tegar dan gagah perwira. Kami memohon kepada Allah semoga membalas dengan kebaikan setiap orang yang berpihak kepada jihad dan mujahidin. Inilah catatan pertama.
Catatan kedua
Sebenarnya saya merasa kurang dalam mengenalkan keutamaan al-imam al-mujaddid [pembaharu] al-mujahid, Syaikh Usamah bin Ladin. Semoga saya memiliki udzur atas hal itu dan semoga ikhwan-ikhwan bisa mendapati sebagian udzur bagi saya atas hal itu, karena sedikitnya menetap [di sebuah tempat, dimana beliau sering berpindah-pindah tempat, red] dan kesibukan menghadapi beban-beban [tanggung jawab] peperangan yang tengah membara ini, serta kondisi keamanan yang memaksa kami dan mujahidin untuk berhati-hati.
Namun sebenarnya saya ingin memberikan teguran keras kepada para penulis dan pemikir yang tulus dari kalangan umat Islam, juga para tokoh bijaksana yang mencintai Syaikh Usamah bin Ladin dan mengerti kedudukan beliau; juga kepada para pecinta, kawan akrab dan teman perjalanan Syaikh Usamah bin Ladin di jalan jihad dan hijrah.
Saya ingin menegur mereka dengan teguran keras, karena mereka tidak berbicara tentang Syaikh Usamah bin Ladin, sang raksasa dan gunung yang menjulang kokoh dalam sejarah Islam, al-imam, al-mujaddid, dimana saya kira tidak berlebihan bila saya katakan beliau adalah Shalahuddin Al-Ayyubi abad ini. Beliau orang yang rela meninggalkan hartanya, studinya, keluarganya, tanah airnya, bahkan paspor dan kewarga negaraannya, dan segala sesuatu, beliau rela meninggalkan semuanya demi jihad di jalan Allah.
Allah Ta’ala telah memuliakan beliau dimana sejak usia mudanya beliau telah terlibat langsung dalam jihad melawan musuh-musuh Islam. Allah telah memuliakan beliau dimana beliau terlibat dalam jihad mengalahkan Imperium Komunis Rusia [Uni Soviet saat itu, red]. Beliau juga terlibat dalam jihad mengalahkan Imperium Salibis Barat – Amerika dalam waktu yang sempit ini, yang tidak lebih dari dua dekade [20 tahun, red]. Dalam kedua jihad tersebut beliau adalah seorang yang senantiasa memberikan perannya, imam, senantiasa maju tanpa gentar, dermawan, menonjol dan seorang pahlawan umat Islam. Umat Islam wajib mengenal para pahlawannya, menyebut jasa-jasa mereka dan mewariskan berita kepahlawanan mereka kepada generasi-generasi mendatang.
Dimanakah gerangan ikhwan-ikhwan tersebut? Dimanakah gerangan orang-orang yang mengenal dengan baik keutamaan Syaikh Usamah? Dimanakah gerangan orang-orang yang menghargai peranan Syaikh? Padahal mereka itu banyak, sangat banyak, di tengah umat Islam. Saya berpendapat demikian. Namun mengapa mereka diam saja?
Saya berharap mereka mewakiliku dalam mengemban tugas ini, meskipun itu adalah sebuah kewajiban bagi saya. Saya sangat menyayangkan jika seorang pemain sepakbola, penyanyi atau politikus yang menyimpang mati, akan muncul puluhan buku, program [TV] dan film untuk mengenangnya. Sementara Asy-Syaikh Al-Imam Al-Mujaddid Usamah bin Ladin yang telah “meledakkan” jihad melawan berhala Hubal kontemporer, Amerika, dan Amerika menempatkan beliau sebagai musuh nomor satu baginya…dimanakah keikut sertaan kalian, wahai ikhwan-ikhwan, dalam membicarakan jasa-jasa Syaikh Usamah?
Sebenarnya saya menegur dengan teguran keras semua ikhwan tersebut. Saya mengajak setiap orang yang mengerti nilai Syaikh Usamah, saya mengajak para pecinta Syaikh Usamah, saya mengajak rekan-rekan seperjuangan Syaikh Usamah, teman-teman Syaikh dan orang-orang yang menyertai beliau di atas jalan hijrah dan jihad untuk mengangkat jasa-jasa Syaikh, menceritakannya, dan menuliskannya.
Barangsiapa tidak mampu menulis dengan baik atau tidak mampu berbicara dengan baik, maka hendaknya mereka meminta bantuan orang-orang baik yang memiliki kemampuan menulis atau bercerita. Hendaknya mereka mengumpulkan memori-memori yang baik dan sejarah yang harum semerbak tersebut, dimana sebagian darinya telah saya saksikan sendiri, dan mereka menyaksikan banyak bagian darinya.
