JAKARTA (Arrahmah.com) – Menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif saat berkunjung ke Indonesia, mengutarakan pernyataan konyol soal konflik bersenjata dan kekerasan di beberapa negara yang berlatar belakang Sunnah-Syiah.
“Satu-satunya cara untuk memberikan perlindungan kepada kaum Muslim Syiah di seluruh dunia yaitu bekerja sama menolak intoleransi, ekstrimisme dan kekerasan,” ucap Zarif, di Jakarta, Kamis (6/3/2014), seperti dilansir dari POL.
“Indonesia dan Iran dapat berdiri di garda paling depan sebagai negara Islam penting untuk menyerukan dan mempromosikan kepada kaum Muslim dan pemeluk agama lain, untuk mengedepankan perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia,” sambungnya.
Pernyataan ini akan menjadi bola liar ke arah menyalahkan umat Islam bila tidak di tanggapi oleh ulama. Seolah-olah Syiah dizalimi, ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang. Padahal justru yang terjadi sebaliknya. Kaum Muslimin yang bermukim di negeri-negeri yang penguasanya Syiah, dizhalimi. Di Suriah kaum Muslimin hingga hari ini ditindas; dipenjara, dibunuh dengan keji, Muslimahnya diperkosa oleh rezim Syiah Nushairiyah. Demikian pula di negeri Syiah Iran kaum Muslimin Ahlusunnah tidak mendapatkan hak-haknya dalam beragama, pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.
“Sebenarnya kalau dilihat dalam kitab-kitab induk sekte Syiah, justru yang mengajarkan intoleransi, ekstrimisme dan kekerasan adalah mereka (Syiah) sendiri,” kata Direktur Forum Studi Sekte-sekte Islam (FS3I) ustadz Dr. (Cand) Anung Al Hamat Lc. MPd.I, kepada arrahmah.com Jumat pagi.
“Bahkan salah satu inti ajaran syiah adalah kekerasan,” tambahnya.
Maka menurut ustadz Anung sangat wajar salah seorang ulama senior Al Azhar, Prof.Dr. Abdul Mun’im al Birri dalam pengantarnya terhadap buku: Al Fikr at Takfiirii ‘Inda as Syia’ah Haqiiqah am Iftiraa’ menyatakan bahwa hadits-hadit seputar ciri-ciri dari Khawarij berlaku untuk kalangan Syiah.
Dia juga mengkrik kondisi pemerintah Iran yang menindas kaum Muslimin Ahlussunnah. “Iran sendiri tidak konsisten dengan pernyataannya, mereka sendiri intoleran terhadap kaum Sunni yang ada di Ahwaz dan melakukan tindakan kekerasan terhada kaum Sunni,” ungkap ustadz Anung.
Sebelumnya telah dikemukakan, sebanyak 10 kondisi penindasan sekaligus testimoni kaum Sunni Iran yang diungkapkan oleh Syeikh Nashiruddin Al Hasyimi. Diantaranya, pertama, dilarang membangun masjid di kota-kota besar sekalipun di wilayah-wilayah yang mayoritas golongan Sunni. Kedua, Setelah revolusi Khomeini “Sang pembohong besar” mengizinkan golongan Sunni membangun sebuah masjid di Teheran yang dipersiapkan dananya saat itu 500 ribu sampai satu juta dan telah diperoleh tanahnya. Akan tetapi ternyata Syiah mengulur-ulur waktunya, bahkan akhirnya mereka melarang sama sekali berdirinya masjid Sunni di Teheran. Ketiga, di bidang ekonomi dan pembangunan terjadi diskriminasi yang amat menyolok di wilayah-wilayah yang berpenduduk Sunni dan Syiah. Dana-dana pembangunan dilimpahkan secara tak terbatas ke wilayah-wilayah Syiah. Sebaliknya wilayah-wilayah Sunni justru dihancurkan; warga negaranya dibunuh dan dituduh dengan berbagai macam hal yang keji. (azm/arrahmah.com)