UTTAR PRADESH (Arrahmah.com) – Lebih dari empat bulan setelah kerusuhan mencengkeram desanya, Asma masih ingat kenangan menakutkan itu ketika ia dan keluarganya berlari untuk menyelamatkan diri dari massa Hindu.
“Bagaimana saya bisa melupakan malam itu, saat kami meninggalkan rumah kami dan menghabiskan sepanjang malam di ladang tebu dalam keadaan dingin yang menggigit untuk menyelamatkan hidup kami.” Cerita Asma, dari desa Bajidpur, kepada Khabar South Asia, Kamis (30/1/2014).
Agustus lalu, bentrokan Hindu-Muslim meletus di Muzaffarnagar, terletak di bagian barat provinsi Uttar Pradesh.
Kerusuhan tersebut mengakibatkan kematian sedikitnya 60 orang dan memaksa sekitar 70.000 Muslim meninggalkan desa-desa mereka, menurut laporan pemerintah negara bagian.
Dilshad Ahmad, salah satu korban kerusuhan, kadang tidak bisa tidur di malam hari, dia selalu terbangun untuk memeriksa apakah anggota keluarganya aman.
Dihantui kenangan kekerasan yang mengguncang desa Kawal di Muzaffarnagar pada akhir Agustus, dia sering terbangun di malam hari karena jeritan anaknya yang bermimpi tentang suara tembakan.
“Seluruh keributan dimulai ketika seorang pria tua tewas di desa kami. Ketakutan oleh situasi dan perkelahian antara Muslim dan Hindu Jat, semua penduduk meninggalkan desa mereka, meninggalkan segalanya,” kata Dilshad.
“Anak saya yang berusia 8 tahun masih dihantui rasa takut dan berulang kali berteriak ‘Baba, goli goli! (Ayah, tembakan!)’. Menurut saya, anak-anak kami tidak akan pernah lupa terhadap kejadian malam itu.”
Keamanan bukan satu-satunya hal yang hilang dari mereka, Mereka juga kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
“Sekitar 03:30, kami mendengar teriakan dari tetangga kami, dan setelah kami terbangun, banyak keluarga telah meninggalkan desa. Keluarga saya juga mulai mengepak barang-barang mereka dan bergerak,” Mohammed Haneef, dari Lisarh, yang kehilangan ayahnya, menceritakan dengan sedih.
“Tapi ayah saya yakin bahwa tidak akan terjadi apa-apa, dan lebih memilih untuk tinggal di rumah.”
Ayah Haneef meninggal dalam kerusuhan malam itu.
Sekarang telah banyak organisasi dan individu yang menawarkan bantuan kepada korban kerusuhan tersebut.
Jamiat Ulema-e-Hind membangun 125 rumah di daerah Lok Sabha. Seorang anggota parlemen tingkat daerah, Nehdi Hassan, berencana untuk membangun 800 rumah bagi orang-orang di kamp-kamp bantuan.
Yuva Kongres – sayap pemuda Kongres Nasional India – telah menyediakan layanan kesehatan gratis di beberapa kamp bantuan.
Namun, bantuan itu masih belum memadai dibandingkan jumlah korban yang telah kehilangan sumber pendapatan mereka karena kerusuhan itu.
“Saya mendapatkan sekitar Rs. 1.000 ($ 16) setiap hari, yang cukup untuk memberi makan keluarga saya. Saya sudah tidak punya apa-apa untuk memberi makan keluarga saya sekarang,” kata Sarfaraz Ahmad, seorang buruh Muslim yang menopang hidup 6 anggota keluarganya.
“Tidak ada pilihan untuk kembali ke desa saya. Setiap orang khawatir tentang pekerjaan dan masa depan mereka.”
Sebuah masa depan yang cerah juga telah berubah menjadi mimpi suram bagi Rizwan Ahmad, seorang lulusan kedokteran yang baru-baru ini lulus.
“Saya telah mendapat pekerjaan di sebuah klinik terdekat di desa saya,” katanya kepada Khabar.
“Ketika kerusuhan terjadi, saya meninggalkan desa dan pekerjaan saya untuk melayani warga desa dan merawat lebih dari 8.000 korban kerusuhan.”
(Ameera/Arrahmah.com)