Sebenarnya saya mengajak mereka dan menaruh amanah tersebut di atas pundak mereka. Mereka tidak boleh menyembunyikan [menyimpan begitu saja] sejarah Syaikh yang harum semerbak. Mereka harus menampakkannya dan menceritakannya, karena hal ini merupakan bagian dari jihad melawan Amerika. Amerika berusaha untuk membuat citra buruk Syaikh atau menyembunyikan jasa-jasa Syaikh. Inilah catatan yang hendak saya ingatkan.
Termasuk dalam hal ini adalah satu perkara lainnya, yaitu ketika sebagian ikhwan berbicara tentang Syaikh Usamah bin Ladin, mereka berbicara tentang aspek akhlak dan aspek perilaku beliau, keluhuran akhlak, sikap toleran dan kedermawanan beliau; tidak diragukan lagi itu adalah kelebihan-kelebihan beliau yang diakui sendiri oleh musuh beliau dan kawan beliau. Kita wajib menyebutkannya dan memujinya.
Namun apakah Syaikh Usamah bin Ladin menjadi seorang imam karena beliau memiliki keluhuran akhlak atau tata cara pergaulan yang baik? Syaikh Usamah bin Ladin menjadi seorang imam dan mujaddid karena beliau telah “meledakkan” jihad melawan Amerika, turut serta dalam jihad melawan Komunis Rusia, dan membongkar kedok para penguasa bobrok [di negeri-negeri kaum muslimin]. Inila aspek yang paling kuat, paling jelas dan paling menonjol dalam kehidupan Syaikh Usamah bin Ladin.
Oleh karena itu wahai ikhwan-ikhwan, kenapa saat kalian membicarakan tentang Syaikh, kalian tidak membicarakan aspek yang sangat urgen ini, aspek yang karenanya Syaikh Usamah bin Ladin menjadi seorang imam.
Lagi, sebagian ikhwan ketika membicarakan tentang Syaikh, mereka hanya menyebutkan jihad beliau melawan Rusia. Lalu mereka diam dan menyembunyikan dua perkara yang sangat urgen dalam perjalanan hidup Syaikh.
Perkara pertama adalah jihad Syaikh melawan Amerika. Syaikh Usamah bin Ladin mampu menyatukan umat Islam dan memobilisasi mereka untuk melawan musuh bersama, berjihad bersama melawan mush bersama, yaitu Amerika. Ijtihad beliau dalam hal ini adalha ijtihad yang mendapat taufik berkat karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perkara kedua yang sangat urgen adalah sikap Syaikh Usamah bin Ladin dari para penguasa yang bobrok lagi membuat kebobrokan. Ya, memang Syaikh Usamah mengatakan bahwa jika kita semua telah bersatu melawan pemimpin kekafiran, si kepala ular, berhala Hubal kontemporer seperti yang beliau istilahkan, dan jika berhala terbesar ini telah runtuh niscaya berhala-berhala kecil dan para pengekornya juga akan ikut runtuh.
Akan tetapi pada saat yang bersamaan, beliau juga membongkar, menyingkap, menantang, mengkritik, dan menjelaskan kebobrokan para penguasa yang rusak lagi berbuat kerusakan tersebut, dan beliau menghasung umat Islam untuk melawan mereka.
Maka dimanakah dua aspek ini, wahai ikhwan-ikhwan, dalam pembicaraan kalian tentang Syaikh Usamah bin Ladin? Kenapa kalian tidak menampakkan secara jelas dua aspek yang sangat urgen dalam kehidupan Syaikh Usamah ini? Kenapa kalian tidak menampakkan secara jelas dua aspek yang sangat urgen dalam kehidupan Syaikh Usamah ini?
Wahai ikhwan-ikhwan yang tercinta…
Syaikh Usamah bin Ladin mendukung revolusi banga-bangsa Arab melawan para penguasa yang bobrok lagi membuat kebobrokan. Sebelum revolusi itu terjadi, beliau telah menghasung umat Islam untuk bergerak dan membebaskan diri dari kekuasaan para rezim tersebut. Beliau telah menghasung umat Islam untuk melakukan revolusi dan bangkit melawan. Kemudian saat revolusi-revolusi rakyat tersebut terjadi, beliau memberikan sikap dukungan, memuji dan mendoakan keberkahan untuknya.
Hal yang lebih penting dari semua sikap itu adalah beliau memberikan pengarahan kepadanya. Beliau memberikan pengarahan kepadanya karena revolusi-revolusi ini harus menjadi revolusi yang lurus [benar], yang mengantarkan rakyat-rakyat tersebut kepada hukum [pemerintahan] Islam dan pembebasan diri dari kekuasaan pihak asing dan kebobrokan penguasa dalam negeri.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi membuktikan bahwa pandangan Syaikh tersebut yang memperingatkan umat Islam untuk waspada agar tidak terjatuh dalam kubangan lumpur demokrasi sekuler adalah peringatan yang tepat dan sesuai pada tempatnya.
