BANDUNG (Arrahmah.com) – Pudarnya peran politik ulama disinyalir menjadi penyebab semakin rusaknya kondisi masyarakat dewasa ini. Walaupun peran ulama sebagai pewaris para nabi masih sering diserukan, akan tetapi kondisi ulama saat ini sangatlah berbeda. “Pudarnya peran politik Ulama disebabkan pertama, Ulama tidak memahami Islam sebagai ideologi atau sistem kehidupan,” ujar Yuana Ryan, ketua DPD II HTI Kota Bandung saat mengisi bedah majalah al-wa’ie edisi April di komplek Sukup Baru, Ujungberung, Bandung, Ahad (20/4/2014).
Lebih jauh, Yuana menyampaikan lima poin tambahan mengenai penyebab pudarnya peran politik ulama saat ini. “kedua, Ulama terlalu cinta dunia dan takut penguasa, ini yang menjadikan ulama terkategori sebagai Ulama dunia atau ulama su’, yang menjadikan ilmu untuk mendapatkan kenikmatan duniawi serta sebagai sarana untuk memperoleh kemasyhuran dan popularitas,” ungkapnya kepada para peserta.
Ketiga, Ulama gagal memahami fakta dan realitas ideologi kufur dan pemikiran kufur, malah mempromosikan sistem kufur demokrasi, sekularisme, pluralisme, nasionalisme, dan menganggap syariah dan khilafah sebagai ancaman.
Keempat, Ulama terpengaruh pemikiran sekular yang memisahkan agama dengan politik, padahal makna politik ialah pengurusan urusan umat. Ini merupakan contoh Ulama yang apolitis. Ulama jenis ini tidak hirau dengan persoalan politik umat.
Kelima,Ulama bingung mencari akar penyebab persoalan umat; dan terakhir, Ulama yang memang dipromosikan oleh barat.
Poin-poin tersebut menurutnya merupakan realita ulama yang banyak ditemukan di Indonesia bahkan dunia. Untuk itu Yuana mengajak kepada peserta (tokoh masyarakat) yang hadir agar bersama-sama dengan kaum Muslim dengan menempatkan diri pada garda terdepan dalam melakukan aktivitas kolektif yang sifatnya wajib kifa’i. Yakni dakwah ilal khair, berdakwah untuk mengajak pada Islam dan penerapan syariah. “Mengapa berada di garda terdepan? Karena dengan paduan ilmu dan amal, tentu Ulama akhirat memiliki keutamaan diatas kaum Muslim pada umumnya dalam berdakwah ilal khair serta amar makruf nahi munkar,” tandasnya. (azm/arrahmah.com)