NEW YORK (Arrahmah.com) – Harapan sebuah keluarga New York untuk menikmati tamasya yang menyenangkan dari ketinggain puncak Manhattan berakhir tragis ketika anggota keluarga tersebut diusir keluar dari Empire State Building karena telah melaksanakan shalat, demikian isi dari gugatan tersebut.
Fahad Tirmizi, dan istrinya Amina, beserta dua anak mereka berada di dek observasi gedung pencakar langit New York 2 Juli lalu, saat itu “tiba waktunya dimana agama dari keluarga tersebut (Islam) mengharuskan mereka untuk melaksanakan shalat Isya di manapun mereka berada pada saat itu,” menurut gugatan yang diajukan di Pengadilan Distrik Manhattan, Selasa (18/3/2014), sebagaimana dilansir oleh CNN.
Pasangan ini diam-diam bersujud di area terpencil dari dek observasi, dengan sedikit lalu lintas pejalan kaki. Saat dia berhasil melaksanakan shalat, salah satu penjaga merasa terganggu dan menonjok Fahad Tirmizi dengan tangan dan kakinya beberapa kali di berbagai bagian tubuhnya. Penjaga itu memberitahu Tirmizi bahwa ia tidak diizinkan untuk shalat saat berada di observatorium, dan kemudian mereka dan keluarganya dipaksa keluar lewat pintu keluar lantai dasar gedung, demikian menurut dokumen pengadilan.
Gugatan itu menyebutkan manajemen perusahaan Empire State Building, perusahaan keamanan, dan dua penjaga keamanan yang tidak disebutkan namanya sebagai terdakwa, dan menyatakan bahwa mereka melanggar pasal pertama dan 14 Amandemen serta beberapa hukum hak-hak sipil negara dan kota.
Sebagai tanggapan atas gugatan tersebut, juru bicara Empire State Realty Trust, Brandy Bergman, mengatakan kepada CNN, Rabu (19/3) bahwa klaim tersebut sama sekali tidak berdasar dan mereka akan menanggapi mereka di pengadilan.
Phillip Hines, seorang pengacara untuk keluarga Muslim tersebut mengatakan kepada CNN, “sebuah aturan atau kebijakan tak tertulis yang dipaksakan oleh pihak keamanan ketika mereka mengeluarkan orang-orang ini.”
“Mereka tidak mengganggu siapa pun, mereka sudah keluar dari jalan, dan bagi mereka yang mengusir mereka dari gedung merupakan sebuah praktek yang bodoh dan memalukan dalam sebuah tindakan yang bersifat diskriminatif,” kata Hines.
Pasangan ini “merasa malu, terhina dan dipermalukan di depan orang glain, di depan anak-anak mereka, dan masyarakat umum,” menurut gugatan itu.
Keluarga tersebut mengeluarkan pernyataan singkat melalui pengacaranya. “Kami tidak melakukan sesuatu yang salah, kami hanya ingin menikmati pemandangan seperti halnya orang lain.”
(ameera/arrahmah.com)