KHURASAN (Arrahmah.com) – Yayasan As-Sahab, sayap media Mujahidin Al-Qaeda, pada hari Jum’at (2/5/2014) merilis video keempat dari serial “Hari-hari Bersama Al-Imam”. Serial video tersebut merupakan ceramah Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri hafizhahullah yang menceritakan kenangan-kenangan beliau selama menyertai Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Video keempat “Hari-hari Bersama Al-Imam” berdurasi 39 menit 28 detik. Dalam video tersebut Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri banyak bercerita tentang pertempuran heroik di pegunungan Tora-Bora, Jalalabad, Afghanistan saat terjadi invasi zionis-salibis pada akhir tahun 2001. Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri menceritakan beberapa tokoh Afghanistan yang berjasa besar kepada Syaikh Usamah bin Ladin dan mujahidin Al-Qaeda sehingga mereka berhasil keluar dari Tora-Bora dengan selamat.
Mengingat durasi video tersebut cukup panjang, arrahmah.com insya Allah Ta’ala akan menurunkan terjemahannya dalam beberapa bagian. Berikut ini adalah bagian terakhir dari terjemahan video seri keempat “Hari-hari Bersama Al-Imam” tersebut.
Hari-hari bersama sang Imam
Pahlawan lainnya yang ingin saya jelaskan jasanya dalam peristiwa peperangan Tora Bora adalah asy-syahid sang pahlawan Qari Abdul Ahad. Pahlawan ini merupakan salah satu pahlawan hebat dalam jihad melawan komunis Rusia. Ia adalah anggota tanzhim Syaikh Muhammad Yunus Khalis, Hizb Islami Afghanistan.
Ia adalah seorang penanggung jawab dalam tanzhim Syaikh Yunus Khalid semasa jihad melawan Rusia. Kemudian ia memiliki sikap mulia mendukung kami dalam peristiwa perang Tora Bora. Ia biasa datang kepada kami, mengunjungi kami, menanyakan secara langsung kondisi kami dan menyampaikan kepada kami berita-berita.
Qari Abdul Ahad, semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, adalah orang yang mengeluarkan saya dan sejumlah ikhwan dari Tora Bora. Ia mengantarkan kami ke tempat aman. Minimal beliau mengantarkan kami dalam satu fase dari fase-fase keluarnya kami dari Tora Bora, sehingga kami tiba di tempat yang aman. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Di tengah perjalanan kami keluar dari Tora Bora, kami mengalami sebuah peristiwa yang mengherankan, yang memperlihatkan kekuasaan Allah dan takdir-Nya, bahwa seseorang tidak akan ditimpa kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpanya. Semoga saya bisa menceritakan peristiwa tersebut dalam salah satu pembicaraanku nanti.
Ringkas cerita dari kejadian itu adalah, saya bersama beberapa orang ikhwan dan beberapa orang Anshar [mujahidin Afghanistan, red] berpindah di tengah kegelapan malam, dari satu tempat ke tempat lain, bersama dengan Qari Abdul Ahad. Kami berhenti di sebuah tempat, lalu Qari Abdul Ahad memerintahkan kepada kami untuk menunggu di tempat itu. Qari Abdul Ahad bergerak maju dan memeriksa jalur yang hendak kami lalui, lalu ia mengatakan: “Sekarang jalan telah aman, silahkan bergerak maju.”
Saya tidak mengetahui tempat itu. Saat kami datangi, ternyata itu sebuah bangunan yang dikelilingi oleh pagar tembok. Ketika kami mendekati bangunan itu, saya mendapati bahwa bangunan itu merupakan salah satu markas orang-orang munafik yang telah menguasai beberapa wilayah Jalalabad dan sekitarnya. Lalu saya mendapati bahwa langsung di hadapan kami, dalam jarak sekitar empat atau lima meter, ada lubang [parit] yang dibatasi oleh pagar, lebarnya sekitar tiga sampai empat meter. Kami melewatinya dengan mengendap-endap.
