ALEPPO (Arrahmah.com) – Seorang pria menarik gadis kecil dari puing-puing dan mengangkatnya ke atas selembar plastik kotor, sementara anak lainnya dipenuhi dengan debu putih serta darah segar keluar dari hidungnya, kakinya hancur setelah bom barel dijatuhkan oleh pasukan rezim kafir Syi’ah di kota Aleppo.
Pemboman itu, salah satu dari tujuh serangan yang memukul Aleppo di hari Selasa (4/2/2014), menghantam sebuah Masjid yang digunakan sebagai sekolah, menewaskan sedikitnya 11 orang, ujar para aktivis Suriah seperti dilansir Al Arabiya.
Itu adalah contoh terbaru dari penggunaan bom barel, perangkat yang dikemas dengan bahan bakar, bahan peledak dan besi tua yang dilemparkan dari helikopter dan menyerang tanpa pandang bulu.
Sejak Kamis pekan lalu menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sedikitnya 80 orang telah gugur dalam serangan pengecut bom barel yang dilancarkan oleh pasukan rezim Nushairiyah untuk mencoba mengusir Mujahidin dari Aleppo.
Video yang diunggah dari distrik Masaken Hanano menunjukkan peristiwa setelah ledakan di dekat Masjid Utsman bin Affan di mana Masjid tersebut digunakan untuk mengajar Al Qur’an kepada anak-anak setempat, ujar seorang aktivis Suriah, Hassoun Abu Faisal dari Aleppo.
Video itu konsesten dengan apa yang dilaporkan oleh AP.
Seorang juru kamera dari dalam kendaraan yang melaju cepat menuju tempat di mana serangan berlangsung, merekam setiap tempat yang ia temukan. Kamera memperlihatkan anak laki-laki berjalan di sekitar bangunan yang hancur setengahnya dalam ledakan itu.
“Apakah ada martir?” seorang narator bertanya. Kameranya terfokus pada segumpal daging merah dalam kendaraan.
Seorang anak, kakinya hilang, tergeletak di tanah, sebagian tubuhnya ditutup oleh selimut.
“Apakah ada anak-anak lain di sini?” Seorang pria menangis.
“Bashar, anda sangat rendah!” Teriak yang lain sambil mengangkat tangannya ke langit.
Seorang pria membawa anak laki-laki yang tak bernyawa, mengangkatnya dan meninggalkannya di trotoar dekat dua mayat hancur lainnya. Seorang pria tua dengan wajah berlumuran darah menangis di dekatnya.
SOHR mengatakan sedikitnya lima korban tewas di distrik Masaken Hanano adalah anak-anak. (haninmazaya/arrahmah.com)