Realita telah tersingkap, topeng telah terbongkar, Amerika telah menampakkan taring-taringnya, dan para antek Amerika telah menyeringaikan taring-taring mereka serta menampakkan wajah mereka yang sesungguhnya, dimana mereka menggilas revolusi-revolusi ini dengan tank-tank dan panser-panser, membombardirnya dengan pesawat-pesawat tempur, dan membunuhnya dengan senapan-senapan dan meriam-meriam. Para penguasa antek Amerika itu memakan patung roti demokrasi yang mereka ciptakan dan mereka anggap suci.
Peristiwa-peristiwa telah membuktikan jauhnya pandangan Syaikh Usamah bin Ladin dan kebenaran pendapat beliau bahwasanya beliau menyerukan agar revolusi-revolusi itu melanjutkan perjalanannya, namun revolusi-revolusi ini terperangkap dan lenyap sia-sia dalam kubangan lumpur demokrasi, kemudian banyak aktivis Islam yang tidak lagi mengerti kebenaran-kebenaran ajaran Islam, mereka kebingungan dan kehilangan jalan akibat rayuan-rayuan demokrasi dan bualan-bualan mimpinya.
Pada hari ini kita melihat bahwa apa yang terjadi di negeri Syam, Mesir, Libya, dan Tunisia; semuanya berjalan di atas satu perencanaan yang sama [yang dirancang] oleh Amerika, meskipun ada perbedaan dalam beberapa uraian rinci dan momentumnya. Namun semua itu mengarah kepada satu hal yang sama, yaitu memancing para aktivis Islam kepada kubangan lumpur demokrasi sekuler. Dalam kubangan itulah kekuatan aliran perjuangan Islam [aktivis Islam] akan tercerai-berai seperti halnya aliran air sungai akan tercerai berai manakala memasuki rawa-rawa dan kolam-kolam.
Kemudian jika cara [demokrasi sekuler] ini tidak sukses menjebak para aktivis Islam, maka musuh kita yaitu Amerika akan menampakkan wajah buruknya yang sesungguhnya dan para antek Amerika akan maju dengan senjata, pembantaian, dan pemberangusan untuk membungkam harapan bangsa-bangsa muslim yang menginginkan pemerintahan hukum Islam, terbebas dari hegemoni asing dan kebobrokan penguasa dalam negeri.
Apa yang hari ini terjadi di Mesir, wahai ikhwan-ikhwan, adalah kejahatan yang pilar-pilarnya telah sempurna; kejahatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh orang-orang sekuler dan propagandis liberalisme-HAM dan demokrasi, slogan-slogan kosong yang tak ada realitanya. Kejahatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan musuh dari luar negeri, yaitu Amerika, dengan perantaraan kekuatan militer yang dididik, dilatih, disusui, diasuh dan dibiayai oleh Amerika.
Inilah segitiga musuh yang sangat berbahaya. Sayangnya, mereka masih diperkuat oleh partai palsu, [diktator militer Abdel Fattah] As-Sisi, yang melakukan kebohongan besar-besaran untuk melegalkan kebiadaban militer ke-Amerika-amerikaannya dan para separatis Kristen. Mereka semua, wahai ikhwan-ikhwan, pada hari ini bersama-sama melayani kepentingan program militer Amerika. Mereka semua menentang revolusi bangsa-bangsa Arab yang ingin kembali kepada [pemerintahan] Islam, leluasa menerapkan syariat Islam, terbebas dari penjajahan asing dan kebobrokan penguasa dalam negeri.
Pada hari ini, wahai ikhwan-ikhwan, di Mesir kita menghadapi orang-orang sekuler yang bejat, pihak militer yang membantai, dan para hakim yang fasik. Kita menghadapi gabungan kelompok yang bobrok dan membuat kebobrokan tersebut. Ini adalah kejahatan yang telah sempurna pilar-pilarnya. Mereka adalah para penjahat yang menyerang dan menindas umat Islam.
Umat Islam berhak untuk membela diri. Umat Islam berhak untuk melawan kezaliman. Para ulama fiqih telah menetapkan bahwa musuh yang menyerang nyawa, agama dan harta harus dilawan dengan sarana yang memungkinkan untuk menghentikan kejahatannya. Umat Islam berhak memilih cara untuk menghadapi para musuh yang menyerang tersebut. Umat Islam dan para tokoh mereka berhak memilih cara yang sesuai untuk melawan permusuhan tersebut.
Bukan hak penjahat untuk memaksakan kepada korbannya sarana yang dipergunakannya untuk melawannya. Bukan hak pihak yang zalim untuk memaksakan cara yang dengan orang yang dizalimi mencegah kezaliman pihak yang menzaliminya. Melawan kezaliman adalah kewajiban yang ditetapkan oleh syariat, ditetapkan oleh Islam, dan tidak ada seorang pun yang berhak mencegah orang lain untuk mempergunakan sarana yang paling cocok dalam melawan kezaliman tersebut.
Inilah yang hendak saya sampaikan dalam mukaddiman pembicaraan saya pada hari ini.
