SANA’A (Arrahmah.com) – Sebagaimana yang dilaporkan oleh Andrea Germanos, staf penulis Common Dreams, bahwa anak-anak Yaman mengalami masalah psikologis sebagai akibat dari serangan drone AS yang terus menerus menggempur negara Yaman. Yaman harus mendirikan sebuah pusat konseling untuk membantu anak-anak mengatasi trauma psikologis mereka akibat serangan drone AS, seorang pejabat Yaman mengatakan kepada Komite PBB tentang Hak Anak minggu ini, sebagaimana dirilis oleh WordBulletin, Senin (20/1/2014).
Para ahli, seperti psikolog klinis dan forensik Dr Peter Schaapveld, sebelumnya telah menjelaskan bagaimana anak-anak mengalami trauma yang berulang-ulang karena drone tersebut. Tidak jarang anak-anak bermimpi tentang orang-orang mati, pesawat dan orang-orang yang berteriak dan berlarian ketakutan.
Kat Craig, Direktur Reprieve yang merupakan kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menyatakan bahwa Presiden Yaman lebih menghargai perjanjian dengan AS daripada tanggung jawab Yaman untuk melindungi anak-anaknya. Craig menyarankan bahwa dari pada mendirikan pusat pemulihan setelah mengizinkan dan mentolerir AS untuk membom negaranya sampai berkeping-keping, Presiden Hadi seharusnya mendengarkan Parlemen dan menghentikan serangan drone AS tersebut.
Pada bulan Desember, setelah serangan yang mengenai sebuah pesta pernikahan dan membunuh belasan warga, Parlemen Yaman menyerukan untuk mengakhiri serangan drone AS di negara itu, dan mendesak pemerintah Yaman untuk menyelidiki serangan tersebut setelah Reprieve mengumpulkan bukti jelas yang tidak bisa diabaikan mengenai korban drone tersebut.
Pada tahun 2014, AS terus membom Yaman melalui serangan pesawat tak berawaknya. Beberapa hari yang lalu, seorang petani Yaman tewas terkena drone saat dia dalam perjalanan pulang ke rumahnya di desa al-Houtau dekat kota Shibam. (Ameera/Arrahmah.com)