BERLIN (Arrahmah.com) – Beberapa sekolah di Jerman mulai menawarkan pendidikan Islam untuk siswa Muslim sekolah dasar, menempatkan Islam sejajar dengan mata pelajaran agama Protestan dan Katolik.
“Mereka yang datang ke sini berasal dari latar belakang yang berbeda,” kata Timur Kumlu, seorang guru di program pengajaran Islam, kepada New York Times, Selasa (7/1/2014).
“Kita harus mendidik mereka sehingga mereka dapat mengembangkan kepribadian berdasarkan Islam,” kata Kumlu.
Pendidikan Islam di sekolah mulai ditawarkan untuk pertama kalinya di sekolah umum Jerman. Program ini dimulai dari Hesse untuk lebih mengintegrasikan Muslim di masyarakat Jerman.
Setelah puluhan tahun diabaikan, diterimanya pendidikan Islam di sekolah umum adalah bagian dari konsensus yang berkembang bahwa Jerman bersedia untuk melayani minoritas Muslim.
Keberadaan kelas untuk pengajaran pendidikan Islam disambut antusias, puluhan pelajar Muslim dengan penuh semangat telah mendaftar untuk setidaknya 29 kelas di seluruh kabupaten yang didominasi para imigran.
“Sekarang sudah jelas, bahwa selama bertahun-tahun kami telah membuat kesalahan dengan mengasingkan warga Muslim,” kata Nicola Beer, yang menjabat sebagai menteri pendidikan di Hesse. Nicola Beer adalah salah satu dari beberapa politisi, profesor dan guru yang mendukung adanya pengajaran agama Islam.
“Jerman mengakui bahwa kita di sini bersama-sama, kita bekerja sama, dan kita mendidik anak-anak kita bersama-sama.” tambah Nicola Beer.
Menurut penelitian yang dilakukan pemerintah, Muslim di Jerman berjumlah sekitar 4,3 juta Muslim, membentuk sekitar 5 persen dari total 82 juta penduduk Jerman.
Diterimanya pendidikan Islam di sekolah menunjukkan perkembangan Islam yang positif di Jerman. Karena menurut jajak pendapat nasional 2010 oleh lembaga riset Infratest-Dimap, lebih dari sepertiga dari responden lebih memilih “Jerman tanpa Islam.”
Tantangan menjadi Muslim
Dari 16 negara bagian di Jerman yang menentukan sendiri sistem pendidikannya, ummat Islam mulai menawarkan pengajaran agama Islam melalui organisasi-organisasi Islam di negara-negara Jerman yang berbeda, termasuk Berlin.
Setelah berjuang selama 20 tahun untuk mendapatkan izin untuk pengajaran Islam di sekolah, umat Islam diberi hak untuk mengadakan pengajaran di kelas selama 40 menit per minggu.
“Sulit untuk menjadi seorang Muslim di Jerman,” kata Fazil Altin, (34), seorang pengacara yang merupakan presiden Federasi Islam. Altin mengatakan bahwa ia telah ditolak aksesnya untuk menemui kliennya di penjara karena ia beragama Islam.
“Faktanya adalah bahwa kita dipandang sebagai sebuah ancaman,” kata Altin.
Muslim di kawasan imigran seperti Kreuzberg telah menghadapi tantangan integrasi yang berat, termasuk kecaman para orang tua Jerman karena meningkatnya jumlah imigran Muslim di sekolah anak-anak mereka.
Termotivasi oleh ketidaktahuan siswa Muslim dan masyarakat Jerman pada umumnya tentang Islam, Kumlu, (31), seorang guru kelas, sangat ingin bergabung dengan kelas-kelas pengajaran Islam di beberapa negara bagian di Jerman. (ameera/arrahmah.com)