Oleh : Andi Ryansyah, Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Penggagas Komunitas Studi Pemikiran Islam (KUPAS) UNJ
(Arrahmah.com) – Salah satu materi IPA yang mendesak untuk ditanamkan nilai keimanan adalah sistem reproduksi manusia. Sebab hasil penelitian Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) tahun 2010 dengan jumlah sampel 3.006 responden (usia <17 – 24 tahun) mengindikasikan sebanyak 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kemudian yang memprihatinkan, hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007 menunjukkan pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih belum memuaskan. Hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja laki-laki menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja perempuan dan 25% remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (tidak berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV/AIDS.
Pendidikan IPA di Indonesia pada umumnya berkiblat kepada negara-negara Barat. Indikasi sederhananya dapat dilihat dari isi buku sains yang menokohkan ilmuwan-ilmuwan Barat seperti Darwin, Eistein, Newton, Copernicus, Aristoteles, Pascal, Mendel, Boyle, dan lain sebagainya. Sains Barat yang menurut Dr.Hamid Fahmy Zarkasy tidak memeberikan tempat bagi wahyu,agama, bahkan Tuhan, sementara pendidikan IPA di Indonesia umumnya meniru model sains Barat, akibatnya nilai sekularistik mewarnai pendidikan IPA termasuk pada materi sistem reproduksi manusia di dalam buku teks.
Buku teks yang sekular apalagi sebagai media pendidikan yang memiliki pengaruh signifikan sebagai rujukan di seluruh lembaga pendidikan formal dapat menjadi penyebab terjadinya kasus-kasus tersebut. Buku teks berjudul “Ilmu Pengetahuan Alam 3 untuk SMP/MTs Kelas IX” yang ditulis Nenden Fauziah, Berlian Nurcahya, dan Naeli Nurlaeli dan diterbitkan tahun 2009 oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, setelah penulis kaji, ternyata buku tersebut diwarnai nilai sekularistik pada materi sistem reproduksi manusia dan perlu ditanamkan nilai keimanan.
Indikasi pertama, tidak ada kata Allah dan dalil Al-Qur’an-Sunnah dalam materi tersebut. Prilaku Allah sebagai Maha Pencipta ditiadakan. Pada halaman 7 disebutkan organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis. Kalimat itu perlu ditambahkan seperti Allah telah menciptakan organ reproduksi laki-laki yang terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis.
Kemudian pada halaman 8 ditemukan kalimat sebagai berikut: Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwapembuahan ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba Fallopi. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim. Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot membelah berulang kali membentuk embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding rahim. Embrio akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin.
Kalimat tersebut perlu disempurnakan dan dikuatkan dengan penjelasan Alquran surat Al-Mu’Minun ayat 12-13 yang artinya Kami jadikan anak keturunan Adam dari pembuahan sel telur oleh sperma. Hassil pembuahan itu tersimpan dalam rahim dengan baik. Kemudian kami jadikan pembuahan itu sebagai segumpal darah. Dari segumpal darah, Kami jadikan segumpal daging. Dari segumpal daging Kami jadikan tulang belulang. Lalu kami selimuti dengan daging. Dari tulang belulang yang diselimuti daging itu Kami ciptakan seorang manusia baru. Allah Mahasuci dari segala kekurangan dalam menciptkan manusia dan Tuhan sebaik-baik pencipta.
Indikasi kedua, tujuan pembelajarannya masih jauh dari tujuan yang Islami. Lebih kepada tujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis duniawi. Pada halaman 1, ditemukan tujuan pembelajaran mendeskripsikan sistem reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada manusia.Perlu dimasukkan tujuan-tujuan Islami seperti mengenal Allah sebagai pencipta dan pengatur sistem reproduksi, mensyukuri nikmat yang Allah berikan berupa organ reproduksi yang sehat saat ini, dan menumbuhkan rasa takut bila melanggar ajaran Islam yang dihubungkan dengan penyakit dalam sistem reproduksi manusia.
Indikasi ketiga, tidak terdapat larangan dan ancaman yang berlandaskan syariat Islam. Pada halaman 9 ditemukan kalimat “Namun pada umumnya penyakit kelamin yang mematikan disebabkan oleh sikap hidup manusia seperti seks bebas dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Kalimat tersebut perlu ditambahkam dengan surat Al-Isra ayat 32 dan Al-Furqan ayat 68-69 seperti berikut: Selain disebabkan oleh virus dan bakteri, pada umumnya penyakit kelamin seperti AIDS, sifilis dan gonorhoe disebabkan oleh perzinahan,hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks dengan pekerja seks atau tuna susila. Allah melarang dalam Alquran surat Al-Isra ayat 32 yang artinya janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang kotor dan prilaku hidup yang buruk. Kemudian Allah mengingatkan kepada kita dalam Alquran surat Al-Furqan ayat 68-69:
Orang-orang yang tidak mau menyembah tuhan-tuhan selain Allah, orang-orang tidak mau membunuh manusia yang telah Allah haramkan membunuhnya kecuali dengan jalan yang dibenarkan syariat. Orang-orang itu juga tidak mau berzina. Siapa saja yang berzina atau membunuh dengan cara melanggar syariat, ia akan mendapat adzab yang berat. Pada hari kiamat, ia mendapatkan azab yang berlipat ganda di neraka dan terhina selama-lamanya.
Indonesia sebagai negara yang didirikan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa sepatutnya menjadikan nilai-nilai agama sebagai dasar dalam seluruh bidang kehidupan rakyat Indonesia, termasuk bidang pendidikan IPA.
Program pemerintah seperti kurikulum 2013 yang mengedepankan pendidikan karakter memberikan alasan yang lebih kuat perlunya pendidikan sains berbasis nilai keimanan. Dalam kurikulum 2013, kompetensi inti dan kompetensi dasar IPA yang pertama kali disebutkan mengenai penanaman dan penerapan nilai keimanan.
Oleh karena itu, penulis, editor, penerbit, dan pemerintah perlu saling mengevaluasi dan bekerjasama menyusun materi sistem reproduksi manusia berbasis nilai keimanan pada buku teks IPA yang kemudian disebarluaskan ke seluruh lembaga pendidikan di Indonesia agar pelajar-pelajar Indonesia memahami persoalan seks secara menyeluruh dan utuh.
(arrahmah.com)