KABUL (Arrahmah.com) – Front persatuan nasional Afghanistan menggelar pertemuan besar di kota Kabul untuk membahas terkait penentangan mereka terhadap keberadaan pangkalan dan pasukan pimpinan AS di Afghanistan setelah 2014.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah kelompok politik, ulama, tetua suku dan mahaisswa. Mereka menuntut bahwa kehadiran militer pimpinan AS setelah tahun 2014 tidaklah berhubungan dengan kepentingan Afghanistan, seperti dilansir Khaama Press.
Para anggota front persatuan nasional tersebut menuduh pemerintah boneka Afghan karena telah membuka jalan untuk keberadaan militer AS di Afghanistan.
Juru bicara front persatuan nasional tersebut, Wahid Muzhda, mengatakan bahwa perjanjian ‘keamanan’ bilateral itu hanya akan membuka jalan bagi kehadiran militer AS di Afghanistan yang akan membuka jalan bagi operasi-operasi CIA dan drone terhadap bangsa-bangsa regional, yang selama ini banyak menewaskan dan melukai korban sipil Muslim.
Muzhda menegaskan bahwa rakyat Afghan tidak akan mencapai apapun dari kesepakatan ‘keamanan’ dengan Washington dan akan berdampak pada hubungan luar negeri Afghanistan dengan negara-negara regional dan juga kesepakatan itu akan menghasilkan berlanjutnya perang di negara tersebut. Sebab, telah diketahui bahwa Mujahidin Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) berjanji akan terus memerangi pasukan penjajah hingga para penjajah angkat kaki dari negeri mereka.
Muzhda juga mewanti-wanti para peserta dewan agung nasional atau disebut Loya Jirga dalam tradisi Afghan, bahwa mereka yang mendukung kesepakatan ‘keamanan’ tersebut akan dianggap dan dicatat dalam sejarah sebagai pengkhianat nasional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mujahidin IIA bahwa anggota Loya Jirga yang didukung penjajah dan mendukung penjajah tidaklah mewakili rakyat Afghan dan mereka adalah Loya Jirga palsu.
Perjanjian ‘keamanan’ antara penjajah AS dan rezim boneka Afghan akan memungkinkan pasukan militer AS tetap bercokol di Afghanistan pasca 2014 -yang mana aliansi NATO berencana menarik seluruh pasukan tempurnya dari Afghanistan- dengan dalih sebagai pelatih bagi pasukan nasional Afghan.
Mujahidin IIA telah lebih dahulu memperingatkan bahwa perjanjian tersebut hanyalah dalih penjajah untuk melanjutkan penjajahan mereka di negeri Muslim itu. (siraaj/arrahmah.com)