Seperti yang sebelumnya telah saya janjikan kepada kalian, saya ingin membicarakan tentang Syaikh Usamah bin Ladin di pegunungan Tora Bora, dimana ia merupakan fenomena yang menunjukkan keistimewaan Syaikh Usamah bin Ladin dalam aspek berserah diri kepada Allah Ta’ala semata, yakin kepada pertolongan-Nya dan ketegaran dalam menghadapi musuh-musuh-Nya; lebih dari itu kepiawaian politik dan militer Syaikh Usamah dalam memanage peperangan yang berat lagi sulit dimana 300 singa Islam menghadapi pasukan Amerika dan sekutu-sekutunya, antek-anteknya dan orang-orang munafik.
Pada saat tersebut, wahai ikhwan-ikhwan, pada pertempuran Tora bora yang secara riil dimulai tepat pada tanggal 17 Ramadhan [1422 H/2002 M]. Pada saat itu ikhwan-ikhwan, apa ya istilahnya, saya katakan para ikhwan pada saat itu mengingat-ingat posisi Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma di hadapan musuh-musuhnya. Saat itu mereka terkucilkan, tercerai-beraikan, bantuan dan dana terputus dari mereka, dan mereka dikepung dari seluruh arah oleh orang-orang munafik. Sementara itu pasukan Amerika dan sekuru-sekutunya negara-negara Barat telah selesai dari peperangan di Afghanistan [menjatuhkan pemerintahan Taliban, red], sehingga mereka mengerahkan seluruh kekuatannya ke Tora Bora.
Dalam peperangan yang dicatat oleh sejarah tersebut dengan pengorbanan dan darah ikhwan-ikhwan, dengan penderitaan dan kesabaran mereka, nampak jelas beberapa makna yang sangat urgen, yang hendak saya biacarakan.
Hal pertama yang hendak saya bicarakan dalam peperangan Tora Bora adalah saya ingin mengenalkan dan menyampaikan penghargaan kepada para pendukung, teman dekat, dan pembela yang menolong mujahidin di Tora Bora. Sebaliknya, saya ingin menyebutkan sebagian contoh dari para pengkhianat, antek dan orang munafik yang bergabung di bawah bendera aliansi pasukan salibis Amerika dalam menghadapi sekelompok kecil orang yang berimana ini.
Syaikh Yunus Khalis rahimahullah
Orang pertama yang hendak saya bicarakan dari kalangan para pendukung, teman dekat, pembela dan pecinta adalah Syaikh al-jihad, ulama, mujahid, orang yang sabar, orang yang teguh di atas kebenaran, yang saya berdoa kepada Allah semoga menerimanya dalam surga yang tertinggi, fadhilah asy-syaikh al-mujahid Syaikh Muhammad Yunus Khalis rahimahullah, semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Saya telah membicarakan tentang beliau dalam serial
sebelumnya, saya telah membicarakan tentang ketegaran dan jihad beliau, rasa cinta beliau kepada Syaikh Usamah dan hubungannya yang erat dengan Syaikh Usamah rahimahullah.
Namun di sini saya hendak menyebutkan sebuah sikap beliau yang agung dalam peristiwa perang Tora Bora. Saat itu pasukan Amerika yang dibagian terdepannya diperkuat oleh orang-orang munafik telah bergerak maju menuju Jalalabad dan wilayah sekitarnya. Syaikh Muhammad Yunus Khalis rahimahullah membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk menerima istri-istri dan anak-anak mujahidin Arab. Beliau melindungi mereka sehingga orang-orang munafik tidak bisa memperjual belikan mereka. Beliau menjaga mereka sampai beliau berhasil mengantarkan mereka dengan selamat ke tempat yang aman. Semoga Allah membalas beliau dengan sebaik-baik balasan atas sikap yang mulia ini.
Sebelumnya saya telah menceritakan bahwa meskipun Syaikh Muhammad Yunus Khalis rahimahullah saat itu sedang sakit keras sampai beliau lumpuh, beliau bersikeras untuk memberikan penjelasan dalam bentuk video dimana di dalamnya beliau mengajak umat Islam di Afghanistan untuk berjihad melawan Amerika yang telah menjajah negeri mereka sehingga jihad telah menjadi fardhu ‘ain. Padahal saat itu beliau dalam kondisi lemah, dalam cengkeraman mereka [telah tertangkap, red], lumpuh dan tidak memiliki kebebasan apapun. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Komandan Moalim Awal Gol
Pahlawan kedua yang ingin saya puji dan sebutkan adalah sang pahlawan, sang komandan, Moalim Awal Gol, semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas. Moalim Awal Gol berasal dari propinsi Laghman, propinsi yang bersebelahan dengan wilayah Jalalabad. Ia adalah seorang pendukung Syaikh Muhammad Yunus Khalis dan perwira militer dalam tanzhim jihad Syaikh Yunus Khalis. Kemudian saat Imarah Islamiyah [Taliban] berdiri di Afghanistan, ia menjadi pejabat Imarah Islamiyah Afghanistan dan menjadi komandan Brigade Tank di Jalalabad.
