SURABAYA (Arrahmah.com) – Ada yang berbeda suasana yang terjadi di Sekolah Integral Hidayatullah Surabaya. Ketika siswa SMP kelas 3 sedang menuntaskan soal Ujian Nasional, siswa kelas satu dan dua bukan libur, melainkan melaksanakan kewajiban setor hafalan sebagai syarat kenaikan kelas. Subhanallah.
“Kelas tiga yang sedang Unas (ujian nasional-red) pun nanti sama, harus menyetorkan hafalan juga,” kata Baihaqi, salah satu guru di Sekolah Integral Hidayatullah Surabaya.
Para santri sejak pagi sudah terlihat memakai sarung, songkok dan peci. Layaknya orang mau sholat. Tapi bukan akan melakukan solat, melainkan pakaian ini wajib dikenakan karena mau menyetorkan hafalan quran.
Puluhan siswa komat-komit sambil memegang Al Quran di tangan. Ada yang tampak serius, ada juga yang santai. Ada yang menghafal di teras masjid, ada pula yang terlihat memojok di ruang masjid mencari tempat sepi agar hafalannya tidak terganggu.
Seperti Maulana Wirayudha, dia mencari tempat di dekat mimbar. Ia mengatakan mencari tempat yang sepi biar hafalan cepat masuk. “Di teras masjid bising,” cetusnya.
Dia sendiri sekarang sedang fokus menghafal juz 29. Katanya, sejak masuk di sekolah ini, dia sudah mulai menghafal. “Insya Allah nanti lulus dari sekolah, saya tidak hanya hafal 8 juz tapi 30 juz,” harapnya.
Lain lagi dengan Izzudien Refie, dia menyetor hafalan juz 29 dan 30. Katanya, sudah seminggu lebih ia muraja’ah (mengulang) hafalan-hafalannya. “Saya biasanya pagi mengulang hafalan, lebih mudah masuk kalau pagi,” katanya.
Di hadapan penguji, Izzudin tampak lancar melafalkan hafalannya. Namun beberapa masih harus dibetulkan oleh penguji.
Menurut Fatihul Haq, salah satu tim penguji, hafalan siswa sudah cukup banyak. Hanya mungkin, lanjutnya, butuh pembetulan di panjang pendek dan cara pelafalan huruf.
Lebih lanjut Fatih, sapaan akrabnya, tujuan dilakukan kegiatan ini membekali anak dalam kehidupan sehari-hari. “Juga kehidupan selanjutnya selepas lulus dari sekolah ini. Pergaulan tidak terkontrol di luar, kami minimalisir dengan model pembelajaran seperti ini,” urai dia.
Fatih menuturkan, lulus di sekolah ini tidak hanya dilihat dari nilai akademik, tapi juga dilihat dari nilai akhlaq. Cara menilai dari bagaimana hafalan quran anak. “Itu cara kami membekali siswa,” pungkasnya. (azm/arrahmah.com)