Tiba-tiba datang sebuah mobil milik orang-orang munafik, yang bergerak menuju parit tersebut dan mengarahkan sorot lampu mobil tersebut ke arah parit. Cahaya lampu mobil itu menyingkap keberadaan kami. Kami pun berhadap-hadapan secara langsung dengan mereka. Saya berada di balik sebatang pohon, Allah mengaruniakan keberadaan pohon itu kepada saya. Salah seorang ikhwan yang bersamaku mengatakan kepada saya: “Mundurlah, siapkan senjatamu. Mereka telah menyingkap keberadaan kita, kita harus baku tembak dengan mereka.”
Salah seorang ikhwan lainnya berpostur tinggi besar. Ia tidak menemukan sesuatu [pohon] untuk bersembunyi. Ia secara spontan merebahkan badannya di atas tanah, untuk melindungi dirinya. Kami duduk beberapa detik dan bersiap untuk memulai baku tembak, namun atas takdir Allah, mobil itu berubah haluan dan bergerak ke tempat yang lain. Saya tidak tahu apakah mobil itu ingin merubah posisinya karena telah berhasil menyingkap keberadaan kami ataukah karena mobil itu ketakutan.
Yang penting, begitu mobil itu berbalik ke arah yang lain, datanglah seorang Anshar [mujahid Afghanistan, red] yang masya Allah, badannya sangat kekar dan tinggi besar. Dia mencengkeram saya sekuat tenaga dan menarik saya sekuat tenaga, lalu dia berlari secepat-cepatnya dengan membawa saya. Baru beberapa langkah ia berlari, kami dikejutkan oleh parit saluran air dalam kegelapan, sehingga kami tidak melihatnya. Ia dan saya terjungkal ke dalam saluran air itu dan senjata kami beterbangan. Kami terjungkal dan tercerai-berai. [Syaikh Aiman Az-Zhawahiri tertawa saat menceritakan peristiwa tersebut].
Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Ikhwan Anshar tersebut dengan cepat mampu menguasai dirinya. Ia langsung berdiri dan sekali lagi menarik saya sekuat tenaga. Kami mulai berlari mengelilingi pagar tembok bangunan tersebut, sampai kami menemukan sebuah jalan. Kami terus berlari, kami terus berlari, kami terus berlari. Ikhwan Anshar tersebut, masya Allah, dalam usia seorang pemuda sedangkan saya saat itu berada pada usia 50an. Fisik saya sudah lemah. Maka salah seorang ikhwan yang bersamaku mengatakan kepada ikhwan Anshar tersebut: “Gendonglah, gendonglah Dr. Aiman!” Ia akhirnya menggendong saya. Kami terus berlari dan berlari. [Syaikh Aiman Az-Zhawahiri kembali tertawa saat menceritakan peristiwa tersebut].
Mobil orang-orang munafik itu tiba di awal jalan yang tadi kami lalui, namun alhamdulillah, Allah telah menyelamatkan kami dalam situasi tersebut dengan karunia dan kemurahan-Nya semata. Qari Abdul Ahad akhirnya membawa kami ke sebuah tempat yang aman. Ia mengatur makanan dan perjamuan tamu untuk kami. Kemudian ia membawa kami ke tempat lain yang aman, dengan pengawalannya. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Qari Abdul Ahad gugur sebagai syahid dalam pertempuran melawan pasukan boneka Afghanistan ketika mereka datang menggeledah rumahnya. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas.
Sebagaimana telah saya katakan kepada saudara-saudaraku mujahidin di Jalalabad, Afghanistan dan setiap tempat, bahwa operasi pembalasan atas gugurnya Moalim Awal Gul, Qari Abdul Ahad dan setiap syahid yang gugur di Afghanistan adalah amanat di pundak kalian, kalian wajib melakukan pembalasan terhadap pasukan Amerika dan pasukan boneka Afghanistan yang membantunya.
Saya cukupkan sampai di sini dan saya menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan sia-sia apa-apa yang dititipkan kepada-Nya. Akhir dari seruan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
(muhib al majdi/arrahmah.com)