BANGUI (Arrahmah.com) – Ribuan Muslim Republik Afrika Tengah, menggelar aksi unjuk rasa memprotes operasi militer tentara penjajah Perancis di negara mereka.
Aksi unjuk rasa digelar di ibukota Bangui menentang pengerahan pasukan Perancis di wilayah tersebut yang dilakukan sejak 5 Desember lalu dengan dalih untuk “mengakhiri” kekacauan pasca-kudeta pada bulan Maret lalu.
“Tidak untuk Perancis,” teriak para pengunjuk rasa yang juga menyebut presiden negara penjajah Perancis sebagai kriminal dan mengeluh bahwa pasukannya hanya datang untuk melindungi orang-orang Kristen, lansir AFP.
“Ini adalah operasi pembunuhan, mereka ingin memecah kita. Mereka datang untuk memaksakan kehendak mereka dan membuat kita membunuh satu sama lain,” teriak seorang pengunjuk rasa.
Protes meletus setelah tiga pejuang Seleka tewas dalam bentrokan dengan pasukan Perancis beberapa hari lalu.
Tentara penjajah Perancis mengonfirmasi pasukannya telah menembaki orang-orang bersenjata yang diduga anggota Seleka.
Kepala faksi Seleka, Abacar Sabone mengatakan tiga pejuangnya memang bersenjata saat itu, namun tidak mengancam Perancis dan mereka tidak menggunakan senjatanya.
Perancis telah mengerahkan 1.600 tentara untuk negara bekas koloninya sejak awal Desember. Juru bicara militer Perancis mengakui demontrasi anti-Perancis telah digelar di ibukota Bangui, namun mengklaim jumlah peserta tidak lebih dari 100 orang.
Intervensi Perancis diterima dengan tangan terbuka oleh mayoritas Kristen, tetapi kaum Muslim di sana berpendapat operasi untuk melucuti Seleka telah membuat mereka terkena imbasnya.
Kelompok Kristen justru menyerang warga Muslim dan mengobrak-abrik toko milik Muslim dalam beberapa hari terakhir. (haninmazaya/arrahmah.com)