KABUL (Arrahmah.com) – Ratusan warga Afghanistan berkumpul di ibukota Kabul pada Ahad (29/9/2013) untuk memprotes orang-orang yang terlibat kejahatan perang yang telah menewaskan ribuan warga sipil Afghan tak bersalah selama perang tiga dekades di negara mayoritas Muslim itu.
Khaama Press (KP) melaporkan bahwa demonstrasi ini diorganisir oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil dan gerakan politik. Para pengunjuk rasa mendesak untuk mengadili mereka yang terlibat pembantaian warga sipil.
Para pendukung partai solidaritas Afghanistan berkumpul menentang para tokoh politik yang terlibat pembantaian pada masa itu dan mengatakan bahwa sejumlah tokoh politik memiliki peran penting dalam kejahatan perang pada parang sipil tiga dekade itu.
Para demonstran didampingi oleh para kerabat korban dengan membawa foto-foto politikus yang dituduh terlibat kejahatan perang, dan menuntut agar mereka diadili.
Demonstrasi ini digelar setelah sebuah laporan yang baru-baru ini dirilis menungkapkan sebanyak 5000 warga Afghan dibunuh oleh otoritas rezim. Tetapi para demonstran yakin bahwa orang-orang yang dibunuh selama rezim komunis itu lebih dari 5000 orang.
Sebuah koran lokal Afghan pada Rabu dua pekan lalu mempublikasikan daftar sebanyak 5000 korban pembantaian massal, yang dibunuh pada tahun 1670-an di Afghanistan, KP melansir.
Menurut koran tersebut, pembantaian itu dilakukan oleh AGSA (Departemen untuk Melindungi Kepentingan Afghanistan), antara tahun 1978 dan 1979 oleh rezim komunis.
Laporan itu mengungkapkan sejumlah tokoh politik terkemuka pada saat itu termasuk Akram Yari, Sadiq Yari, Ayatullah Suroor Waeez dan Misbah. Daftar tersebut mencantumkan nama-nama korban, nama ayah, alamat tempat tinggal termasuk tuduhan yang dilayangkan kepada mereka.
Mayoritas korban dituduh dan diadili karena melakukan propaganda anti-pemerintah, oleh Partai Demoktratik Rakyat Afghanistan (PDPA) -sebuah partai komunis- yang mendapatkan kekuasaan ada 1978 dan memerintah negara tersebut hingga 1993.
Para korban termasuk di antaranya adalah anggota Mujahidin, partai politik seperti Afghan Millat.
Laporan itu berdasarkan investigasi kepolisian Holland dari pemaparan seorang individu yang dikenal sebagai Amanusllah, yang dituduh terlibat kejahatan terhadap kemanusiaan. Dia dituduh ikut menyiksa para korban dan salah satu penyelidik dari AGSA.
Daftar para korban didapat selama proses investigasi oleh kepolisian Holland, dan bekerjasama dengan seorang penulis Afghanistan yang didukung oleh para saksi mata.
Sementara itu, Mujahidin Imarah Islam Afghanistan atau Taliban mengecam keras tragedi berdarah oleh tangan-tangah komunis pada masa itu yang telah menelan ribuan jiwa warga sipil Afghan. Mujahidin juga berjanji akan menyeret para pelaku kejahatan itu ke pengadilan. (siraaj/arrahmah.com)