MALANG (Arrahmah.com) – Sejumlah orang anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Malang Raya dengan dipimpin Amir Biniyabah JAT ustadz Muhammad Achwan, mendatangi kantor kepolisian Kepanjen Kab. Malang Selasa (8/4/2014) pagi, dengan tujuan untuk mengklarifikasi pernyataan Kapolres yang di muat di sebuah media siber.
Pada berita kompas.com senin, 7 April 2014 diberitakan bahwa Kapolres Malang Adi Deriyan Jayamarta mengatakan bahwa ulama tauhid ustadz Abu Bakar Ba’asyir akan memerintahkan anggotanya dan umat Islam untuk mengacaukan acara pemilihan umum, sehingga harus di antisipasi.
Pada kesempatan itu Ustadz M. Achwan menuntut Kapolres meminta maaf kepada Ustadz Ba’asyir. “Bapak kapolres harus minta maaf kepada ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan Jamaah Ansharut Tauhid karena salah dalam persepsi buku tadzkiroh, saya selaku pelaksana Harian menegaskan bahwa tidak ada pernyataan perintah seperti itu,” terangnya seprti ditulis anshoruttauhid.com.
Setelah klarifikasi dan penjelasan serta tausiah ustadz M. Achwan di hadapan kepolisian, didapati bahwa sumber berita yang di muat di kompas ini adalah bersumber dari ketakutan mereka karena tulisan yang tertera di buku tadzkiroh yang disalah persepsikan oleh Kapolres Malang ini, sehingga menyatakan ada kaitannya dalam mengganggu jalannya pemilu.
“Kami minta maaf, saya menyadari bahwa tidak ada satu teks pun mengatakan perintah untuk mengganggu pileg, kami ber-persepsi semua ini dari kata jihad, thaghut, kafir yang tertera di buku yang ditulis ustadz Abu. Adapun beberapa pernyataan yang di muat kompas adalah interpretasi dari media tersebut yang membesar-besarkan” ucap Adi,
Sementara itu, ustadz Fuad Ibrahim, perwakilan JAT Malang yang ikut hadir di Polres Malang meminta agar wartawan Kompas di Malang yakni Yatimul Ainun dapat mengklarifikasi penulisan beritanya, memberi hak jawab kepada JAT dan adil dalam pemberitaan.
Sebelumnya diberitakan pada kompas.com Senin (7/4/2014) dengan judul Ada Ancaman Kelompok Ba’asyir Saat Pileg, Polisi Waspada.
Kepala Polres Malang AKBP Adi Deriyan Jayamarta mengatakan, ada pernyataan dari terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir kepada kelompoknya untuk mengacaukan jalannya pemilihan umum. Hal itulah yang kini diantisipasi oleh aparat kepolisian.
“Abu Bakar Ba’ayir meminta agar anak buahnya tidak ‘mandul’ dan mengacaukan pelaksanaan Pemilu. Kita wajib waspada,” tegas Adi, Senin (7/4/2014).
“Seluruh anggota polisi diharapkan terus berkoordinasi dengan para tokoh agama dan berhati-hati jika menemukan kotak atau bingkisan mencurigakan. Terutama di sekitar TPS,” sambungnya.
Adi menyebutkan, jika ada kotak yang mencurigakan, maka warga diimbau untuk tidak sembarangan mengangkat ataupun membukanya.
“Harus menghubungi polres. Sudah ada personel ahli yang akan menanganinya. Jangan mentang-mentang punya ilmu kebal lalu ditangani sendiri,” kata dia.
Jaringan pimpinan Abu Bakar Ba’asyir, menurut Adi, adalah kelompok yang dinamis. Mereka tidak hanya bekerja di satu lokasi.
“Karenanya, polisi harus jeli dan peka. Jangan menganggap wilayahnya aman, lalu polisi tenang-tenang. Hal itu yang akan membuat polisi lengah,” ungkap Adi.
Di sisi lain, kata Adi, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri pun sudah mensinyalisasi ada jaringan teroris yang berupaya menggagalkan pelaksanaan Pemilu 2014 dengan melancarkan serangan bom.
“Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan tersangka teroris yang mengaku sudah menyusun strategi. Jaringan itu telah melakukan pelatihan militer menggunakan senjata api dan bom,” kata Adi. (azm/arrahmah.com)