DAMASKUS (Arrahmah.com) – Di wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di selatan Damaskus, aktivis mengatakan jalan-jalan dipenuhi “hantu” (warga Suriah yang berkeliaran dan mengemis, putus asa untuk mendapatkan makanan dan obat-obatan yang tidak bisa ditemukan).
Pada bulan Februari, Dewan Keamanan PBB mendesak rezim dan pihak oposisi untuk mengizinkan bantuan yang akan dikirimkan secara bebas, namun warga sipil, aktivis dan pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa hal tersebut telah berubah.
Mereka menyalahkan rezim Suriah yang mencegah pengiriman bantuan melalui penyeberangan perbatasan yang dikuasai pejuang Suriah dan mengepung daerah tersebut.
“Pemerintah Suriah pada dasarnya telah menggunakan pemerasan untuk tidak mengizinkan badan-badan PBB yang akan memberikan bantuan yang benar-benar dibutuhkan di wilayah yang dikendalikan oposisi,” ujar Lama Fakih, seorang peneliti Human rights Watch seperti dilaporkan Daily Star pada Senin (28/4/2014).
Badan-badan bantuan dapat beroperasi hanya dengan izin rezim dan mereka bisa kehilangan akses ke daerah-daerah yang dikuasai oleh rezim jika mereka bekerja di sisi oposisi tanpa persetuan rezim, lanjutnya.
Resolusi PBB 2139 tidak memiliki pengaruh di Suriah, resolusi tersebut menuntut agar semua pihak, khususnya otoritas Suriah, segera memungkinkan akses kemanusiaan yang cepat, aman dan tanpa hambatan bagi badan-badan kemanusiaan PBB dan mitra pelaksananya.
Terdapat sedikit bantuan bagi 242.000 warga Suriah yang diperkirakan PBB berada di bawah pengepungan rezim. Di kamp Yarmouk, di Damaskus selatan, lebih dari 100 orang dilaporkan telah meninggal karena kekurangan makanan dan bantuan medis.
Aktivis Suriah mengatakan, rezim menggunakan bantuan sebagai senjata.
“Rezim menggunakan situasi keamanan sebagai kartu untuk menekan orang agar tunduk,” ujar Mohammed, seorang aktivis Suriah di Damaskus. (haninmazaya/arrahmah.com)