WASHINGTON (Arrahmah.com) – Barat telah merubah pandangannya, mereka menunjukkan kepada kelompok oposisi bentukan mereka bahwa pembicaraan damai bulan depan di Jenewa tidak bisa menyebabkan penghapusan Bashar al-Assad dari kekuasaan dan minoritas Alawiyahnya akan tetap menjadi kunci dalam setiap pemerintahan transisi, lapor Reuters.
Pesan tersebut disampaikan kepada anggota senior Koalisi Nasional Suriah-kelompok oposisi yang dibentuk oleh negara-negara Barat-pada pertemuan aliansi anti-Assad di London pada pekan lalu yang didorong oleh meningkatnya kekuatan Mujahidin Suriah dan pengambilalihan penyeberangan perbatasan dan depot senjata yang dekat dengan wilayah Turki, ujar sumber kepada Reuters.
“Teman-teman kami di Barat menjelaskan di London bahwa Assad tidak dapat diijinkan untuk pergi sekarang karena mereka berpikir kekacauan dan pengambilalihan kekuasaan oleh ‘militan’ Islam akan terjadi,” ujar seorang anggota senior Koalisi yang dekat dengan pejabat dari Arab Saudi yang tidak ingin disebutkan namanya.
Memperhatikan kemungkinan Assad akan kembali mengikuti pemilihan presiden ketika masa jabatannya resmi berakhir tahun depan, ia menambahkan : “Beberapa bahkan tidak mempedulikan jika ia mengikuti lagi pemilihan tahun depan, melupakan bahwa ia ditentang rakyatnya sendiri.”
Pergeseran prioritas Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris dari menggulingkan kekuasaan Assad menjadi memerangi Mujahidin, menyebabkan perpecahan dalam kekuatan internasional yang mendukung oposisi selama hampir tiga tahun, menurut sumber tersebut.
Pembicaraan damai akan dimulai di Swiss pada 22 Januari. Koalisi pro-Barat telah setuju untuk menghadiri pertemuan tersebut dan bersikeras Assad harus mundur dari kekuasaan, tetapi seorang diplomat Timur Tengah mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus “lebih kreatif” dalam taktik mereka.
“Untuk Jenewa, agar menghasilkan pengaturan yang dapat diterima oleh AS dan Rusia, oposisi harus menerima mengambil bagian dalam pemerintahan transisi dengan kehadiran Alawiyah yang kuat,” ujar diplomat tersebut. “Assad mungkin tetap atau tidak tinggal sebagai presiden, tapi setidaknya kekuatannya berkurang,” klaimnya.
Sementara itu, Aafak Ahmad, mantan pejabat intelijen Suriah yang membelot dua tahun lalu dan kini berada dalam kontak dengan para pejabat AS dan Rusia, mengatakan Moskow menginginkan Alawit untuk memimpin militer dalam transisi apapun.
“Garis merah Moskow adalah pelestarian tentara Suriah,” ujarnya. “Rusia menyadari bahwa dengan pengalaman lima dekade dalam tentara dan keamanan, Alawit berada di tempat terbaik untuk melawan ‘militan’ Islam.” (haninmazaya/arrahmah.com)