Hubungan sang pahlawan, sang komandan, Moalim Awal Gol, dengan Syaikh Usamah bin Ladin sudah terbina sejak lama sekali, sejak zaman jihad [melawan komunis Uni Soviet]. Komandan Moalim Awal Gol adalah tetangga Syaikh Usamah dan ikhwan-ikhwan di Jalalabad, mereka tinggal di desa Najmul Jihad yang didirikan oleh Syaikh Yunus Khalis dan rekan-rekannya para mujahidin di Jalalabad.
Syaikh Usamah sering berhubungan dan mengunjungi rumah komandan Moalim Awal Gol. Bahkan setelah Syaikh Usamah berpindah dari Jalalabad ke Kandahar, jika Syaikh Usamah berkunjung ke Jalalabad, beliau pasti berkunjung ke rumah Komandan Syaikh Moalim Awal Gol. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
Syaikh Moalim Awal Gol, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, memiliki sebuah sikap, bahkan banyak sikap yang agung lagi heroik dalam peperangan di Tora Bora. Ketika pasukan Amerika dan orang-orang munafik masuk ke Jalalabad, mereka menyangka sikap Komandan Moalim Awal Gol tidak memusuhi mereka, setidaknya pada periode pertama. Oleh karenanya mereka tidak melengserkan Komandan Moalim Awal Gol dari jabatannya sebagai Komandan Brigade Tank di Jalalabad.
Syaikh Moalim Awal Gol mengirim utusan kepada Syaikh Usamah bin Ladin dan menyatakan: “Saya berada di bawah perintah Anda. Saya berada di bawah perintah Anda. Silahkan, Anda bisa memerintahkan saya untuk meninggalkan tempat ini dan jabatan saya, lalu saya akan berhijrah ke luar Afghanistan. Atau Anda bisa juga memerintahkan saya tetap memegang jabatan saya saat ini, maka saya akan menjadi mata-mata, pembantu dan penolong bagi Anda. Saya akan mengirimkan informasi-informasi dan perkembangan-perkembangan terbaru secepat mungkin.”
Dan memang akhirnya Syaikh Moalim Awal Gol, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, mengirimkan informasi-informasi dan perkembangan-perkembangan terbaru secepat mungkin kepada Syaikh Usamah. Beliau menyampaikan berita-berita mengenai apa yang direncanakan oleh orang-orang munafik, kapan mereka berkumpul, apa yang mereka katakan, dan apa yang mereka persiapkan. Syaikh Moalim Awal Gol mengirimkan berita-berita tersebut kepada ikhwan-ikhwan di Tora Bora.
Kemudian Amerika memutuskan untuk menyerang ikhwan-ikhwan di pegunungan Tora Bora. Tentu saja Amerika tidak pernah berani melakukan serangan langsung secara berhadap-hadapan dengan mujahidin. Ini merupakan sebagian pelajaran yang akan saya sebutkan dan pelajaran yang bisa diambil dari peperangan Tora Bora, yaitu bahwa pasukan salibis – Barat pimpinan Amerika sangatlah pengecut, penakut dan berambisi kepada kenikmatan dunia. Mereka tidak pernah berani berperang berhadap-hadapan secara langsung kecuali ketika mereka telah mampu mengerahkan pasukan sangat besar melawan lawannya. Mereka senantiasa mendorong orang-orang munafik untuk berperang di bagian depan mereka, seperti terjadi di Irak, Vietnam dan banyak peperangan mereka di tempat-tempat lain.
Amerika memutuskan untuk menempatkan pasukan orang-orang munafik untuk mengepung Tora Bora. Di antara kesatuan yang mereka putuskan untuk mengepung dan menyerang Tora Bora adalah Brigade Tank di Jalalabad. Pasukan salibis – Barat tetap mengepung dan membombardir dari udara, sehingga mereka aman dari penyerbuan mujahidin, seperti yang akan saya sebutkan nanti.
Saat surat perintah datang kepada Komandan Moalim Awal Gol untuk bergerak dengan Brigade Tanknya dan berperan aktif dalam pengepungan terhadap Tora Bora, maka Moalim Awal Gol mengirim utusan kepada Syaikh Usamah bin Ladin dan meminta pendapat beliau. Moalim Awal Gol mengatakan: “Menurut pendapat Anda, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus melepaskan jabatan saya, berhijrah dan meninggalkan Afghanistan, ataukah saya tetap memimpi Brigade Tank dalam mengepung Tora Bora, namun saya berjanji kepada Anda bahwa semua tembakan pasukan tank saya akan saya arahkan ke gunung-gunung kosong yang jauh dari posisi-posisi mujahidin?”
