BAGHDAD (Arrahmah.com) – Negara penjajah Amerika Serikat berencana kembali ikut campur dalam urusan Irak, mereka akan mengirimkan pasukan dengan dalih “melatih” unit “kontra-terorisme” Irak di negara ketiga, seperti klaim seorang perjabat pertahanan Irak pada Jum’at (17/1/2014).
Tertundanya perjanjian dengan Yordania atau negara lain untuk menjadi tuan rumah pelatihan ini, mungkin akan kembali diteruskan saat Baghdad dan Washington mendukung gagasan tersebut, tambah pejabat tersebut kepada AFP.
Pentagon mengklaim tidak akan mengirimkan tim ke Irak, karena akan memerlukan negosiasi perjanjian hukum dengan Baghdad.
Sementara itu, seorang juru bicara Pentagon mengatakan Irak akan menerima angsuran lain senjata kecil dan amunisi yang diminta oleh Baghdad karena pertempuran dengan Mujahidin Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) yang semakin sengit di Fallujah dan kota-kota lain di provinsi Anbar.
“Kami tengah berdiskusi dengan Irak tentang bagaimana kami dapat meningkatkan pasukan keamanan Irak,” ujar Kolonel steven Warren.
Pejabat lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya karena ia tidak berwenang membahas hal ini, mengatakan materi termasuk amunisi tank dan rudal Hellfire. Pejabat itu mengatakan ini tidak akan melampaui jenis persenjataan AS yang telah diberikan kepada Irak.
Negara penjajah AS pada tahun 2003 melancarkan invasi ke Irak dengan dalih untuk menemukan senjata pemusnah massal. Dalam invasi tersebut, rezim Saddam Hussein digulingkan. Namun pada akhirnya di tahun 2011 pasukan AS menarik diri dari Irak dan mereka tidak bisa membuktikan tuduhan mereka terhadap Irak.
Saat ini, kurang dari 300 tentara AS masih berada di Irak untuk menjaga kedutaan Amerika dan lebih dari 100 orang mengawasi bantuan militer.
“Kami akan meminta pelatihan, di beberapa daerah kami perlu pelatihan, terutama untuk unit ‘kontra-terorisme’ kami,” ujar Maliki kepada Washington Post.
Saat ditanya apakah pelatih AS akan datang ke Irak, Maliki mengatakan : “Ya, membawa Amerika ke Irak atau tentara Irak bisa pergi ke Yordania dan dilatih.”
Pemimpin rezim Syi’ah Irak, Nouri al-Maliki mengatakan bahwa kerjasama intelijen dengan Amerika Serikat sangat penting baginya karena “Amerika Serikat memiliki kemampuan penyadapan komunikasi Al-Qaeda, menemukan kamp-kamp dan lokasi di lapangan”. (haninmazaya/arrahmah.com)