KAIRO (Arrahmah.com) – Setelah mencoba menghancurkan Ikhwanul Muslimin di “rumah’nya, kini penguasa militer Mesir berencana untuk melemahkan kelompok pejuang Hamas Palestina, yang menguasai Jalur Gaza, pejabat senior keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters, Selasa (13/1/2014).
Untuk melancarkan tujuannya tersebut, pemerintah militer Mesir akan bekerja sama dengan saingan politik Hamas yaitu Fatah dan mendukung kegiatan anti-Hamas di Gaza, kata beberapa pejabat keamanan Mesir.
Setelah merebut kekuasaan di Mesir musim panas lalu, militer Mesir tengah berupaya untuk menekan perekonomian Gaza dengan menghancurkan sebagian besar terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan makanan ke Gaza, yang berada di bawah blokade “Israel”.
Sekarang Kairo menjadi lebih ambisius dalam upayanya untuk memberantas apa yang dikatakannya sebagai organisasi “militan” yang mengancam keamanan nasional dengan tidak memperdulikan penderitaan rakyatnya akibat konflik yang meminta korban yang terus menerus.
Operasi intelijen, dengan bantuan dari saingan politik Hamas dan para aktivis liberal, militer Mesir berencana untuk merusak kredibilitas Hamas, yang menguasai Gaza pada 2007 dari gerakan Fatah yang dipimpin oleh Presiden Palestina yang didukung Barat Mahmoud Abbas.
Menurut pejabat Mesir, Hamas akan menghadapi perlawanan yang tumbuh dari para aktivis yang akan meluncurkan protes serupa dengan yang ada di alami Mesir yang telah menyebabkan jatuhnya dua presiden sejak Musim Semi Arab tahun 2011. Kairo berencana untuk mendukung protes tersebut dalam upaya untuk melumpuhkan Hamas.
“Gaza adalah berikutnya,” kata seorang pejabat keamanan senior, yang meminta namanya tidak disebut karena sensitivitas isu tersebut.
Ditanya mengapa intelijen Mesir tidak melumpuhkan Hamas sekarang, pejabat keamanan senior lainnya mengatakan: “hari mereka akan datang.”
Mesir menuduh Hamas mendukung kelompok-kelompok Al Qaeda yang telah meningkatkan serangan terhadap militer Mesir di Semenanjung Sinai Mesir selama beberapa bulan terakhir. Serangan telah menyebar ke Kairo dan kota-kota lain.
Ikhwanul Muslim dan Hamas menyangkal tuduhan terorisme, dan Ikhwanul Muslimin mengatakan tetap berkomitmen untuk aktivisme damai.
Presiden terpilih secara langsung Mohamed Mursi sekarang diadili atas tuduhan menghasut pembunuhan demonstran selama kepresidenannya. Pemerintah yang didukung militer Mesir telah menindak keras Ikhwanul Muslimin, menangkap hampir seluruh pimpinannya dan ribuan pendukungnya serta secara resmi menyatakan itu sebagai organisasi “teroris”.
Tapi situasinya sangat berbeda di Gaza, di mana Hamas, kelompok bersenjata dalam perjuangan Palestina telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melawan rezim “Israel”.
Sejauh ini, kontak antara Mesir dan Fatah telah dibatasi untuk membahas cara-cara untuk membantu Fatah melemahkan Hamas, kata para pejabat. Mereka menolak menyebutkan nama warga Palestina yang terlibat dalam diskusi tersebut atau memberikan rincian berapa banyak pertemuan yang telah diselenggarakan.
Hamas siap menjamin bahwa pejabat partai Fatah di bawah pengawasan yang sangat dekat di Gaza. Seorang pejabat senior Fatah di Tepi Barat yang diduduki, membantah rencana untuk menggulingkan Hamas.
“Ada banyak kemarahan di Gaza. Orang-orang menderita, tetapi protes tidak mudah. Kita tidak bisa berharap bahwa Hamas akan lenyap besok,” katanya.
