Saat itu sebuah surat kabar nasional menulis tentang perubahan kehidupan Richard yang menjadi seorang Muslim, dan kemudian berganti nama menjadi Salahuddin. Nama Salahuddin sangat bersejarah, dan mengalahkan pasukan Romawi dan membebaskan Al-Aqsha.
Surat kabar itu juga menulis artikel tentang “Orang paling berbahaya di Inggris”, yaitu Anjem Choudary. Anjem menjadi pemimpin umat Islam di Inggris, dan sekarang dilarang pemerintah. Kelompok ini dituduh sebagai kelompok ekstrim, karena ingin menegakkan hukum Islam di negeri Inggris, yang menganut hukum sekuler. Di bawah judul itu, ada bagian paragraf yang menyebut nama Richard, dan alamatnya, Weymouth, di Dorset.
Rupanya Richard menjadi murid Choudary, yang sangat ditakuti oleh pemerintah Inggris, yang dianggap sangat ekstrim. Richard memilih nama baru dengan hati-hati, namun ironisnya, nama baru yang ia pilih itu membuat orang lain menjadi takut. Tokoh Salahuddin adalah seorang pembebas yang paling terkemuka di abad 12 M. Sultan yang mengalahkan Raja Richard si Hati Singa.
Keluarga yang Hancur
Orangtua kami menikah pada tahun 1992 dan kami tumbuh bersama di Dorset. Richard pindah ke London lima tahun yang lalu, dan keluarga kami mulai terpisah, dan kemudian keluarga kami tumbuh dengan alamiah. Pada tahun 2008 kami menghabiskan waktu dua minggu berlibur sekeluarga ke Siprus, dan bermain voli di pantai. Menikmati suasana pantai Siprus yang indah, dan teriknya matahari serta menjelang sunset. Indah sekali pantai Siprus, menjelang senja, dan burung-burung camar berterbarangan kembali ke tempatnya.
Tentu yang sangat mengejutkan, setahun kemudian ia dimuat di sebuah surat kabar nasional, dan berbicara tentang kesediaannya untuk berjuang dan mati syahid, di negeri yang jauh dari tempat kelahirannya. Ini tidak pernah dimengerti oleh siapapun. Ia ingin berperang membebaskan negeri-negeri Islam yang sekarang sedang diduduki oleh orang-orang kafir, katanya.
Salahuddin (17), sering membagikan buku dan selebaran Islam di London timur. Keluarga kami sangat terpukul. Tidak ada yang tahu apa pun tentang perubahan-perubahan itu, peristiwa itu benar-benar tidak diketahui, meskipun itu peristiwa besar dan sangat menarik.
Kemudian saya memutuskan membuat film dokumenter, dan sebagai cara mengatasi situasi yang ada, dan memberikan gambaran kepada masyarakat, yang selama ini tidak mengerti tentang apa yang saya maksudkan.
Tetapi, saya yakin ini tidak mudah, dan masyarakat tetap saja tidak percaya, atau menolak, sampai saat saya bertemu dengan dia beberapa minggu kemudian. Saya melakukan perjalanan dari Weymouth dan bertemu dengannya di luar sebuah stasiun kereta bawah tanah di London timur.
Ia mengenakan sebuah jubah (pakaian Islam) dan dengan jenggotnya yang mengejutkan serta berkembang dengan baik. “Kaulihat semua kotoran ini, semua kemunkaran ini akan hilang ketika Syariah Islam datang,” ucapnya, dan ia sangat jijik melihat sekelilingnya.
Salahuddin mengatakan, bahwa dengan melakukan “munkar” berarti dia berbuat dosa, dan jahat. Salahuddin jijik dengan apa yang mengelilinginya. Kami berjalan kembali di mana selama lima jam ia berbicara tentang hukum syariah, api-neraka dan bagaimana mayoritas Muslim itu banyak yang sesat. Kemudian saya ditinggalkan di sebuah rumah, dan saya yakin dalam hati bahwa ia telah dicuci otak.
“Allah mengatakan dalam Quran bahwa orang-orang beriman dilarang menjadikan orang kafir sebagai teman dan pembantu serta pelindung, dan meminta pertolongan kepada mereka, karena mereka pasti akan menyesatkan kamu,” ujar Salahuddin mengutip ayat al-Qur’an.
