(Arrahmah.com) – Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya serta umatnya yang komitmen menjalankan syariatnya. Amma ba’du.
Bab I
Mentauhidkan Allah dalam bidang kekuasaan, hukum dan ketaatan
Ketentuan 11
Khilafah adalah sistem pemerintahan dalam Islam, wajib mengikuti sunnah Nabi dan Sunnah Khulafa’ Rasyidin secara umum serta sunnah khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab secara khusus di bidang imamah [kepemimpinan] dan pengelolaan umat Islam, sunnah Khulafa’ Rasyidin lebih kuat dari kebijakan-kebijakan politik para khalifah [raja Islam] setelahnya dan tercapainya ijma’ [kesepakatan] generasi shahabat atas hal itu
Allah Ta’ala berfirman:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi, maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan kebenaran dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu sehingga hawa nafsu menyesatkanmu dari jalan Allah!”” (QS. Shaad [38]: 26)
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang beramal shalih bahwa Allah pasti akan menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi…” (QS. An-Nuur [24]: 55)
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Barangsiapa menyelisihi Rasul setelah petunjuk kebenaran menjadi jelas baginya dan ia mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman [yaitu ijma’ atau kesepakatan kaum muslimin] niscaya Kami akan membiarkan dirinya mengikuti kesesatan yang ia ikuti dan Kami akan memasukkannya ke neraka Jahannam, maka neraka Jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’ [4]: 115)
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Selama-lamanya mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah [9]: 100)
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Tetapi Allah menjadikan kalian mencintai keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian serta Allah menjadikan kalian membenci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS. Al-Hujurat [48]: 7)
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan orang-orang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-Zumar [39]: 33)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar [jujur lagi tulus]. (QS. At-Taubah [9]: 119)
Hadits no. 28:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Dahulu Bani Israel dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, maka ia digantikan oleh nabi lainnya. Adapun sesungguhnya sepeninggalku tidak akan ada seorang nabi pun, namun yang ada adalah para khalifah dan jumlah mereka banyak.” Para sahabat bertanya, “Apa yang Anda perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Penuhilah bai’at khalifah yang lebih dahulu dibai’at, lalu khalifah yang dibai’at setelahnya. Berikanlah kepada mereka hak mereka, karena sesungguhnya Allah akan memintai pertanggung jawaban mereka dalam memimpin rakyat mereka.” (HR. Bukhari no. 3455 dan Muslim no. 1884)
Hadits no. 29:
Dari Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Pada suatu pagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam mengimami shalat Shubuh lalu beliau menyampaikan nasehat yang sangat mendalam kepada kami, sebuah nasehat yang membuat hati bergetar dan mata menangis. Maka kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan. Maka berilah kami wasiat.” Beliau bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan menaati perintah pemimpin Islam meskipun ia adalah seorang budak dari Ethiopia. Sebab barangsiapa diantara kalian masih hidup [di karuniai usia yang panjang] niscaya ia akan melihat banyak perselisihan. Maka hendaklah kalian senantiasa mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan, sebab setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Ahmad no. 17142, Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 43, Ad-Darimi no. 96, Ibnu Hibban no. 5 dan Al-Hakim no. 329-333. Hadits shahih)
Hadits no. 30:
Dari Abu Abdurrahman Safinah mawla Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ
قَالَ سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلَافَةَ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَنَتَيْنِ وَخِلَافَةَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَشْرَ سِنِينَ وَخِلَافَةَ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ اثْنَيْ عَشْرَ سَنَةً وَخِلَافَةَ عَلِيٍّ سِتَّ سِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
“Khilafah Nubuwwah [khilafah pelanjut nubuwwah] pada umatku akan berlangsung selama 30 tahun. Setelah itu Allah akan mengaruniakan kerajaan kepada siapa yang Allah kehendaki.”
Safinah berkata: “Peganglah [hitunglah] khilafah Abu Bakar selama 2 tahun, khilafah Umar selama 10 tahun, khilafah Utsman selama 12 tahun dan khilafah Ali selama 6 tahun.”
(HR. Ahmad no. 21919, Abu Daud no. 4646, Tirmidzi no. 2226, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra no. 8155, Ibnu Hibban no. 6657, Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 6444 dan Al-Hakim, 3/145. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Dalam lafal yang lain:
الْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكًا بَعْدَ ذَلِكَ
“Sistem pemerintahan khilafah pada umatku akan berlangsung selama 30 tahun, setelah itu akan muncul sistem pemerintahan kerajaan [monarki].” (HR. Ahmad no. 21928, Tirmidzi no. 2226, Ath-Thayalisi no. 1107, Ath-Thabarani no. 6439, dan Al-Hakim, 3/606)
Hadits no. 31:
Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu dalam sebuah hadits yang panjang tentang safar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersama para sahabat. Didalamnya disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan tujuh orang sahabat terpisah dari rombongan karena ketiduran, sehingga rombongan sahabat yang kehilangan beliau berselisih. Abu Bakar dan Umar berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam itu berada di belakang kalian, sebab beliau tidak mungkin meninggalkan kalian.” Namun seluruh sahabat yang lain berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sudah di depan [mendahului] kalian.” Maka beliau bersabda:
فَإِنْ يُطِيعُوا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ يَرْشُدُوا
“Jika mereka menaati Abu Bakar dan Umar niscaya mereka akan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus…” (HR. Muslim no. 311)
Catatan
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi (wafat tahun 676 H) berkata: “Makna perkataan ini adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam melaksanakan shalat Subuh bersama mereka setelah matahari naik tinggi dan mereka telah didahului oleh rombongan sahabat, sementara beliau dan sekelompok kecil sahabat tersebut terputus dari rombongan sahabat; beliau bertanya: “Menurut perkiraan kalian, apa yang akan dikatakan oleh orang-orang tentang kita?” Para sahabat tersebut diam.
