PALESTINA (Arrahmah.com) – Adik pemuda Palestina yang ditembak mati oleh sniper “Israel” Jumat (20/12/2013) lalu berbicara menentang pembunuhan kakaknya dalam sebuah video yang dirilis oleh Institute for Middle East Understanding pada Kamis (26/12), lansir Ma’an.
Raddad Hamad (22) dan kakaknya Odeh (27) tengah mengumpulkan besi tua dan plastik pada Jumat (20/12) lalu ketika Odeh ditembak di bagian kepala oleh pasukan penjajah “Israel” hingga akhirnya meninggal.
Dalam video tersebut, Raddad menjelaskan bahwa dia bersama kakaknya berada sekitar satu kilometer jauhnya dari pagar perbatasan “Israel” ketika kakaknya tiba-tiba ditembak di bagian kepala oleh peluru “Israel”. Pada saat yang sama, Raddad juga ditembak di bagian tangannya.
Raddad menekankan bahwa daerah di mana mereka ditembak itu sudah sering dikunjungi oleh warga Palestina yang mencari potongan logam dan plastik untuk dijual.
“Kami pergi setiap hari untuk mengumpulkan plastik, untuk hidup.”
“Kejahatan apa yang dia lakukan sehingga mereka menembaknya ? ” tambahnya.
Raddad mengatakan bahwa setelah ditembak Odeh jatuh ke dalam parit di dekatnya, dan saat dia memanggil-manggil Odeh, kakaknya itu sudah tidak menyahut.
Dia mengatakan bahwa dia kemudian merangkak selama setengah jam karena pasukan “Israel” bahkan terus menembak ke arahnya.
Dia akhirnya berhasil merangkak cukup jauh dan memanggil ambulans, tapi setelah ambulans tiba, pasukan “Israel” tidak akan mengizinkannya untuk melintas untuk menyelamatkan kakaknya, kata Raddad.
“Saya berkata kami harus menyelamatkan dia, dia sekarat. Kakakku sedang sekarat di dalam sana. Odeh sedang sekarat.”
“Mereka tidak mengizinkan ambulans itu masuk.”
Pusat Hak Asasi Manusia Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah kejadian itu, “Pasukan ‘Israel’ menggunakan kekerasan yang berlebihan dan tembakan langsung diarahkan pada mereka, meskipun begitu jelas bahwa dua warga sipil tersebut tengah mengumpulkan besi dan plastik dari TPA di dekat pagar perbatasan.”
Seorang jurubicara militer “Israel” mengklaim kepada Ma’an pada saat itu, “Warga Palestina menyebabkan kerusakan pada pagar keamanan utara,” dan “,menembakkan mortir ke Israel”. Selain itu, pasukan penjajah “Israel” juga mengklaim bahwa mereka membuat “kerusuhan dan melemparkan batu pada tentara [Palestina] di utara Jalur Gaza, dan mendekati pagar dalam upaya untuk masuk ke ‘Israel’.”
Pada hari yang sama, empat warga Palestina lainnya juga ditembak di dekat perbatasan Jalur Gaza, dalam eskalasi besar kekerasan terhadap warga sipil Palestina.
Pada Selasa (24/12), ketika penembak jitu Palestina balas menembak seorang pekerja Departemen Pertahanan “Israel” yang bekerja di pagar perbatasan, “Israel” malah membalas dengan serangan udara terhadap Jalur Gaza, membunuh gadis kecil berusia 3 tahun, Hala Abu Sbeikha, saat ia sedang bermain di halaman rumahnya di kamp pengungsi Al-Maghazi serta melukai ibu dan kakaknya.
Bukan hanya itu, empat warga Gaza lainnya juga terluka dalam serangkaian serangan “Israel”, masih pada hari yang sama.
Pasukan “Israel” sering menembak para petani dan warga sipil Palestina di Jalur Gaza jika mereka diklaim mendekati wilayah perbatasan yang diklaim militer “Israel” sebagai wilayah terlarang untuk warga Palestina.
“Zona penyangga keamanan” terbentang antara 500 meter hingga 1500 meter ke Jalur Gaza yang secara efektif mengubah wilayah pertanian lokal masuk ke dalam zona terlarang.
Menurut UNOCHA , 17 % dari total luas lahan Gaza dan 35 % lahan pertaniannya berada dalam zona penyangga yang pada tahun 2010 langsung mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian lebih dari 100.000 warga Gaza.
Jalur Gaza telah berada di bawah blokade ekonomi yang parah yang diberlakukan oleh penjajah “Israel” sejak tahun 2006.
(banan/arrahmah.com)