XINJIANG (Arrahmah.com) – Enam wanita berada di antara 16 warga Muslim etnis Uighur yang ditembak mati oleh aparat keamanan rezim kafir Cina di wilayah Xinjiang pekan lalu dalam kerusuhan yang dipicu oleh menyingkap kerudung seorang Muslim oleh seorang petugas polisi, menurut laporan warga setempat dan sumber lainnya, seperti dilansir Radio Free Asia (RFA).
Pemerintah Cina mengklaim bahwa polisi telah membunuh 14 warga Uighur pada Ahad (15/12/2013) dengan alasan ketika mereka diserang oleh “gerombolan terror” ketikmereka sedang berusaha menangkap para tersangka kriminal di Konasheher (Shufu dalam bahasa Cina), daerah Kashgar, Xinjiang.
Tetapi, dalam sebuah pertemuan yang dipimpin oleh para pejabat dalam Partai Komunis Cina pada Selasa (17/12), dikatakan bahwa jumlah warga Uighur yang meninggal dunia dalam aksi penembakan itu adalah 16 orang, termasuk enam wanita di dalamnya, ketika polisi menyerbu sebuah rumah besar sebuah keluarga, hal ini diungkapkan oleh sumber-sumber kepada RFA cabang Uighur.
Para korban tersebut meninggalkan 21 anak-anak yang masih kecil, termasuk seorang bayi berumur 55 hari.
Otoritas Cina juga mengklaim bahwa dua polisi tewas kekerasan pada hari itu dengan tuduhan bahwa mereka dibunuh oleh penghuni rumah itu.
Para pejabat Partai Komunis Lokal telah menyerukan “balas dendam” atas tewasnya dua petugas keamanan senior itu, juga meminta aparat keamanan untuk memperketat langkah-langkah keamanan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap para pria berjanggut dan wanita bercadar.
Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan Muslim Uighur telah meninggal dunia dibunuh oleh aparat rezim Komunis Cina di Xinjiang, lagi-lagi atas tuduhan “terorisme.” Tuduhan yang dilayangkan oleh mereka tanpa bukti dan tanpa pengadilan. Polisi Cina dengan sewenang-wenang mendiskriminasi dan membantai umat Muslim Xinjiang, yang merupakan pelanggaran nyata terhadap hak asasi manusia. (siraaj/arrahmah.com)