JAKARTA (Arrahmah.com) – Meski dibayangi ancaman pidana untuk penyeru golongan putih (golput), angka kelompok ini tidak pernah turun dari pemilu ke pemilu. Bahkan indikatornya meningkat. Kesimpulan, juara pertama pemilu 2014 bukanlah partai berlogo banteng moncong putih, tetapi golput.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Rully, Rabu (9 /4/2014) mencatat, angka golput pada Pemilu 1999 hanya 10,21 persen. Pada pileg 2004, angkanya naik menjadi 23,34 persen dan pada pemilu legislatif 2009 naik lagi menjadi 29,01 persen. Kali ini, berdasarkan hitung cepat LSI, angka golput 34 persen, jauh mengungguli suara PDI Perjuangan (19,67 persen), Golkar (14,54 persen), Gerindra (11,86 persen), atau Demokrat (9,75 persen).
Sementara itu, hasil hitung cepat Lembaga Survei Nasional mengungkap bahwa angka masyarakat yang tidak memilih (golput) pada Pemilu Legislatif Rabu (9/4/2014) kemarin mencapai 26,72 %. Direktur LSN Umar S Bakry menuturkan, angka golput itu hampir sama dengan Pemilu 2009 yakni sekitar 29%.
“Tingkat Golput 26.72%. Tapi, untuk sebaran golput kita belum temukan datanya,” ucap Umar kepada “PRLM”, Kamis (10/4/2014).
Menurut Umar, angka golput ini disumbang oleh sebagian masyarakat yang mulai bosan dengan keberadaan parpol peserta pemilu. Sebab, mereka menilai parpol tidak memberikan perubahan yang berarti bagi kehidupannya.
Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum belum bisa berkomentar banyak terkait angka partisipasi pemilih. Alasannya, KPU masih menunggu hasil hitung resmi manual yang saat ini sedang dilakukan. (azm/arrahmah.com)