Hamas diperkirakan memiliki 20.000 pejuang, dengan 20.000 lain di kepolisian dan pasukan keamanan. Meskipun tumbuh kesulitan ekonomi di Gaza, kelompok ini masih bisa menarik dukungan yang signifikan dari wilayah itu.
Namun para pejabat Mesir berharap untuk mengeksploitasi ketegangan dengan kelompok-kelompok bersenjata saingan Hamas, walaupun belum ada tanda-tanda perpecahan besar.
“Kita tahu bahwa Hamas sangat kuat dan bersenjata tetapi kita juga tahu bahwa ada kelompok-kelompok bersenjata lainnya di Gaza yang tidak berhubungan baik dengan Hamas dan mereka dapat digunakan untuk menghadapi Hamas,” kata sumber keamanan Mesir lain.
“Semua orang ingin untuk makan, minum dan memiliki kehidupan yang layak, dan jika pemerintah, bersenjata atau tidak, gagal untuk menyediakan itu, maka orang-orang akan bangkit melawan itu pada akhirnya,” kata sumber itu. Dengan alasan ini pemerintah Militer Mesir menghancurkan terowongan yang merupakan suplai kehidupan ke Gaza.
“Pemicu Pertama”
Pada awal Januari, Kairo menjadi tuan rumah konferensi pertama dari grup baru dari pemuda anti-Hamas yang diberi mana Tamarud, atau pemberontak, nama yang sama yang digunakan oleh gerakan pemuda Mesir yang memimpin protes melawan Mursi tahun lalu.
Anggota Tamarud Palestina berdiri dengan bendera Palestina melilit leher mereka. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari partai-partai liberal Mesir dan Fatah.
Hamas menuduh anggota Tamarud sebagai agen “Israel”.
Untuk melancarakan rencananya, pemerintah militer Mesir berupaya untuk menyulut kebencian warga Gaza kepada Hamas yang selama ini berjuang melawan “Israel”.
“Tentunya, dunia tidak akan berdiri diam dan memungkinkan Hamas untuk membunuh warga Palestina. Seseorang akan mengganggu,“ kata pejabat keamanan Mesir. “Tapi sejauh ini kita hanya bekerja untuk menyulut percikan pertama.“
Namun para pejabat juga mengakui bahwa rencana tersebut kemungkinan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
“Bantuan Mesir akan memberikan bantuan logistik kepada kelompok-kelompok anti–Hamas, tapi tidak dalam hal keuangan. Tamarud tidak membutuhkan biaya banyak,” kata seorang pejabat keamanan Mesir.
Selama pemerintahan Mursi, Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza terus terbuka yang memungkinkan makanan dan barang-barang penting mengalir ke Gaza. Sekarang terowongan tersebut dihancurkan oleh pemerintahan Militer Mesir.
Setelah penggulingan Mursi, tentara mengambil alih komando Sinai dan mulai menghancurkan ratusan terowongan. Tidak ada pejabat Hamas yang diizinkan untuk melakukan perjalanan ke Mesir sejak saat itu.
Perdana Menteri Gaza dan wakil pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan berulang kali sejak Juli bahwa kelompoknya difokuskan secara eksklusif pada menghadapi musuh bebuyutan yaitu “Israel” dan tidak memiliki pasukan bersenjata di Mesir.
“Kami tidak ikut campur tangan dalam urusan internal Mesir,” kata pendukung dia bulan lalu. “Mesir tidak bisa melakukan tanpa kita dan kita tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Mesir. Secara historis, geografis dan keamanan, ini tidak pernah bisa putus.”
Militer Mesir semakin memperlihatkan sikap ambisiusnya dalam menghabisi kelompok-kelompok yang bertentangan dengan kebijakannya, dan tentunya kebijakan yang disetir oleh kepentingan Barat yang Liberal. (ameera/arrahmah.com)