Berita ini sampai kepada kami saat kami berada di Tora Bora. Maka saya dan seorang ikhwan, karena dorongan emosi, mengatakan: “Bagaimana Moalim Awal Gol rela berada dalam pasukan orang-orang murtad, padahal ia adalah seorang mujahid?” Kami tersulut emosi.
Namun Syaikh Usamah bin Ladin, dan ini saya sebutkan sebagai bagian dari kepiawaian politik beliau, mengatakan: “Orang ini adalah pendukung kita dan pecinta kita, ia menembakkan tank-tanknya ke gunung-gunung kosong yang jauh dari posisi kita, adalah lebih baik daripada posisinya digantikan oleh setan lainnya yang mengarahkan tembakan tank-tanknya tepat ke arah kita dan membombardir kita.”
[Syaikh Aiman Az-Zhawahiri tertawa]
Kami katakan: “Ya, benar. Kembalilah kepada Moalim Awal Gol dan katakan kepadanya baik, yaitu berserah dirilah kepada Allah dan laksanakanlah rencana ini.”
Dan memang benar, tidak satu pun tembakan tank pasukan Moalim Awal Gol mengenai kami. Kami melihat tembakan-tembakan itu menghantam gunung-gunung di sekitar kami.
Kemudian sikap heroik lainnya dari Komandan Moalim Awal Gol adalah saat Syaikh Usamah bin Ladin memutuskan untuk menyingkir dari pegunungan Tora Bora, ini juga sebuah kisah tersendiri —yang akan saya ceritakan dalam kesempatan yang lain insya Allah— tentang kepiawaian politik Syaikh Usamah dan bagaimana beliau bisa membebaskan diri dan menyelamatkan sebagian besar pasukan beliau dari Tora Bora serta menyiapkannya untuk peperangan jangka panjang setelah itu.
Syaikh Usamah menyusun, sebagaimana yang akan saya ceritakan secara rinci insya Allah, rencana untuk keluar dari Tora Bora. Beliau dan sekelompok ikhwan yang menyertainya berpindah dari Tora Bora ke sebuah tempat transit. Dari tempat transit tersebut melalui beberapa kali perpindahan sampai bisa keluar sepenuhnya dari wilayah Jalalabad.
Siapakah yang mengeluarkan Syaikh Usamah dari Jalalabad? Orang yang mengeluarkan Syaikh Usamah dari Jalalabad adalah sang pahlawan, Komandan Asy-Syahid Moalim Awal Gol, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, dalam mobilnya sendiri dan dengan pengawalannya secara langsung. Ia mengeluarkan Syaikh Usamah dari Jalalabad dengan mempergunakan wewenang, posisi dan jabatannya sebagai Komandan Brigade Tank di Jalalabad.
Sikap heroiknya ini merupakan pertama kalinya saya menceritakan kepahlawanan Komandan Asy-Syahid Moalim Awal Gol. Amerika setelah itu meragukan Moalim Awal Gol. Lalu mereka menangkap Moalim Awal Gol. Mereka lalu memindahkannya ke penjara militer Bagram. Mereka lalu memindahkannya ke penjara Guantanamo. Mereka lalu mengklaim bahwa Komandan Moalim Awal Gol meninggal dalam penjara Guantanamo akibat serangan jantung.
Saya sangat meragukan klaim mereka ini. Saya menduga mereka telah membunuhnya, atau berupaya untuk membunuhnya, atau menjadi sebab pembunuhan terhadapnya, sebagai pembalasan mereka kepadanya atas sikap heroiknya [menyelamatkan Syaikh Usamah], yang saya tidak tahu apakah mereka telah mengetahuinya atau mereka belum mengetahuinya. Minimal mereka telah mengetahui sejarah panjang pertemanan dan hubungan erat antara Komandan Moalim Awal Gol dan Syaikh Usamah, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
Saya juga menyebutkan sebuah sikap yang agung dari Komandan Moalim Awal Gol sebelum dimulainya bombardir massif pesawat tempur [pasukan salibis-Barat] terhadap Afghanistan. Saat itu Komandan Moalim Awal Gol mengatakan kepada Syaikh Usamah, semoga Allah merahmati keduanya dengan rahmat yang luas: “Saya siap mengumpulkan untuk Anda para mujahidin terbaik di Afghanistan dan mereka telah siap [menaati perintah Anda]. Mereka hanya memerlukan sedikit dukungan dana, sehingga mereka telah siap bertempur saat pasukan Amerika masuk ke Afghanistan. Saya siap memimpin mereka.”
Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. Syaikh Usamah bin Ladin senantiasa menyebut-nyebut kebaikannya dan mendoakannya, semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan atas sikap-sikap mulia dan heroiknya.
