BANGUI (Arrahmah.com) – Pasukan “Penjaga Perdamaian” Uni Afrika pada Rabu (12/2/2014) menemukan sebuah kuburan massal pada kamp militer di Bangui, ibukota Republik Afrika Tengah. Seorang tentara Uni Afrika menemukan kuburan massal tersebut saat melakukan patroli keamanan, Al-Jazeera melaporkan.
Seorang saksi mata menyatakan kepada Reuters telah melihat sedikitnya 12 mayat dalam kuburan massal tersebut. Kepala Palang Merah setempat, Pastor Antoine Mboa Bogo membenarkan adanya kuburan massal tersebut. Namun ia belum bisa memastikan total jumlah korban. Ia menambahkan bahwa stafnya akan kembali ke kamp militer tersebut pada Kamis untuk mendata keseluruhan jumlah korban.
Penemuan kuburan massal itu bersamaan waktunya dengan tuduhan Amnesti Internasional kepada pasukan “Penjaga Perdamaian” Uni Afrika yang dianggap gagal melindungi minoritas muslim dari pembantaian oleh milisi Kristen Anti-Balaka.
“Milisi Anti-Balaka sedang melakukan serangan kekerasan dalam upaya untuk membersihkan etnis Muslim di Republik Afrika Tengah,” kata Joanne Mariner, penasihat senior di Amnesti International dalam laporan yang dirilis di situs kelompok tersebut, Selasa (11/2/2014).
Laporan Amnesti yang dirilis pada hari Selasa, didasarkan pada lebih dari seratus kesaksian secara langsung dari serangan besar-besaran anti-Balaka terhadap warga sipil Muslim di kota-kota barat laut Republik Afrika Tengah, mulai dari Bouali, Boyali, Bossembele, Bossemptele, dan Baoro.
“Pasukan penjaga perdamaian internasional telah gagal untuk menghentikan kekerasan tersebut,” kata Donatella Rovera, penasihat senior di Amnesti International.
Berdasar laporan Al-Jazeera, Uni Afrika telah menempatkan Pasukan “Penjaga Perdamaian” berkekuatan 5400 tentara di Republik Afrika Tengah. Selain itu terdapat 1600 tentara salibis Perancis di negara tersebut. Namun milisi Kristen leluasa melakukan pembantaian, perampokan, pemerkosaan dan pengusiran terhadap minoritas warga muslim di negara tersebut.
(muhib al majdi/arrahmah.com)