JAKARTA (Arrahmah.com) – Terus terjadinya aksi teror di Indonesia dinilai akibat lemahnya badan yang bertugas menangulangi terorisme, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Karena itu, sudah saatnya pemerintah melakukan langkah cepat dengan mengganti Kepala BNPT saat ini, Ansyaad Mbai.
“Ketua BNPT gagal melakukan konsolidasi dengan lembaga-lembaga terkait soal pencegahan bom maupun sosialisasi anti terorisme kepada masyarakat. Ketua BNPT juga belum bisa menunjukkan fungsi utamanya.
Aksi-aksi Ketua BNPT selama ini dikhawatirkan malah dapat menciptakan dan menebarkan teror baru, melalui ucapan-ucapannya,” kata Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Pusat Mustofa B Nahrawardaya dalam rilisnya kepada detikcom, Jumat 922/4/2011).
Mustofa mengatakan, Perpres No 46/2010, sebagai payung didirikannya BNPT, memberikan amanat penting dan strategis kepada BNPT untuk melakukan pencegahan terjadinya bom. Selain itu harus bisa melakukan perlindungan masyarakat dan melakukan deradikalisasi, serta penindakan dan penyiapan kesiapsigaan nasional.
“Sayangnya, BNPT tidak bisa menunjukkan hasil kerja secara nyata. Pekerjaan Ketua BNPT lebih banyak menjadi orator politik dan terkesan justru menjadi tukang pecah belah kehidupan beragama. Sehingga, pada jangka panjangnya cenderung menebarkan fitnah sehingga berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah kehidupan beragama itu sendiri,” tudingnya.
Lebih lajut Mustofa mengatakan, Ansyaad selama ini tampak tidak mengerti maksud dan tujuan pekerjaan yang diembannya. Seharusnya, Ketua BNPT itu bekerja giat dan melaporkan hasil nyata kepada masyarakat, bukan malah banyak bicara melalui media.
“Jika memang ingin banyak bicara, Ketua BNPT dipersilahkan lebih cocok mejadi anggota DPR RI yang memang tidak elok apabila minim bicara,” cetusnya.
Mustofa juga menilai, kemajuan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini tidak diadopsi BNPT sebagai strategi keilmuan untuk menekan terjadinya aksi bom maupun paham-paham yang mengarah kepada aksi bom.
“Perkembangan strategi teror yang semakin canggih dan up to date, harus dihadapi dengan strategi personel yang up to date pula. Tetapi jika dedengkot penanggulangan teror ketinggalan jaman, bagaimana bisa bekerja? Maka jangan heran apabila ide-ide soal seputar terorisme pun masih terlihat kuno dan tidak mengalami kemajuan,” ucap Mustofa. (dtk/arrahmah.com)