MANSOURA (Arrahmah.com) – Sekitar pukul 1 pagi, pada Selasa (24/12/2013) kemarin, sebuah ledakan besar menghantam direktorat keamanan Daqahliya di Mansoura, Delta Nil. Foto dari Mansoura menunjukkan ledakan tersebut jauh lebih besar dari ledakan di Ismailia pada Kamis (12/12) lalu. Penyebab pasti ledakan itu belum ditetapkan, namun laporan awal telah menyatakan bahwa ledakan tersebut berasal dari sebuah bom mobil.
Ledakan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai sekitar 130 lainnya. Selain itu, ledakan itu juga menyebabkan gedung bank terdekat ikut runtuh dan menghancurkan sejumlah kendaraan, lapor kantor berita negara, MENA. “Sebagian besar dari mereka yang tewas itu antara lain polisi di dalam markas keamanan itu, jasad mereka terkubur di bawah puing-puing,” lapor AP.
Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar dalam serangan tunggal sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi pada awal Juli lalu. Di antara mereka yang terluka terdapat dua pejabat tinggi keamanan, Reuters melaporkan, mengutip televisi pemerintah.
Sementara itu, MENA mengidentifikasi dua pejabat tersebut sebagai kepala keamanan Daqahliya Mayor Jenderal Samy el-Mehy dan Direktur Departemen Investigasi Brigadir Said Emara.
Serangan itu terjadi kira-kira sehari setelah kelompok jihad yang berbasis Sinai, Anshar Baitul Maqdis atau Anshar Yerusalem, menyeru kepada anggota pasukan keamanan untuk bertobat dan meninggalkan posisi mereka.
Mujahidin Anshar Baitul Maqdis menutup pesan mereka dengan memperingatkan bahwa orang-orang dalam jajaran pasukan keamanan yang tidak meninggalkan pengabdian mereka terhadap pasukan musuh tidak akan mempunyai siapa-siapa “untuk disalahkan kecuali diri mereka sendiri.”
“Kami berpendirian teguh dan bertekad untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya untuk melaksanakan jihad melawan kalian dan memerangi kalian sampai semua agama adalah untuk Allah,” tegas kelompok jihad itu.
Ini bukanlah serangan yang pertama kalinya dilaporkan di Mansoura sejak penggulingan Mursi. Pada 23 Juli lalu, serangan bom di sebuah kantor polisi di Mansoura menewaskan satu dan melukai 19 lainnya. Baru-baru ini, pada 28 Oktober, tiga polisi juga dilaporkan tewas dalam serangan penembakan di sebuah pos pemeriksaan di kota.
Sejak penggulingan Muhammad Mursi pada 3 Juli lalu oleh junta militer Mesir, telah ada lebih dari 260 serangan perlawanan yang dilaporkan di Semenanjung Sinai, yang sebagian besar dilakukan terhadap pasukan keamanan dan aset Mesir.
Serangan oleh mujahidin yang berbasis Sinai, khususnya Anshar Baitul Maqdis, juga terjadi di daratan Mesir. Pada 5 September lalu, kelompok jihad ini melancarkan upaya penyerangan di Nasr City terhadap menteri dalam negeri Mesir, Mohammed Ibrahim.
Sebulan kemudian, seorang mujahid Anshar Baitul Maqdis melancarkan operasi syahid dengan meledakan bom di Direktorat Keamanan Sinai Selatan di El Tor, yang menewaskan tiga personel keamanan dan melukai lebih dari 45 lainnya.
Pada 19 Oktober, kelompok jihad yang berbasis Sinai ini menargetkan gedung intelijen militer di kota Ismailia. Dan pada 19 November, kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas serangan penembakan pada Letnan Kolonel Mohammed Mabrouk, seorang petugas keamanan nasional senior, di Kairo.
Anshar Baitul Maqdis telah berulang kali menyatakan peringatannya untuk menargetkan markas polisi dan militer di Mesir setelah menyeru kepada para anggota pasukan boneka yang berdiri di barisan musuh untuk bertobat dan berhenti menentang perjuangan mujahidin dalam menegakkan kebenaran. (banan/arrahmah.com)