(Arrahmah.com) – Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya serta umatnya yang komitmen menjalankan syariatnya. Amma ba’du.
Bab I
Mentauhidkan Allah dalam bidang kekuasaan, hukum dan ketaatan
Ketentuan 9
Perkara-perkara baru yang diada-adakan [bid’ah] di dalam bidang imamah [kepemimpinan] dan pengaturan umat adalah tertolak, sunnah [aturan dan sistem] jahiliyah dalam bidang hukum adalah batil, sunnah [aturan dan sistem] politik Persia dan Romawi adalah batil, dan wajib menolak semua bentuk tughyan [penindasan dan kesewenang-wenangan]
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Maka apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan? Dan siapakah yang lebih baik ketetapan hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin [beriman]?” (QS. Al-Maidah [5]: 50)
يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
“Mereka ingin meminta keputusan perkara kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk kufur kepada thaghut…” (QS. An-Nisa’ [4]: 60)
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا
“Maka berbuatlah yang lurus sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga [hendaklah berbuat yang lurus] orang-orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kalian bertindak melampaui batas…” (QS. Hud [11]: 112)
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
“Pergilah engkau [wahai Musa] kepada Fir’aun karena sesungguhnya ia melakukan tindakan yang melampaui batas.” (QS. An-Nazi’at [79]: 17)
كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى
“sekali-kali janganlah begitu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas.”(QS. Al-Alaq [96]: 6)
بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
“Namun mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 53)
Hadits no. 22:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama ini yang tidak ada perintahnya dari kami maka perkara baru tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Dalam lafal yang lain:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits no. 23:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda:
أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ثَلَاثَةٌ مُلْحِدٌ فِي الْحَرَمِ وَمُبْتَغٍ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَمُطَّلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُهَرِيقَ دَمَهُ
“Manusia yang paling dibenci Allah ada tiga golongan: orang yang melakukan kejahatan di tanah haram [tanah suci], orang yang mencari sunnah [aturan atau sistem] jahiliyah dalam Islam dan orang yang menuntut darah orang lain secara tidak benar untuk ia tumpahkan darahnya.” (HR. Bukhari no. 6488)
Hadits no. 24:
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda:
أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوعٌ
“Ketahuilah, setiap perkara dari urusan jahiliyah telah dicampakkan di bawah kedua telapak kakiku ini.” (HR. Muslim no. 928 dan 1218)
Dalam lafal Ibnu Khuzaimah:
أَلاَ وَإِنَّ كُلَّ شَيْءٍ مِنْ أَهْلِ اْلجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ
“Ketahuilah, setiap perkara dari urusan orang-orang jahiliyah telah dicampakkan di bawah kedua telapak kakiku ini.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 2809)
Hadits no. 25:
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sedang sakit, lalu kami shalat di belakang beliau, sementara beliau shalat sambil duduk dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada jama’ah shalat. Maka beliau menoleh kepada kami dan melihat kami shalat sambil berdiri, maka beliau memberi isyarat kepada kami agar kami duduk. Maka kami pun duduk dan mengikuti shalat beliau dengan duduk. Setelah mengucapkan salam, beliau bersabda:
إِنْ كِدْتُمْ آنِفًا لَتَفْعَلُونَ فِعْلَ فَارِسَ وَالرُّومِ يَقُومُونَ عَلَى مُلُوكِهِمْ وَهُمْ قُعُودٌ فَلَا تَفْعَلُوا
“ Hampir-hampir kalian tadi melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang Persia dan Romawi, mereka berdiri [untuk menghormati] raja-raja mereka yang duduk. Maka janganlah kalian melakukan hal itu!” (HR. Muslim no. 413)
Hadits no. 26:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ فَقَالَ وَمَنْ النَّاسُ إِلَّا أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi sampai umatku mengikuti jejak langkah umat-umat terdahulu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.” Ditanyakan kepada beliau: “wahai Rasulullah, apakah yang Anda maksudkan dengan umat terdahulu adalah bangsa Persia dan Romawi?” Beliau menjawab: “Siapa lagi bangsa terdahulu [yang ditiru-tiru] selain mereka?” (HR. Bukhari no. 7319)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda:
لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kalian benar-benar akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk lubang biawak, niscaya kalian tetap akan mengikuti mereka.” Kami bertanya: “wahai Rasulullah, apakah yang Anda maksudkan dengan umat sebelum kami adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari no. 3456 dan 7320 dan Muslim no. 2669)
Catatan:
Para ulama menjelaskan bahwa maksud dari mengikuti Persia dan Romawi adalah mengikuti sistem politik dan pemerintahan mereka. Adapun maksud dari mengikuti Yahudi dan Nasrani adalah mengikuti pola pikir, pemahaman dan tata cara beragama mereka.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat tahun 852 H):
“Ada kemungkinan jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam berbeda tergantung situasi. Saat beliau menjawab Persia dan Romawi, maka ada indikasi yang berkaitan dengan memutuskan perkara [memerintah da memimpin] diantara manusia dan mengelola rakyat. Dan saat beliau menajwab Yahudi dan Nasrani, maka ada indikasi yang berkaitan dengan perkara-perkara keagamaan, baik pokok-pokok masalah agama [ushuluddin] maupun cabang-cabang masalah agama [furu’ ad-din].” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari, 13/344, Kairo: Darul Hadits, cet. 1424 H)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)