BANDA ACEH (Arrahmah.com) – Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Banda Aceh kembali mengadakan Dialog Intelektual Khas Mahasiswa (Dialogoka) bertempat di lantai dasar Masjid Jami’ Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Jumat sore (13/12/2013).
Pada edisi ini, Gema Pembebasan membahas topik penjajahan ekonomi di balik agenda besar pertemuan para menteri perdagangan negara-negara dunia di Bali pada tanggal 3-4 Desember 2013.
WTO atau World Trade Organisation didirikan untuk mengatur tarif perdagangan agar tarif bea cukai bisa dikurangi. Organisasi ini dibentuk sejak 1 Januari 1995 menggantikan GATT yang dibentuk sejak 1948 dengan jumlah anggota awal berjumlah 23 orang. Dan bertambah menjadi 115 anggota.
Namun, tujuan sebenarnya adalah melakukan liberalisasi perdagangan sekaligus melakukan penjajahan ekonomi terhadap Negara-negara berkembang oleh Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Hadirnya lembaga-lembaga internasional ini untuk menjajah negeri-negeri muslim,” ujar pemateri Ustadz Nopherlian.
Aceh sendiri termasuk propinsi di Indonesia yang dirugikan dalam perjanjian WTO ini.
“Rata-rata koperasi kopi di Takengon di bawah fair tradenya WTO,” ungkapnya sembari menjelaskan hal inilah membuat koperasi kopi di Aceh sebenarnya merugi. Dan dengan cara inilah, lanjut Ustadz Nopherlian, organisasi cabang WTO dapat melakukan intervensi ke dalam koperasi-koperasi kopi di Takengon.
Selain bargaining position diplomasi perdagangan Indonesia yang dinilai lemah, di dalam Dialogika ini juga terungkap bagaimana peran WTO dalam menghapus subsidi pupuk pertanian dan penguasaan mereka terhadap sumber daya alam negera-negara berkembang, seperti Indonesia melalui liberalisasi sektor perdagangan. (azm/toni/arrahmah.com)