(Arrahmah.com) – Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya serta umatnya yang komitmen menjalankan syariatnya. Amma ba’du.
Bab I
Mentauhidkan Allah dalam bidang kekuasaan, hukum dan ketaatan
Ketentuan 10
Wajib menerapkan Islam dan seluruh syariatnya [sebagai undang-undang dan hukum] dan wajib menerima seluruh syariat Islam tanpa memilah-milah [dikotomi]
Allah Ta’ala berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 65)
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
“Dan putuskanlah perkara diantara mereka dengan berdasar wahyu yang Allah turunkan kepadamu dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu [keinginan-keinginan] mereka …” (QS. Al-Maidah [5]: 49)
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Apakah kalian beriman kepada sebahagian [ajaran] Al-kitab dan kalian ingkar terhadap sebahagian [ajaran Al-Kitab] yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Dan Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 85)
Hadits no. 27:
Dari Abu Umamah Shuday bin Ajlan Al-Bahili radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ
“Ikatan-ikatan [ajaran-ajaran] Islam benar-benar akan dilepaskan satu per satu, setiapkali satu ikatan Islam terlepas niscaya masyarakat [kaum muslimin] akan memegangi ikatan lainnya yang tersisa. Ikatan Islam yang pertama kali akan dilepaskan adalah hukum [pemerintahan] dan ikatan Islam yang terakhir kali akan dilepaskan adalah shalat.” (HR. Ahmad no. 22160, Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 764, Ibnu Hibban no. 6715, Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 7486 dan Musnad Asy-Syamiyyin no. 1602, Al-Hakim no. 7022 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 5277 dan 7524)
Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain berkata: “Sanadnya shahih namun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.”
Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid wa Mamba’ Al-Fawaid berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabarani dan para perawi keduanya adalah para perawi kitab Ash-Shahih.”
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam Ta’liq atas Musnad Ahmad berkata: “sanadnya bagus.”
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir mengatakan: “Hadits ini shahih.”
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)