XINJIANG (Arrahmah.com) – Polisi di Xinjiang telah menganiaya seorang pemuda Uighur hingga pingsan setelah insiden perselisihan antara pemuda itu dengan seorang polisi Cina Han.
Njiant Semet (21) masuk ke rumah sakit dalam kondisi kritis setelah insiden pada Ahad (23/3/2014), lansir RFA pada Kamis (27/3).
“Saya melihatnya di rumah sakit, putera saya tidak sadarkan diri,” kata Yasin kepada RFA cabang Uighur.
“Dia berdarah di hidung dan mulutnya serta matanya cekung,” tambahnya.
Yasin mengatakan bahwa Semet, yang bekerja di kantor pemerintahan kota Atush, awalnya diserang oleh tujuh hingga delapan polisi di pasar setelah Semet terlibat adu mulut dengan polisi Cina Han yang telah merampas kunci sepeda motornya.
Ketika orang-orang di pasar memprotes perlakuan polisi terhadap Semet, Semet dibebaskan dan diperbolehkan pulang ke rumah, tetapi kemudian ia diperintahkan untuk menyerahkan dirinya kepada polisi untuk investigasi lebih lanjut.
Lebih lanjut Yasin mengatakan, ketika ia membawa Semet ke kantor polisi, puteranya itu diborgol dan diseret oleh lima polisi anggota tim SWAT (Special Weapons And Tactics) yang telah menendang dan memukulinya sebelum membawanya ke dalam kendaraan dan membawanya pergi.
Empat jam kemudian, Yasin diberitahu bahwa puteranya hampir mati dan telah dibawa ke rumah sakit oleh ambulans. Parahnya lagi, dokter tidak segera menangani Semet sebelum Yasin membayar uang muka untuk perawatan medisnya.
“Saya pingsan ketika pertama kali Saya melihatnya dalam keadaan menyedihkan,” ujar Yasing. “Ketika Saya sadar, Saya lebih terkejut lagi oleh tuntutan dokter bahwa Saya harus membayar di muka untuk perawatan medis putera saya, bukannya segera mengurusinya.”
Merasa geram dengan tuntutan tersebut, karena seharusnya pihak kepolisian yang bertanggung jawab, Yasin mengatakan ia para kerabatnya dan orang-orang lain membawa Semet dalam keadaan kritis untuk melakukan protes di depan gedung pemerintahan, menuntut keadilan dari para pejabat.
Setelah mendapat jaminan dari kepala kantor kepolisian kota Tursun Memet dan atasan Semet bahwa mereka akan membayar biaya pengobatan Semet, Yasin mengatakan bahwa puteranya kembali dibawa ke rumah sakit.
Perlakuan diskriminatif dan represif sering dialami oleh Muslim dari etnis minoritas Uighur di wilayah Xinjiang, bahkan sejumlah Muslim Uighur telah meninggal dunia ditembak mati polisi dan dipenjara atas tuduhan “terorisme” atau “ekstremisme” tanpa proses hukum yang jelas.
Kebijakan keras otoritas Cina terhadap warga Uighur telah dikritik oleh kelompok-kelompok HAM yang menuduh otoritas Cina telah membesar-besarkan isu “terorisme” atau “ekstremisme” untuk melegalkan penindasannya terhadap warga Uighur. (siraaj/arrahmah.com)