JERMAN (Arrahmah.com) – Dunia telah dikejutkan dengan kabar gugurnya seorang mantan pemain sepak bola muda yang dikenal memiliki karir menjanjikan di Jerman. Burak Karan (26) dikabarkan gugur dalam perang Suriah setelah berhenti dari dunia sepak bola dan mengabdikan hidupnya untuk jihad.
Burak gugur dalam pemboman oleh pasukan pemerintah diktator Assad di kota Azaz, dekat perbatasan Turki pada bulan Oktober lalu, lansir IBT.
Beberapa tahun lalu dia bermain sepak bola bersama beberapa bintang sepak bola yang saat ini gemilang di Jerman, termasuk Sami Khedira Real Madrid dan Kevin-Prince Boateng Schalke 04.
Putra imigran Turki bernama Karan ini dibesarkan di Wuppertal, Rhine Utara-Westphalia, di barat laut kawasan industri Jerman.
Sebagai seorang bek berbakat, dulu dia bermain di tim muda beberapa klub Bundesliga Jerman, seperti Hamburg dan Hannover 96.
Bakat Burak akhirnya membawa dirinya masuk ke tim nasional, mengumpulkan sejumlah piala untuk U17 dan U16.
Namun uang dan ketenaran sepakbola tidak menarik bagi Muslim muda ini.
“Uang dan karier tidak penting baginya,” kata saudaranya Mustafa kepada surat kabar Bild.
Marcus Olm, mantan pelatihnya di Hannover 96 mengatakan bahwa Burak sangat religius dan selalu shalat lima waktu sesuai dengan ajaran Islam.
“Tidak peduli kami sedang berlatih atau sedang dalam perjalanan jauh, dia sempatkan lima waktu dalam sehari dan beribadah menghadap Mekah,” kata Olm kepada surat kabar Die Welt. “Dia juga seorang pria yang ceria, seseorang yang bersamanya mudah merasa gembira.”
Melalui internet, Burak mulai mencari video-video mengenai medan jihad dan cara-cara untuk “membantu saudara-saudara [Muslim]nya,” kata saudaranya.
“Dia bingung, dan merasakan kesedihan mendalam melihat para korban,” kata Mustafa Karan.
Pada tahun 2008, ketika berusia 20, Burak memutuskan berhenti dari dunia sepak bola dan menjadi lebih taat dalam beragama.
Dia mulai bergaul dengan sekelompok Muslim Jihadi di sekitar mesjid Wuppertal.
Di antara mereka ada Emrah Erdogan, seorang warga negara Jerman asal Turki, yang ditangkap awal tahun ini di Tanzania sehubungan dengan operasi di sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya.
Menurut Intelijen Domestik Jerman, pada bulan April 2010 Burak pernah mencoba berangkat berjihad ke Afghanistan bersama 2 orang kawannya di Wuppertal, Emrah Erdogan dan saudaranya, Bunyamin Erdogan.
Bunyamin Erdogan gugur dalam serangan pengecut pesawat tak berawak salibis AS pada Oktober 2010. Sementara Emrah Erdogan diadili di Frankfurt pada Juni tahun ini dengan tuduhan menjadi anggota Al-Qaeda di Pakistan dan Mujahidin As-Syabaab di Somalia.
Dia dilaporkan telah berada di wilayah perbatasan Pakistan – Afghanistan antara bulan Mei 2010 dan Januari 2011, dan bergabung dengan As-Syabaab pada Februari 2011. Sementara Emrah ditangkap di Tanzania pada Juni 2012 lalu diekstradisi kembali ke Jerman.
Selanjutnya Burak diklaim telah menjadi “radikal” oleh pemerintah Jerman yang kemudian menambahkan namanya ke dalam daftar orang-orang yang diawasi.
Pada tahun 2013, dia tiba di Suriah di mana dia kemudian berkumpul bersama istrinya yang berusia 23 tahun dan dua anaknya, yang berusia tiga tahun dan 10 bulan.
Mustafa Karan menyatakan bahwa saudaranya pergi ke Suriah untuk kegiatan amal demi membantu rakyat Suriah yang menderita dan berjuang melawan penindasan yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun di negara mereka.
Sebuah video YouTube yang memuji perlawanan terhadap diktator Suriah Bashar Assad, telah diposting setelah gugurnya Burak. Video tersebut menunjukkan foto-foto mantan pemain sepak bola berjenggot panjang itu sedang memegang senapan.
“Dia harus meninggalkan rumahnya untuk melawan ketidakadilan Bashar Assad,” keterangan dalam video itu. “Semoga Allah menerima dia dan melindungi istri, anak-anak dan keluarganya.” (banan/arrahmah.com)