GAZA (Arrahmah.com) – Pesawat tempur penjajah “Israel” pada Jum’at (14/3/2013) dini hari beberapa kali melancarkan serangan udara terhadap beberapa tempat di Jalur Gaza. Ini merupakan awal dari serial serangan udara penjajah “Israel” setelah kelompok Jihad Islami menekan kesepakatan gencatan senjata dengan “Israel” lewat mediasi Mesir, Al-Jazeera melaporkan.
Koresponden stasiun TV Al-Jazeera di Gaza Tamer Al-Mishal menjelaskan bahwa serangan udara “Israel” menghantam dua tempat milik Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer kelompok Hammas, sebuah tempat milik Komite Perlawanan Rakyat di selatan Jalur Gaza dan menghancurkan sebuah kantor keamanan di utara Jalur Gaza. Sementara itu artileri berat pasukan “Israel” membombardir lahan pertanian di Jalur Gaza.
Tentara “Israel” menegaskan telah melancarkan tujuh serangan udara yang menargetkan beberapa tempat di Jalur Gaza. Mereka mengklaim serangan itu sebagai reaksi atas penembakan roket-roket dari Jalur Gaza.
Sebelumnya tentara “Israel” menyatakan bombardir udara dilakukan sebagai reaksi atas penembakan 17 roket dari Jalur Gaza ke arah wilayah-wilayah “Israel” yang berdekatan dengan wilayah perbatasan. Hal itu dilakukan setelah kelompok Jihad Islami menyatakan telah menekan kesepakatan gencatan senjata dengan “Israel” melalui mediasi rezim Mesir.
Pemimpin Umum Kelompok Jihad Islami Ramadhan Syalh menyatakan beberapa pemimpin Dinas Intelijen Mesir telah menjalin komunikasi dengan pimpinan Kelompok itu guna meneguhkan kembali kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya telah dicapai oleh “Israel” dan gerakan-gerakan perlawanan di Jalur Gaza.
Dalam wawancara dengan TV Al-Jazeera Syalh menambahkan bahwa kelompok Jihad Islami mengutamakan untuk tidak menaikkan konflik dengan “Israel”. Jihad Islami menyambut positif usaha-usaha pemerintah Mesir untuk mengupayakan gencatan senjata. Namun ia menegaskan kelompok-kelompok di Gaza memiliki kemampuan untuk melawan agresi apapun.
Juru bicara kelompok Jihad Islami Daud Shihab dalam wawancara dengan TV Al-Jazeera menyatakan hasil komunikasi pemerintah Mesir dengan kelompok Jihad Islami dan “Israel” memutuskan peneguhan gencatan senjata yang dicapai oleh kelompok-kelompok perlawanan dan “Israel” pada dua tahun silam. Ia menambahkan diantara poin kesepakatan tersebut adalah “Israel” harus menghentikan pembunuhan-pembunuhan terhadap tokoh dan anggota kelompok perlawanan.
Pimpinan lain kelompok Jihad Islami Khalid Al-Bathsy menyatakan kelompoknya akan menghormati kesepakatan gencatan senjata dengan syarat “Israel” juga harus menepati butir-butir kesepakatan tersebut dan tidak melakukan pelanggaran sepihak.
Al-Bathsy menyatakan bahwa para pemimpin Dinas Intelijen Mesir telah menjalin komunikasi dengan para pemimpin Hammas dan Jihad Islami, sampai mereka mencapai kesepakatan bersama tentang pentingnya menjalankan gencatan senjata.
Namun jurubicara Hammas Fawzi Barhum dalam wawancara dengan TV Al-Jazeera menolak klaim Al-Bathsy. Menurutnya sampai saat ini belum ada mediator Mesir yang menghubungi Hammas tentang persoalan gencatan senjata dengan “Israel”. Ia mengisyaratkan bahwa Hammas tidak akan menghalangi kelompok perlawanan Palestina lainnya untuk melakukan hak pembalasan terhadap seragan “Israel”.
Pejabat militer “Israel” sendiri mengancam akan memberikan reaksi yang sangat keras atas setiap serangan dari jalur Gaza.
(muhib al majdi/arrahmah.com)