Maka beliau menjawab: “Adapun Abu Bakar dan Umar akan mengatakan kepada orang-orang ‘Sesungguhnya Nabi berada di belakang kalian, jiwa beliau tidak akan rela meninggalkan kalian di belakangnya dan mendahului kalian di depan kalian, maka kalian seharusnya menunggu beliau sampai beliau bisa menyusul kalian’. Adapun orang-orang lain mengatakan ‘Beliau telah mendahului kalian, maka hendaklah kalian menyusul beliau’. Seandainya mereka menaati Abu Bakar dan Umar, niscaya mereka akan mendapat petunjuk yang lurus, sebab keduanya berada di atas pendapat yang benar.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 5/128-129, Kairo: Al-Maktabah At-Tauwfiqiyah, cet. 4, 2008 M)
Hadits no. 32:
Dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Kami sedang duduk-duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, lalu beliau bersabda:
إِنِّي لَا أَدْرِي مَا بَقَائِي فِيكُمْ فَاقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي وَأَشَارَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Sesungguhnya aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan hidup di tengah kalian, maka sepeninggalku kelak ikutilah dua orang ini!” Beliau lalu menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar. (HR. Ahmad no. 23276, Tirmidzi no. 3662, Ibnu Majah no. 97, Al-Bazzar no. 2827, Ibnu Hibban no. 6788, Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath no. 3828 dan Al-Hakim no. 4451-4455. At-Tirmidzi dan Syu’aib Al-Arnauth menyatakan hadits ini hasan, sedangkan Ibnu Hibban dan Al-Hakim menshahihkannya)
Hadits no. 33:
Hadits dari Miswar bin Makhramah tentang Umar dalam kondisi kritis setelah ditusuk oleh orang Majusi. Umar menunjuk enam orang sebagai majlis syura yang bertanggung jawab memilih khalifah yang baru. Hasil musyawarah majlis syura dan pendapat kaum Muhajirin dan Anshar mengerucut kepada keinginan menjadikan Utsman bin Affan sebagai khalifah baru. Maka Abdurrahman bin Auf selaku ketua majlis syura membai’at Utsman bin Affan selaku khalifah baru dan mempersyaratkan kepadanya untuk mengikuti Sunnah Nabi dan Sunnah Abu Bakar dan Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma:
فَلَمَّا صَلَّى لِلنَّاسِ الصُّبْحَ وَاجْتَمَعَ أُولَئِكَ الرَّهْطُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ فَأَرْسَلَ إِلَى مَنْ كَانَ حَاضِرًا مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَأَرْسَلَ إِلَى أُمَرَاءِ الْأَجْنَادِ وَكَانُوا وَافَوْا تِلْكَ الْحَجَّةَ مَعَ عُمَرَ فَلَمَّا اجْتَمَعُوا تَشَهَّدَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ يَا عَلِيُّ إِنِّي قَدْ نَظَرْتُ فِي أَمْرِ النَّاسِ فَلَمْ أَرَهُمْ يَعْدِلُونَ بِعُثْمَانَ فَلَا تَجْعَلَنَّ عَلَى نَفْسِكَ سَبِيلًا فَقَالَ أُبَايِعُكَ عَلَى سُنَّةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْخَلِيفَتَيْنِ مِنْ بَعْدِهِ فَبَايَعَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَبَايَعَهُ النَّاسُ الْمُهَاجِرُونَ وَالْأَنْصَارُ وَأُمَرَاءُ الْأَجْنَادِ وَالْمُسْلِمُونَ
“Ketika Abdurrahman bin Auf selesai mengimami shalat Shubuh dan seluruh rombongan majlis syura telah berkumpul di sekitar mimbar, Abdurrahman bin Auf segera mengirim orang untuk memanggil orang-orang Muhajirin dan Anshar yang berada di Madinah [tidak bepergian jauh]. Abdurrahman juga mengirim orang untuk memanggil para gubernur wilayah, yang pada tahun itu kebetulan mereka melaksanakan haji bersama Umar.
Setelah mereka semua berkumpul di dalam masjid, Abdurrahman bin Auf memulai khutbahnya dengan mengucapkan tasyahud, lalu ia berkata: “Amma ba’du. Wahai Ali, sesungguhnya aku telah menjajaki pendapat masyarakat, maka saya melihat mereka tidak beralih dari keinginan untuk mengangkat Utsman. Maka janganlah engkau mencari jalan [untuk merebut jabatan khilafah].”
Abdurrahman bin Auf kemudian berkata kepada Utsman: “Aku membai’atmu di atas sunnah Allah, sunnah Rasul-Nya dan sunnah dua orang khalifah sesudahnya.” Maka Abdurrahman bin Auf membai’at Utsman sebagai khalifah baru, disusul oleh Muhajirin, Anshar, para gubernur wilayah dan seluruh kaum muslimin. (HR. Bukhari no. 7207)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)