Sebuah pertanyaan hadir dalam benak saya berulang kali; bagaimana semua itu bisa terjadi dan mengapa?
Ini adalah pertanyaan saya yang masih sulit dijawab. Richard, atau Salahuddin tidak pernah mengungkapkan kepada saya, saat ketika ia memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya yang jahiliyah dan menjadi seorang mukmin yang sejati, dan kami berdua hidup secara normal sejak kecil.
Seperti banyak orang, Richard meninggalkan kampung halamannya untuk mencari sesuatu yang lebih – yaitu tentang tujuan dan arti hidup, sesuatu yang ditemukan dalam merek ekstrim agama (Islam).
Banyak orang mencari bentuk perubahan (transformasi) yang tepat, apa itu tuntutan Islamisme – Rich untuk Salahuddin. Rasa kekecewaan di masyarakat Barat secara luas jelas antara Kaya dan “saudara”nya.
Abdul Dean, seorang pria kulit putih, yang pernah menjadi pemain drum dan bass, menjadi seorang Muslim setelah adiknya meninggal karena overdosis kokain berusia 18, sementara Zacariah, musisi dan dikenal Charles, masuk Islam karena ia tidak bisa berhubungan dengan mantan Presiden AS George W Bush, dan ia menolak serangan 11 September. Salahuddin melakukan protes di Barking, saat pasukan Inggris kembali dari Afghanistan
Dia berkata: “Pada dasarnya yang mendorong saya membaca tentang Islam adalah George Bush”, cukup lucu ungkapannya itu. Ketika saya pertama mulai membuat dokumenter dan memulai perjalanan saya, kemudian ada kecurigaan, permusuhan serta sikap dingin dari orang-orang dalam grup Rich.
Ini tidak akan lama meskipun sebelum mereka merencanakan demonstrasi yang lain, di mana, di bawah sorotan media, orang-orang berteriak: “Pembunuh”, di mana saat tentara Inggris kembali, atau mereka membakar bunga poppy saat berlangsung demonstrasi.
Salahuddin berkhotbah: “Kamu orang jahil mempertaruhkan hidup anda untuk penguasa yang fasik, orang-orang yang berkomplot untuk menyesatkan anda ke dalam api neraka.” ketika Rich (Salahuddin) telah menjadi Muslim hanya beberapa bulan, semuanya baru baginya, meninggalkan masa lalu yang jahiliyah.
Ia hidup dengan kekawatiran dan dia tidak sepenuhnya tahu apa yang dibolehkan untuk dilakukan dan apa yang dilarang sesuai dengan syariat Islam. Hubungan dengan non-Muslim seperti saya adalah salah satu daerah abu-abu, dan saya menemukan hubungan kami akhirnya hanya formalitas.
Rich berkata: “Allah mengatakan dalam Quran, orang mukmin tidak boleh mengambil kafir sebagai teman dan pembantu, karena mereka berusaha untuk menyesatkan anda”, ujarnya.
Kemudian, seiring dengan waktu, secara bertahap ia menjadi lebih santai dan kami menikmati saat-saat sejak banyak tawa bersama. Tapi keyakinan dan sikap ekstremnya selalu mengintai tepat di bawah sadarnya.
Ada saat-saat yang membuat kekagetan dan terluka, seperti ketika Rich (Salahuddin) berkata bahwa dia tidak akan menjabat tangan saya karena saya adalah “kafir dan kotor”, atau ketika aku melihat dia dan para kelompoknya membakar bendera Amerika pada hari peringatan 9 /11.
Namun sejak pembuatan film dokumenter, ada saat-saat harapan nyata juga. Saya baru bertemu Rich setelah ia diberi kesempatan langka preview film saya. Perasaan bercampur, tapi kami selesai berbicara dan kembali ke mobil, dan saya melihat ia berjalan kembali ke arahku.
Aku mematikan mesin dan keluar. Dia menjabat tanganku. “Maaf, sambil berjabat tangan” katanya. “Aku tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan.”
Aku melaju pergi dengan senyum di wajah saya. Sangat melegakan bahwa hal-hal bisa berubah, bahkan jika hanya dengan jabat tangan sekilas.
(M Fachry/eramuslim/bbc)