ABUJA (Arrahmah.com) – Sebuah bom di sebuah stasiun bus yang disetting pada angkutan umum pagi di pinggiran ibukota Nigeria menewaskan 71 orang dan melukai 124 pada Senin (14/4/2014). Presiden menyalahkan serangan tersebut kepada Mujahidin ahli Sunnah Liddawati wal Jihad Nigeria atau yang dikenal dengan Boko Haram.
Ledakan itu mengguncang stasiun Nyanya, selatan Abuja pada pukul 6.45 pagi waktu setempat, meninggalkan potongan-potongan tubuh tersebar di seluruh terminal dan menghancurkan puluhan kendaraan.
Itu satu serangan paling mematikan yang pernah memukul Wilayah Federal Ibu Kota Nigeria, yang mencakup Abuja dan sekitarnya.
Anehnya, para pejabat sebelumnya mengatakan bahwa dua ledakan terpisah terjadi di kompleks itu, tetapi kemudian mengatakan kerusakan mungkin disebabkan oleh hanya satu bom.
Ledakan itu “berasal dari kendaraan” diparkir di dalam stasiun, kata Charles Otegbade, kepala pencarian dan penyelamatan di Badan Manajemen Darurat Nasional ( NEMA ).
Juru bicara polisi nasional Frank Mba menyebutkan korban 71 orang tewas dan 124 luka-luka, dengan korban luka yang dirawat di rumah sakit daerah.
Mengunjungi TKP, Presiden Goodluck Jonathan berjanji bahwa Nigeria akan mengatasi Boko Haram, yang sering dituduh membunuh rakyat di seluruh bagian utara dan pusat negara itu sejak 2009.
“Ledakan meninggalkan lubang sekitar empat kaki (1,2 meter) yang mendalam dan menyebarkan puing-puing di seluruh kompleks,” ujar seorang wartawan AFP dan saksi mata.
“Saya melihat mayat dibawa dalam truk terbuka,” kata saksi Yakubu Mohammed. “Sulit untuk menghitung mereka karena mayat-mayat itu terbakar dan terpotong.”
Saksi kedua, Suleiman Aminu, mengatakan ia percaya ledakan awal berasal dari minibus yang diparkir di dekat kendaraan umum yang lebih besar, dan kemungkinan penumpang yang antri menjadi target.
Padahal, Mujahidin Boko Haram sendiri, selama ini belum pernah menargetkan wilayah sipil dalam serangan mereka. Sejauh ini mereka hanya menargetkan posisi militer juga penjara untuk membebaskan anggota mereka dari tahanan.
Nyanya adalah sebuah pinggiran kota padat penduduk Abuja, penuh dengan pekerja pemerintah dan masyarakat sipil yang tidak mampu membayar sewa tempat tinggal yang mahal di kota.
Untuk menguatkan kampanye pencitraan bahwa Boko Haram sering membunuh warga sipil, rezim Jonathan melansir sebuah tuduhan, “Terminal bus merupakan target yang paling disukai Boko Haram, termasuk pemboman berantai, terkoordinasi di sebuah terminal di kota utara Kano tahun lalu yang menewaskan lebih dari 40 orang.”
Jonathan, diperkirakan akan menghadapi kesulitan dalam pertempuran pemilihan kembali tahun depan, sebab ia menghadapi kecaman intens karena telah memfitnah Boko Haram.
Pemimpin Boko Haram , Abubakar Shekau, yang telah dinyatakan sebagai “teroris” global oleh Amerika Serikat, bersumpah dalam pesan video baru-baru ini untuk memperluas pembebasan tahanan rezim di luar kubu timur lautnya.
Sebaliknya, Jonathan mengatakan bahwa serangan Boko Haram terbaru dan lain-lain seperti itu diperkirakan sebagai “gangguan yang tidak perlu untuk mendorong kita (rezim) mundur.”
Nigeria adalah produsen minyak utama Afrika dan ekonomi terbesar, tetapi lebih dari 80 persen dari 170 juta orang hidup dengan penghasilan kurang dari $2 per hari.
Analis pro-rakyat mengatakan bahwa tindakan Boko Haram merupakan upaya penyelamatan ekonomi Nigeria dari tangan pemerintah yang korup dan bekerjasama dengan para calon investor.
Sementara Jonathan berusaha menutupi pemerintahannya yang tak adil dengan mengatakan, “Pemerintah melakukan segalanya untuk memastikan bahwa kita bergerak ke depan negara kita.” (adibahasan/arrahmah.com)