Sikap-sikap mulia dan heroik ini tidak dilakukan oleh Komandan Moalim Awal Gol saja. Hal itu juga dilakukan oleh banyak sekali penduduk Jalalabad dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Namun sebagaimana telah saya katakan, saya meminta maaf kepada ikhwan-ikhwan bahwa saya tidak akan menyebutkan nama orang-orang yang masih hidup, para pahlawan yang telah membantu kami, menyertai kami, mendukung kami dan menunjukkan kwalitas keislaman dan jihad mereka yang sesungguhnya, menampakkan wajah yang sesungguhnya dari umat Islam Afghanistan yang telah mengalahkan Rusia dan kemudian mengalahkan Amerika dengan karunia Allah Ta’ala.
Saya mengajak kepada para pecinta Moalim Awal Gol, para putra Moalim Awal Gol, suku Moalim Awal Gol, penduduk Jalalabad dan umat Islam di Afghanistan untuk melakukan pembalasan atas dibunuhnya Sang Singa, Mujahid, Moalim Awal Gol. [Saya mengajak mereka] untuk melakukan pembalasan terhadap Amerika yang telah membunuhnya atau menjadi sebab atas pembunuhan terhadapnya; juga melakukan pembalasan terhadap para pengkhianat yang melaporkan Moalim Awal Gol dan menyerahkannya kepada Amerika, salah seorang diantara mereka akan saya sebutkan namanya insya Allah.
Melakukan pembalasan atas dibunuhnya Moalim Awal Gol adalah amanat di pundak setiap mereka, setiap mujahid dan setiap muslim di Afghanistan. Mereka wajib melakukan pembalasan untuk Al-Mujahid, sang singa Moalim Awal Gol, yang telah melakukan pembelaan heroik [kepada Syaikh Usamah dan mujahidin Al-Qaeda] pada saat yang paling genting. Sampai-sampai salah seorang utusan Moalim Awal Gol pada suatu kesempatan datang kepada kami dan menceritakan bahwa Moalim Awal Gol menutup pintu rumahnya sambil menangis dan mengatakan: “Apa yang bisa aku lakukan untuk Syaikh Usamah bin Ladin dan ikhwan-ikhwannya?” Al-Akh utusan inilah yang menenangkan Moalim Awal Gol dan mengatakan: “Beginilah sejarah para nabi, para rasul dan orang-orang shalih, mereka pasti diuji.” Semoga Allah merahmati Moalim Awal Gol dengan rahmat yang luas.
Saya ceritakan juga peristiwa yang berkenaan dengan Moalim Awal Gol, semoga Allah merahmatinya, bahwa ada seorang ikhwan datang kepada Syaikh Usamah bin Ladin dan bercerita: “Kami telah berhasil menyingkap salah seorang yang telah melaporkan Moalim Awal Gol [kepada Amerika] dan kami sedang menyusun rencana untuk membunuhnya.”
Syaikh Usamah bin Ladin berkata kepadanya: “Wahai ikhwan-ikhwan, janganlah kalian menghukum orang atas dasar syubhat [dugaan-dugaan yang belum ada buktinya yang kuat]! Takutlah kepada Allah dalam urusan darah dan janganlah membunuh seorang pun atas dasar syubhat, kecuali jika ada bukti secara yakin bahwa ia betul-betul terlibat dalam pengkhianatan dan kerjasama dengan Amerika!”
Qari Abdul Ahad
Pahlawan lainnya yang ingin saya jelaskan jasanya dalam peristiwa peperangan Tora Bora adalah asy-syahid sang pahlawan Qari Abdul Ahad. Pahlawan ini merupakan salah satu pahlawan hebat dalam jihad melawan komunis Rusia. Ia adalah anggota tanzhim Syaikh Muhammad Yunus Khalis, Hizb Islami Afghanistan.
Ia adalah seorang penanggung jawab dalam tanzhim Syaikh Yunus Khalid semasa jihad melawan Rusia. Kemudian ia memiliki sikap mulia mendukung kami dalam peristiwa perang Tora Bora. Ia biasa datang kepada kami, mengunjungi kami, menanyakan secara langsung kondisi kami dan menyampaikan kepada kami berita-berita.
Qari Abdul Ahad, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, adalah orang yang mengeluarkan saya dan sejumlah ikhwan dari Tora Bora. Ia mengantarkan kami ke tempat aman. Minimal beliau mengantarkan kami dalam satu fase dari fase-fase keluarnya kami dari Tora Bora, sehingga kami tiba di tempat yang aman. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Di tengah perjalanan kami keluar dari Tora Bora, kami mengalami sebuah peristiwa yang mengherankan, yang memperlihatkan kekuasaan Allah dan takdir-Nya, bahwa seseorang tidak akan ditimpa kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpanya. Semoga saya bisa menceritakan peristiwa tersebut dalam salah satu pembicaraanku nanti.
Ringkas cerita dari kejadian itu adalah, saya bersama beberapa orang ikhwan dan beberapa orang Anshar [mujahidin Afghanistan, red] berpindah di tengah kegelapan malam, dari satu tempat ke tempat lain, bersama dengan Qari Abdul Ahad. Kami berhenti di sebuah tempat, lalu Qari Abdul Ahad memerintahkan kepada kami untuk menunggu di tempat itu. Qari Abdul Ahad bergerak maju dan memeriksa jalur yang hendak kami lalui, lalu ia mengatakan: “Sekarang jalan telah aman, silahkan bergerak maju.”
