SURABAYA (Arrahmah.com) – Densus 88 menagkap dua orang warga di sebuah SPBU di Kedung Cowek Surabaya, Senin (20/01/2014). Menurut Kapolda Jatim Irjen Unggung Cahyono tersangka yang ditangkap polisi yaitu berinisal R dan M. Mereka diamankan di sekitar SPBU Kedung Cowek.
“Penangkapan dilakukan jam tujuh malam tadi,”kata Irjen Pol Unggung Cahyono, lansir beritajatim Senin (20/01/2014).
Setelah menangkap kedua tersangka polisi kemudian membawa ke rumah mereka untuk mengatahui kontrakannya dan mencari barang bukti. “Kedua pelaku ini disinyalir merupakan komplotan Poso anak buah Santoso DPO teroris Poso,” ucap Unggung.
Menurut informasi, R adalah Isnaini Ramdani (31) asal Probolinggo yang diketahui dua hari lalu datang dari Poso. Sedangkan M adalah Majid, putra Abdul Hamid, pemilik rumah yang digeledah Densus.
Latifa, kakak Majid yang dituduh oleh polisi sebagai kelompok Poso dan ditangkap Densus 88 mengaku tidak tahu menahu kegiatan adiknya selama ini. Bahkan Latifa kaget dengan pnggerebekan yang melibatkan sejumlah anggota Densus 88 anti teror dan Gegana Brimob.
Dia mengaku sudah lama tinggal dengan Majid namun dirinya tidak mngetahui kalau adiknya ikut jaringan teroris Poso.
“Saya tidak kalau adiknya ikut jaringan teroris, Majid setiap harinya berjualan telur puyuh dan roti yang dititipkan ke warung-warung,” ungkap Latifa
Latifa mengaku jarang berkomunikasi dengan adiknya kerena pendiam dan tertutup. Dia juga menjelaskan bahwa Majid anak terakhir dari delapan bersaudara. Keseharianya yang diketahui jika usai berjualan jam 5 sore langsung mandi dan pergi mengaji hingga tengah malam.
Sementara Ketua RT I Tanah Merah Kawasan Kedung Cowek Surabaya, Bais Setyabudi mengaku tidak tahu rumah yang dikepung petugas kepolisian.
“Saya tidak tahu rumah nomer berapa yang digerebek,” kata Bais Setyabudi
Menurutnya dari data yang dimilikinya tidak ada warga yang baru tinggal di lingkungannya. “Semuanya lama tidak ada yang baru,” katanya.
Terkait aktivitas warga Bais juga mengaku tidak tahu menahu karena dia sendiri pulang tengah malam sehingga tidak mengetahui kegiatan warga satu persatu. “Apalagi aktivitas perkumpulan warga kami tidak pernah mendatanya,” katanya. (azm/arrahmah.com)