LATTAKIA (Arrahmah.com) – Wakil komandan barisan kelompok sekuler FSA, Kolonel Malik Al-Kurdi menyatakan masih sulit memprediksikan kemampuan kelompok-kelompok [sekuler] bersenjata dalam tubuh FSA untuk menghancurkan kelompok Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS). Menurut Al-Kurdi dukungan persenjataan dan personil yang diberikan kepada ISIS lebih besar dari dukungan yang diberikan kepada seluruh kesatuan FSA. Lebih dari itu kemampuan militer ISIS lebih baik dari FSA, karena ISIS mendapatkan pelatihan militer dan pengalaman tempur di berbagai medan jihad di seluruh dunia.
Al-Kurdi menyatakan fokus FSA saat ini adalah membersihkan kesatuan-kesatuannya dari “unsur-unsur yang rusak” dan mengembalikannya ke pangkuan “revolusi” untuk menjatuhkan rezim Bashar Asad. Al-Kurdi menyayangkan bentrokan bersenjata yang terjadi di berbagai wilayah Suriah antara kelompok ISIS dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Al-Kurdi menyalahkan “unsur-unsur” asing yang memasuki Suriah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam konflik bersenjata tersebut. Al-Kurdi menuding “unsur-unsur” asing tersebut menganut “ideologi yang asing dari Suriah”. Hal itu diungkapkan Al-Kurdi dalam wawancara khusus dengan situs Al-Jazeera pada Senin (13/1/2014).
Al-Kurdi menyatakan bahwa pada level anggota, mayoritas kelompok bersenjata di Suriah telah diinfiltrasi oleh rezim Bashar Asad. Namun, menurut klaimnya, ISIS berhasil diinfiltrasi oleh rezim Bashar Asad sampai level para pemimpinnya.
FSA dalam liputan media mainstream
Media massa mainstream menggunakan istilah FSA untuk menyebut kelompok-kelompok oposisi yang mengangkat senjata melawan rezim Nushairiyah Suriah. Sebagian kecil kelompok FSA adalah kelompok nasionalis-sekuler yang mencita-citakan negara Suriah baru berdasar demokrasi sekuler. Mereka beranggotakan mantan polisi dan tentara rezim Bashar Asad yang berbalik dan memihak revolusi rakyat. Para pemimpin mereka adalah para perwira nasionalis-sekuler yang berkedudukan di Turki, di bawah komando Salim Idris. Kelompok nasionalis-sekuler FSA tersebut mendapat dukungan Barat dan memusuhi perjuangan syariat Islam. Gaung mereka keras karena memiliki akses politik dan media internasional, namun mereka memiliki peran yang sangat kecil di lapangan jihad Suriah.
Adapun mayoritas kelompok pejuang “FSA” lainnya adalah milisi-milisi lokal yang dibentuk secara darurat oleh para ulama, tokoh masyarakat dan aktivis revolusi. Beberapa kelompok jihad Islam seperti Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah, Harakah Fajr Asy-Syam Al-Islamiyah, Jabhah Nushrah dan lain-lainnya juga disebut “FSA” oleh media massa mainstream. Mayoritas milisi-milisi lokal “FSA” dan kelompok-kelompok jihad tersebut menghendaki negara Islam dan penegakan syariat Islam.
Beberapa di antara kelompok jihad dan milisi lokal “FSA” seperti Liwa’ Al-Haq, Liwa’ At-Tauhid, Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah dan Jaisy Al-Islam bersatu dalam wadah Jabhah Islamiyah. Secara tegas, Piagam Jabhah Islamiyah menegaskan tujuan penegakan Daulah Islam, penerapan syariat Islam dan penolakan terhadap demokrasi. Dalam pernyataan resminya, Jabhah Islamiyah juga menegaskan berlepas diri dari Dewan Aliansi Nasional dan Dewan Militer FSA pimpinan Salim Idris. Jabhah Islamiyah juga menyatakan muhajirin atau mujahidin “asing dari luar Suriah” sebagai bagian tak terpisahkan dari mujahidin Anshar “mujahidin local Suriah”.
Konflik intern antar kelompok jihad di Suriah Bentrokan bersenjata antara ISIS dan beberapa kelompok bersenjata “FSA” yang terjadi selama dua pekan terakhir lainnya telah menimbulkan ratusan korban tewas dan cedera. Sebagian kelompok “FSA” yang terlibat dalam bentrokan tersebut adalah para preman, perampok, pencuri dan milisi nasionalis sekuler dukungan Barat. Mereka memerangi ISIS sebagai bagian dari upaya memerangi cita-cita penegakan daulah Islam dan penegakan syariat Islam.
Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) melalui pernyataan resminya pada Sabtu (4/1/2014) menegaskan bahwa konflik bersenjata yang berimbas pada serangan “para preman yang bodoh” terhadap muhajirin (mujahidin dari luar Suriah, edt) tersebut dilatar belakangi oleh serangan massif media massa sekuler, tokoh-tokoh munafik dan orang-orang yang menelantarkan jihad Suriah. Sebagian mereka adalah ulama su’ yang hidup rukun bersama rezim thaghut Arab. “Kami menduga secara yakin bahwa semakin berkembang dan menyebar luasnya proyek Daulah Islam yang diberkahi di kawasan Suriah, dan inisiatif individu-individu, kelompok-kelompok dan suku-suku untuk bergabung dengan Daulah Islam Irak dan Syam, serta perkembangan-perkembangan terbaru yang terjadi di Irak telah mempercepat laju roda konspirasi-konspirasi yang telah disiapkan secara sembunyi-sembunyi. Maka konspirasi-konspirasi jahat itu terbongkar kedoknya secara cepat dan telah terbuka wajah-wajah masam yang selama ini ditutup-tutupi oleh kedok dakwah dan nasehat,” tegas ISIS dalam pernyataan resminya tersebut.
Sebagian kelompok “FSA” lainnya yang terlibat dalam bentrokan tersebut adalah Jabhah Islamiyah, Jabhah Nushrah dan kelompok jihad lokal lainnya. Bentrokan tersebut dilatar belakangi perbedaan pandangan dalam beberapa masalah siyasah syar’iyah antara ISIS dan kelompok-kelompok jihad lokal lainnya. Selain itu penangkapan dan pembunuhan beberapa anggota kelompok jihad lain, seperti Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah dan Jabhah Nushrah, oleh kelompok ISIS telah memiliki andil mengobarkan perselisihan lebih tajam. Media massa mainstream memblow up perselisihan dan konflik antar kelompok jihad di Suriah tersebut. Barat melalui agen-agennya dan milisi-milisi nasionalis-sekuler memperalat keadaan tersebut untuk ramai-ramai mengeroyok ISIS. Bentrokan bersenjata kemudian meluas dan korban pun berjatuhan dari kedua belah pihak.
Upaya mendamaikan konflik intern mujahidin Tidak diragukan lagi, ada kelompok preman, perampok, dan nasionalis-sekuleris dukungan Barat yang turut bermain dalam konflik bersenjata dengan mujahidin ISIS. Mereka senantiasa mencari-cari alasan dan kesempatan untuk menghancurkan mujahidin ISIS. Peperangan ISIS melawan kelompok-kelompok nasionalis sekuler “FSA” ini adalah jihad yang disyariatkan dalam Islam. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa kelompok jihad Islam seperti Liwaul Islam, Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah, Liwa’ At-Tauhid dan Jabhah Nushrah terlibat di dalamnya. Mereka dikenal luas selama ini sebagai kelompok jihad Islam yang merintis jihad di Suriah dan mencita-citakan penegakan Daulah Islamiyah. Konflik bersenjata mereka dengan mujahidin ISIS dalam kacamata syariat adalah perang fitnah, yaitu perang sesama muslim dan sesama mujahid untuk kepentingan dunia, bukan untuk kepentingan agama. Beberapa amir dan ulama kelompok jihad di Suriah telah melakukan berbagai upaya untuk mendamaikan konflik intern mujahidin tersebut. Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, Amir Jabhah Nushrah, dalam pesan audionya pada Senin (6/1/2014) telah menyerukan upaya perdamaian dan fokus jihad melawan rezim Nushairiyah Suriah. Seruan Syaikh Al-Jaulani disambut hangat oleh para amir dan ulama kelompok-kelompok jihad di Suriah.
Pada Sabtu (11/1/2014) Markazu Du’atil Jihad merilis pesan audio Syaikh Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Muhaisini yang menyerukan perdamaian dan menghentikan perang sesama mujahidin. Pada Sabtu itu pula Yayasan Media Al-Uqab, sayap media mujahidin Harakatu Syam Al-Islam merilis video pesan mas’ul syar’i mereka, Syaikh Abu Hafsh Al-Jazrawi. Syaikh Al-Jazrawi menyerukan kepada seluruh kelompok mujahidin yang bertikai untuk menghentikan baku tembak. Beliau mengajak mereka untuk bersatu dan memusatkan perhatian jihad mereka melawan rezim Nushairiyah Suriah dan milisi-milisi Syiah bayarannya. Pada hari yang sama mujahidin Harakah Fajr Asy-Syam Al-Islamiyah merilis pesan audio Amir mereka, Syaikh Dr. Abu Abdullah Asy-Syami. Syaikh Asy-Syami menyerukan kepada seluruh mujahidin untuk menghentikan peperangan di antara mereka. Beliau mengajak mereka untuk berdamai, memperbaiki hubungan sesama mereka dan kembali focus melawan rezim Nushairiyah Suriah.
Beberapa Amir, komandan dan ulama mujahidin lainnya di dalam negeri Suriah terus mengupayakan penghentian perang dan melakukan perdamaian di antara kelompok-kelompok jihad di Suriah. Harapan atas perdamaian itu sangat besar dan tanda-tanda akan tercapainya perdamaian juga semakin nyata, seperti ditegaskan oleh Syaikh Abdullah Al-Muhaisini dalam pesan audionya. Semoga Allah mendamaikan kelompok-kelompok jihad yang bertikai di Suriah, menyatukan barisan mereka, menautkan hati mereka, memenangkan mereka dan menghancurkan makar-makar musuh Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani, komunis, Syiah, dan nasionalis-sekuleris. (muhib al-majdi/arrahmah.com)