Seorang gadis non-Muslim menyampaikan kisahnya menemukan hidayah Islam. Awalnya ia adalah seorang yang menderita depresi dan hampir mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Namun, Allah Yang Maha Kuasa berkehendak menyelamatkan hidupnya. Allah membukakan pintu hidayah untuknya.
Majalah Taqwa memuat pengalaman gadis berusia 14 tahun ini dalam bentuk feature yang dipublikasikan pada Selasa (29/4/2014). Gadis remaja yang tidak menyebutkan namanya itu bercerita bahwa sekitar enam bulan yang lalu, saat ia menderita depresi berat dan gangguan makan. Ia benar-benar meyakini bahwa dirinya tidak berharga dan tidak ada yang akan pernah mencintainya kecuali jika dirinya mencapai beberapa target yang sulit dijangkau oleh tubuh kecilnya yang ia rasa kurang gizi dan tidak sehat. Semua cahaya ia rasa seperti telah pergi dari dunia
Ia tidak punya harapan untuk bisa pulih dari gangguan tersebut. Sampai di mana ia merasa bahwa masalahnya memburuk sehingga ia ingin bunuh diri. Ia merasa seperti pantas untuk mati, dan tak seorang pun yang akan peduli ketika itu terjadi. Ia berjuang bersama orang tuanya yang bisa melihat kondisinya yang memburuk dari hari ke hari. Prestasinya mulai menurun di sekolah. Seakan tak ada lagi sesuatu yang positif dalam hidupnya.
Hingga suatu hari ketika ia sedang duduk di kelas, ia tidak sengaja mendengar salah seorang teman sekelasnya mulai berbicara dan melakukan presentasi tentang Islam. Temannya itu berbicara sangat singkat mengenai prinsip-prinsip dasar Islam. Mendengar mengenai agama yang indah ini, ia pun ingin mengenal agama ini sedekat keluarganya. Hanya dengan sedikit informasi dari temannya itu, ia telah merasa terpukau dengan Islam.
Hari itu ia mulai membaca dan meneliti Al-Qur’an dan segala sesuatu yang ia bisa untuk mencari tahu tentang Islam. Ia mengaku sangat kagum pada pengabdian dari semua orang untuk satu tuhan Yang Maha Perkasa yang mereka sebut Allah.
“Ada perasaan yang Anda dapatkan ketika Anda tahu bahwa Anda melakukan sesuatu yang benar. Semacam sesuatu yang berkembang, kebahagiaan yang tampaknya mengisi Anda dari kepala sampai kaki. Itulah yang saya rasakan ketika saya mulai belajar Islam. Kebahagiaan itu asing bagi saya karena saya telah dalam keadaan depresi selama hampir dua tahun. Bila Anda tinggal dalam kegelapan, cahaya bisa melukai mata Anda tetapi tidak dengan cahaya yang ini,” ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa sesuatu yang membuatnya heran adalah wanita Muslim yang “menutupi” diri mereka. Baginya, itu tampak seperti sesuatu yang agak konyol, tetapi juga luar biasa. Di kala ia terus terobsesi untuk menjadi kurus ternyata kemudian ia melihat bahwa di dunia ini ada para wanita yang justru memakai pakaian yang longgar, dan menutupi rambut mereka. Mereka cantik, tapi dengan cara yang tidak mempromosikan ide Barat.
Barat memiliki doktrin tersendiri yang berlebihan mengenai kecantikan “ideal” seorang gadis. Akibatnya setiap wanita yang terpengaruh oleh klaim tersebut pun merasa harus berusaha untuk memperoleh kecantikan itu di mana akhirnya tak sedikit dari mereka yang malah menjadi depresi.
Namun Islam menyadarkannya, bahwa wanita-wanita Muslim memiliki semacam keindahan yang alami, tidak seperti pada wanita-wanita yang terpampang di papan reklame di mana-mana. Dan kemudian ia menyadari sesuatu bahwa wanita-wanita inilah yang seharusnya menjadi teladannya.
Ia belajar bagaimana untuk berdoa, dan mulai beribadah secara teratur. Hal itu tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi melalui pembelajaran yang panjang hingga ia menjadi percaya. Ia berusaha untuk mengetahui bahwa Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, mempunyai rencana untuknya. Ia menyadari bahwa hidup ini lebih dari dari sekedar menghitung kalori dan menangis sepanjang waktu. Ia mengetahui lagi bahwa ada cahaya dan keindahan di dunia ini, dalam semua ciptaan-Nya.
Semua hal itu, mengilhaminya sehingga ia ingin mendapatkan yang lebih baik. Jadi, ia memulai jalan panjangnya dan berusaha keras untuk menjalani pemulihan. Hidayah Islam yang menyentuhnya telah membawakan cahaya untuknya, tapi ia merasa masih harus keluar dari sisi gelap di mana ia berada selama ini.
Ini telah menjadi perjalanan panjang yang ia rasa lambat, namun ia berusaha untuk bisa istiqamah.
“Sekarang saya bisa mengatakan dengan seluruh keyakinan bahwa tanpa Islam dan dukungan dari keluarga saya, saya kemungkinan besar akan mati. Saya masih belum pulih, dan dibutuhkan keberanian dari diri saya setiap hari untuk bangun di pagi hari dan mengatakan pada diri sendiri bahwa saya cantik dan bahwa saya layak merasakan makanan [tanpa memikirkan bentuk tubuh] dan kebahagiaan,” ungkapnya.
Terakhir, ia pun menegaskan, “Ketika Anda berada di tempat gelap, ketika Anda merasa seperti tidak ada yang tersisa, kembalilah kepada Allah. Itulah pesan saya kepada dunia.”
(banan/arrahmah.com)