JAKARTA (Arrahmah.com) – Film “?” (baca: Tanda Tanya) garapan sutrada Hanung Bramantyo berisi dinilai sebagai bukti jika paham “sesat” telah masuk ke dunia perfilman. Hal itu juga bukti jika worldview Barat yang mulai mendominasi kehidupan masyarakat, termasuk dalam cerita-cerita film.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Dr Hamid Fahmy Zarkasyi.
“Itu efek dari postmodernisme yang mengakibatkan Pluralisme Agama. Pluralisme menjadikan orang berpandangan bahwa kebenaran agama itu relatif, tidak mutlak,” katanya kepada hidayatullah.com, Jumat (8/4/2011).
Tidak hanya dalam film, menurut Hamid, Pluralisme kini juga telah masuk ke ranah politik, budaya, ekonomi dan ranah lainnya.
Menurutnya hal itu terjadi karena lemahnya pemahaman akan worldview Islam yang dimiliki masyarakat. Dan, seiring dengan itu, gempuran worldview Barat begitu dahsyat masuk.
“Ketika worldview Islam kering maka worldview Barat yang akan masuk,” paparnya. Karena itu, wajar jika banyak film yang berlabel Islam tapi hakikatnya tidak islami.
Karena itu, ia berpesan, untuk memahami Islam jangan saja pada aspek ritualitas semata. Lebih dari itu, memahami Islam harus dalam setiap konteks kehidupan, demikian ujar pria yang juga Direktur Program Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID), Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur ini.
Apa yang terjadi dalam film garapan Hanung, tambah Hamid, karena terjadinya salah memahami konsep toleransi dalam kebenaran. “Islam memang bagus dan toleran, tapi bukan dalam bentuk toleransi kebenaran agama yang dicontohkan film tersebut.”
Sebelum ini, Dr Adian Husaini juga sempat mengatakan, film garapan sutradara Hanung ini sarat dengan kampanye Pluralisme Agama yang sangat vulgar. (hid/arrahmah.com)