BANDUNG (Arrahmah.com) – Tanggal 2 Mei sudah rutin diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Semenjak kemerdekaan di negeri ini dideklarasikan pada 17 Agustus 1945, pendidikan untuk rakyat yang berkeadilan sepertinya hanyalah mimpi. Dari berbagai masalah pendidikan meliputi kebutuhan dasar hingga dalam fasilitas pendidikan telah membentuk kesenjangan dalam dunia pendidikan.
Ketua Badan Eksekutif Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BE BKLDK) Nasional, Rizqi Awal mengungkapkan permasalahan klasik pendidikan nasional yang muncul silih berganti.
“Kurikulum yang berganti, Ujian Nasional yang bocor, hingga mahalnya pendidikan hari ini telah memberikan masa suram bagi pendidikan anak bangsa. Bahkan, hasil pendidikan yang sekuler dan materialistik telah melahirkan generasi bangsa yang rusak,” ujarnya dalam rilis yang diterima redaksi
“Lihatlah betapa banyak Koruptor, bertambahnya kasus asusila, kejahatan hingga pembunuhan. Puncaknya adalah menuju negara gagal,” tambahnya.
Menyimak dan memperhatikan permasalahan pendidikan yang ada, kata Rizqi, bila masih bertahan pada sistem pendidikan hari ini, maka jangan harap ada perubahan ke arah lebih baik. Generasi emas tak akan lahir dari aturan yang memisahkan antara agama dan dunia ini.
Maka untuk itu BKLDK menyerukan beberapa hal:
- Menyerukan kepada seluruh mereka yang terlibat pada dunia pendidikan dari hulu hingga ke hilir, hendaknya Islam yang menjadi satu-satunya rujukan. Islam-lah yang menjadi metode pendidikan dan sistem pendidikan hari ini.
- Membangun karakter para pendidik dan anak didik harus bertitik-tolak kepada Syariah. Sebab karakter yang tidak melibatkan Islam, hanya akan melahirkan kegagalan generasi.
- Kesejahteraan dunia Pendidikan hanya bisa dibangun dengan landasan Islam. Karena Islam bersumber dari Allah SWT. Yang berhak mengatur manusia. Tentu semuanya, tak bisa dipisahkan dari sistem aturan yang terintegrasi. Sehingga Penerapan Syariah secara sempurna dan Penegakkan Khilafah adalah kebutuhan yang mendesak.
(azm/arrahmah.com)