Saya tidak mengetahui tempat itu. Saat kami datangi, ternyata itu sebuah bangunan yang dikelilingi oleh pagar tembok. Ketika kami mendekati bangunan itu, saya mendapati bahwa bangunan itu merupakan salah satu markas orang-orang munafik yang telah menguasai beberapa wilayah Jalalabad dan sekitarnya. Lalu saya mendapati bahwa langsung di hadapan kami, dalam jarak sekitar empat atau lima meter, ada lubang [parit] yang dibatasi oleh pagar, lebarnya sekitar tiga sampai empat meter. Kami melewatinya dengan mengendap-endap.
Tiba-tiba datang sebuah mobil milik orang-orang munafik, yang bergerak menuju parit tersebut dan mengarahkan sorot lampu mobil tersebut ke arah parit. Cahaya lampu mobil itu menyingkap keberadaan kami. Kami pun berhadap-hadapan secara langsung dengan mereka. Saya berada di balik sebatang pohon, Allah mengaruniakan keberadaan pohon itu kepada saya. Salah seorang ikhwan yang bersamaku mengatakan kepada saya: “Mundurlah, siapkan senjatamu. Mereka telah menyingkap keberadaan kita, kita harus baku tembak dengan mereka.”
Salah seorang ikhwan lainnya berpostur tinggi besar. Ia tidak menemukan sesuatu [pohon] untuk bersembunyi. Ia secara spontan merebahkan badannya di atas tanah, untuk melindungi dirinya. Kami duduk beberapa detik dan bersiap untuk memulai baku tembak, namun atas takdir Allah, mobil itu berubah haluan dan bergerak ke tempat yang lain. Saya tidak tahu apakah mobil itu ingin merubah posisinya karena telah berhasil menyingkap keberadaan kami ataukah karena mobil itu ketakutan.
Yang penting, begitu mobil itu berbalik ke arah yang lain, datanglah seorang Anshar [mujahid Afghanistan, red] yang masya Allah, badannya sangat kekar dan tinggi besar. Dia mencengkeram saya sekuat tenaga dan menarik saya sekuat tenaga, lalu dia berlari secepat-cepatnya dengan membawa saya. Baru beberapa langkah ia berlari, kami dikejutkan oleh parit saluran air dalam kegelapan, sehingga kami tidak melihatnya. Ia dan saya terjungkal ke dalam saluran air itu dan senjata kami beterbangan. Kami terjungkal dan tercerai-berai. [Syaikh Aiman Az-Zhawahiri tertawa saat menceritakan peristiwa tersebut].
Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Ikhwan Anshar tersebut dengan cepat mampu menguasai dirinya. Ia langsung berdiri dan sekali lagi menarik saya sekuat tenaga. Kami mulai berlari mengelilingi pagar tembok bangunan tersebut, sampai kami menemukan sebuah jalan. Kami terus berlari, kami terus berlari, kami terus berlari. Ikhwan Anshar tersebut, masya Allah, dalam usia seorang pemuda sedangkan saya saat itu berada pada usia 50an. Fisik saya sudah lemah. Maka salah seorang ikhwan yang bersamaku mengatakan kepada ikhwan Anshar tersebut: “Gendonglah, gendonglah Dr. Aiman!” Ia akhirnya menggendong saya. Kami terus berlari dan berlari. [Syaikh Aiman Az-Zhawahiri kembali tertawa saat menceritakan peristiwa tersebut].
Mobil orang-orang munafik itu tiba di awal jalan yang tadi kami lalui, namun alhamdulillah, Allah telah menyelamatkan kami dalam situasi tersebut dengan karunia dan kemurahan-Nya semata. Qari Abdul Ahad akhirnya membawa kami ke sebuah tempat yang aman. Ia mengatur makanan dan perjamuan tamu untuk kami. Kemudian ia membawa kami ke tempat lain yang aman, dengan pengawalannya. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Qari Abdul Ahad gugur sebagai syahid dalam pertempuran melawan pasukan boneka Afghanistan ketika mereka datang menggeledah rumahnya. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
Sebagaimana telah saya katakan kepada saudara-saudaraku mujahidin di Jalalabad, Afghanistan dan setiap tempat, bahwa operasi pembalasan atas gugurnya Moalim Awal Gul, Qari Abdul Ahad dan setiap syahid yang gugur di Afghanistan adalah amanat di pundak kalian, kalian wajib melakukan pembalasan terhadap pasukan Amerika dan pasukan boneka Afghanistan yang membantunya.
Saya cukupkan sampai di sini dan saya menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan sia-sia apa-apa yang dititipkan kepada-Nya. Akhir dari seruan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
(muhib al majdi/arrahmah.com)