ALEPPO (Arrahmah.com) – Komandan Mujahidin Liwa’ (Brigade) At-Tauhid di Aleppo, Suriah, Abdul Qadir Shalih, dikabarkan gugur di rumah sakit kota Ghazi Antab, Turki, akibat luka yang dideritanya pada Sabtu (16/11/2013) atau Ahad (17/11).
Mengenal sosok Abul Qadir Shalih
Sosok yang ramah dan rendah hati ini sangat dikenal di seluruh Aleppo secara khusus dan Suriah secara umum. Abdul Qadir Shalih adalah komandan lapangan Liwa’ At-Tauhid Aleppo, salah satu kesatuan mujahidin Jaisyul Hur atau Tentara Pembebasan Suriah (FSA) terbesar dan terkuat di provinsi Aleppo dan pinggiran Aleppo.
Menurut penelusuran Zaman Al-Wasl, Abdul Qadir Shalih adalah pemuda yang berasal dari pinggiran Aleppo, wilayah Mari’. Ia berusia 33 tahun, ia menikahi seorang wanita dan dikaruniai lima orang anak. Pada masa menjalani wajib militer, ia bertugas di kesatuan senjata kimia Tentara Nasional Suriah. Usai menyelesaikan tugas wajib militer, ia terjun di dunia bisnis. Pekerjaan utamanya adalah berjualan gandum dan sembako. Selain itu ia aktif berdakwah di Suriah, Yordania, Turki dan Bangladesh. Ia memang memiliki pengetahuan ilmu syari’at yang baik.
Pada awal terjadinya revolusi Suriah Maret 2011, Abdul Qadir Shalih berperan aktif sebagai penggerak demonstrasi-demonstrasi damai menentang rezim Nushairiyah Suriah. Sejak itulah ia dijuluki Haji Mari’. Beberapa bulan kemudian demonstrasi damai berkembang menjadi revolusi bersenjata. Abdul Qadir Shalih segera memanggul senjata dan memimpin perlawanan para pemuda wilayah Mari’. Ia kemudian dipilih sebagai komandan bagi beberapa kesatuan mujahidin lokal yang berjihad di pinggiran Aleppo Utara, yang diberi nama Liwa’ (Brigade) At-Tauhid. Peran Abdul Qadir Shalih adalah komandan operasi-operasi militer seluruh kesatuan dalam Liwa’ At-Tauhid. Namun komandan umum dan tertinggi Liwa’ At-Tauhid adalah Abdul Aziz Salamah.
Abdul Qadir Shalih adalah komandan lapangan yang sangat familiar di seluruh kota dan provinsi Aleppo. Meskipun fisiknya kurus, ia memiliki kharisma yang sangat besar di kalangan mujahidin dan kaum muslimin. Ia dicintai dan dihormati oleh semua orang di Aleppo. Meskipun demikian, pada awal revolusi bersenjata, kota-kota di Aleppo tidak siap menerima kehadiran Liwa’ At-Tauhid di tengah mereka. Mereka khawatir akan menjadi sasaran bombardir pasukan rezim Nushairiyah Suriah yang memburu mujahidin Liwa’ At-Tauhid. Ia juga dikenal sebgai komandan yang senantiasa hadir di lapangan, di tengah para mujahidin dalam pertempuran garis depan. Bahkan saat kota Qushair dan Homs diblokade dan digempur habis-habisan oleh ribuan tentara rezim dan milisi Syi’ah Hizbul Lata Lebanon, Abdul Qadir Shalih memimpin langsung beberapa kesatuan dalam Liwa’ At-Tauhid untuk berjihad di Qushair dan Homs. Ia ikut ribath di parit-parit pertahanan dan bertempur di front terdepan bersama kolonel Abdul Jabbar Al-Akiidi, salah seorang pucuk pimpinan Dewan Militer Mujahidin FSA provinsi Aleppo.
Sementara itu, hubungan Abdul Qadir Shalih dengan Jabhah Nushrah sangat erat. Jabhah Nushrah dan Liwa’ At-Tauhid telah bahu-membahu dalam operasi-operasi jihad sejak awal masa revolusi bersenjata di Aleppo. Saat Amerika, Barat, Aliansi Nasional dan Dewan Militer FSA di Turki menuding Jabhah Nushrah sebagai kelompok teroris, Abdul Qadir Shalih dengan berani muncul dalam wawancara ekslusif TV Al-Jazeera, di mana ia memuji Jabhah Nsuhrah dan menyatakannya sebagai saudara dalam perjuangan.
Menurut catatan Zaman Al-Wasl, Abdul Qadir Shalih memiliki hubungan kurang akrab dengan Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS). Meski demikian Abdul Qadir Shalih telah menjadi penengah saat ISIS terlibat konflik dengan Brigade Ashifatu Asy-Syimal FSA di kota A’zaz, Aleppo Utara. Abdul Qadir Shalih adalah seorang komandan Islam. Menurut pengakuannya, ia tidak berambisi kepada jabatan pada masa mendatang. Namun menurutnya, Liwa’ At-Tauhid memiliki peranan penting dalam masa depan Suriah. Seperti kelompok jihad lainnya, Abdul Qadir Shalih menginginkan berdirinya negara Islam di Suriah.
Abdul Qadir Shalih berpendapat tidak masalah jika ada warga muslim non-Suriah yang bergabung dengan Liwa’ At-Tauhid. Namun sampai saat ini semua anggota Liwa’ At-Tauhid adalah penduduk lokal Suriah. Untuk ukuran seorang komandan lapangan yang memimpin banyak kesatuan tempur di seluruh Aleppo, Abdul Qadir Shalih dianggap sebagai pemuda lokal yang terlalu rendah hati, sederhana, dan lugu. Hal itu menyebabkan dirinya tak lepas dari kritikan sebagian pihak, khususnya setelah terjadi ketegangan antara beberapa kesatuan FSA dan ISIS. Dalam semua front pertempuran, Abdul Qadir Shalih senantiasa berada di barisan terdepan, di tengah pasukannya. Termasuk dalam pertempuran terakhir yang ia ikuti bersama Liwa’ At-Tauhid, Jabhah Nushrah dan kesatuan lainnya saat menyerang markas tentara Brigade 80 di Aleppo. Berulang kali rezim Nushairiyah Suriah melakukan usaha pembunuhan terhadap Abdul Qadir Shalih. Rezim Bashar Assad telah mengumumkan hadiah sebesar 200 ribu dolar bagi siapa saja yang mampu menangkap atau membunuhnya.
Sampai saat ini keluarga Abdul Qadir Shalih masih menetap di wilayah Mari’, Aleppo. Saat terakhir kali mengunjungi keluarganya di Mari’, Abdul Qadir Shalih bahkan menggali calon kuburan untuknya dan mewasiatkan agar ia dikuburkan di sana. Sumber pada mujahidin Liwa’ At-Tauhid menyatakan kepada Zaman Al-Washl bahwa sang “Haji Mari'” telah dimakamkan di kota kelahirannya, Mari’, pinggiran Aleppo pada Sabtu (16/11/2013) atau Ahad (17/11). Ia dimakamkan secara sederhana dan tidak akan ada upacara pengiringan jenazahnya secara formal dan besar-besaran pada Senin (18/11).
Jika komandan lapangan yang rendah hati dan murah senyum itu benar telah gugur, semoga Allah menerimanya dalam golongan syuhada’ dan meninggikan kedudukannya di surga Firdaus yang tertinggi. Sungguh mujahidin Suriah dan kaum muslimin telah ditinggalkan oleh seorang komandan pilihan dan berpengalaman. (siraaj/arrahmah.com)